Zea menunduk lesu, tetapi, hatinya lega saat ia bisa menceritakan kronologi insiden tabrak lari yang menimpa Sean. Terlihat wajah-wajah gusar anggota Geng Alfa. Mereka juga sibuk menerka-nerka, siapa dalang di balik tabrak lari itu? Beberapa nama bahkan dengan mudah mereka sebutkan sebagai terduga tersangka."Apa ini ada sangkut pautnya dengan Geng Primos? Atau, Geng Intarion?" tebak Ibra sambil mengusap dagunya pelan.
"Jangan ngawur! Kita sudah berdamai dengan dua geng itu sebelum merubah haluan menjadi geng amal."
"Wait! Bisa aja mereka masih menyimpan dendam."
Alzent menggeleng pelan. "Nggak mungkin. Lagian, ngapain Sean ngeluarin, tuh, motor? Motor yang jadi sumber masalah dua tahun lalu."
Ucapan Alzent memantik lirikan semua anggota Geng Alfa pada Darren. Cowok itu tersenyum tipis saat menyadari tatapan tajam itu mengarah padanya. Ia berdiri tak jauh dari Geng Alfa. Punggungnya bersandar pada dinding bercat putih. Ia masih merasa canggung untuk berbaur dengan Geng Alfa.
"Jangan ungkit masalah itu. Gue bukan lagi anggota Geng Intarion. Jangan kuliti borok masa lalu gue di depan Zea. Dia nggak tau masalah ini." Darren mendongak dan menggigit bibirnya. Rasa takut kehilangan Zea tiba-tiba menyergap hatinya saat identitasnya mulai terbongkar.
"Apa yang gue nggak tau, Ren?" tanya Zea dengan alis yang bertaut.
"Semuanya. Dan, gue nggak ada niat buat ceritain itu sekarang ke lo."
"Tapi, gue nuntut penjelasan itu!" tegas Zea. Ia lalu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Darren. Berdiri di depan Darren, menatapnya tajam dengan sorot mata penuh selidik dan menuntut. "Gue juga anggota Geng Alfa. Catat itu! Gue juga berhak tau semua masa lalu anggota Geng Alfa!" tegas Zea dengan nada yang ditekan.
"Cerita masa lalu gue dan Sean, itu nggak penting, Zea sayang," ucap Darren. Tangannya terulur ke pipi Zea, tapi, dengan sigap tangan gadis itu menepisnya.
"Singkirkan titel pacar dalam masalah ini. Lihat gue!" teriak Zea sambil tangan kanan yang mencengkeram kuat rahang kokoh Darren.
Darren terkejut dengan perubahan sikap Zea. Ia melihat netra itu berkilat bak belati yang siap menghunus. Bibirnya terkatup rapat, seperti sedang menahan gejolak amarah yang menggebu. Darren mengerjapkan bola matanya saat ia menyadari cengkraman itu semakin kuat dan menimbulkan rasa sakit.
Darren terdiam. Ia memilih membiarkan rahangnya dikuasai oleh tangan Zea. Netranya mengedar ke Geng Alfa, ia merasa heran karena tak satupun dari mereka yang mau menghentikan perbuatan Zea padanya.
Hingga akhirnya, Ardan menarik perlahan tangan Zea dari rahang Darren. Walaupun gadis itu melayangkan tatapan protes, tapi, Ardan seakan tak peduli. Ia hanya menggeleng pelan, menyuruh gadis itu untuk menghentikan aksinya.
"Lepas!" sarkas Zea seraya mengibaskan tangan Ardan.
"Eh, please, ya. Ini rumah sakit!" ketus Ardan sambil menarik lengan Zea agar sedikit mundur dan menjauhi Darren.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Zea ( COMPLETED)
Teen Fiction"Zea yang cupu udah siap, petualangan Zea dimulai." - Zea- Zea, gadis cantik yang pemberontak dan pemarah, berpura-pura menjadi cupu. Ingin mencari teman sejati adalah alasan Zea pindah ke sekolah barunya, SMA Angkasa. Teman baru dan musuh baru, mal...