Part 15

221 42 73
                                    

Kembali terulang, Sean menjemput Zea pagi ini dengan alasan berangkat sekolah bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kembali terulang, Sean menjemput Zea pagi ini dengan alasan berangkat sekolah bersama. Zea menolak pun percuma karena pemuda itu memaksa dengan sebuah ancaman.

"Nggak ikut, gue bakal coret nama lo dari Geng Alfa! Kalau perlu dari hati gue juga!"

Dengan rasa malas yang luar biasa, Zea pun menuruti perintah sahabatnya untuk bergegas mandi dan berdandan rapi. Sean bahkan harus menggandeng tangan Zea saat mereka menuju mobil. Sepertinya, sang sahabat takut, jika gadis itu melarikan diri.

Sean mendorong punggung Zea untuk segera memasuki mobil. Pak Atmo terseyum sambil mengangkat jempolnya, dan Sean, pemuda itu hanya menanggapi dengan senyum sinis. Ia terlalu malas untuk menanggapi dukungan dari sang sopir pribadi.

Tak ada percakapan seru seperti biasanya. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Sesekali ekor mata Sean melirik Zea. Gadis itu menikmati lalu lalang kendaraan dari jendela mobil dengan tangan bersendekap. Tampak sekali jika gadis itu sedang marah atau sedang memikirkan sesuatu. Sean memilih mengalihkan atensinya ke ponsel. Membuka chat yang belum sempat dibukanya. Dahinya berkerut saat melihat satu video kiriman Alzent yang belum sempat ia buka.

"Ya ampun, ini video belum sempat gue buka. Semoga Alzent nggak marah. Kalau isinya video porno, gimana? Pikiran Alzent kan emang rada-rada miring," batin Sean.

Jemari Sean ragu untuk membuka chat Alzent. Tetapi, rasa penasaran yang tinggi membuat jemarinya tanpa sadar membuka chat dan mendownload video itu.

"Sean, boleh gue nanya sesuatu?"

Suara Zea memaksa Sean untuk menoleh dan memasukkan ponsel ke saku bajunya. Pertanyaan Zea lebih penting baginya daripada memutar video dari Alzent.

"Boleh."

"Alisha bilang, gue cinta pertama lo. Apa itu benar?"

Sean terdiam. Menghela napas pelan sebagai pelarian akan rasa gugupnya. Sean merubah posisi duduknya. Memiringkan badannya untuk menghadap ke arah Zea. Tatapan saling beradu, untuk mencari kejujuran dari manik coklat keduanya.

"Benar. Lo cinta pertama gue, tapi gue mungkin bukan cinta pertama lo. It's okay. Gue dan Alisha, juga sudah putus. Kenapa? Karena kita memang dari awal nggak cocok, dan hubungan ini terkesan dipaksakan."

Zea mendelik. "Bukan karena gue, 'kan?"

Sean menggeleng pelan. "Bukan. Lo nggak ada hubungannya dengan ini semua. Gue senang lihat lo bahagia. Gue tersenyum saat lihat lo tertawa."

"Gue ... jatuh cinta pada Darren, Sean."

Sean mengangguk seraya berbisik pelan, "I know."

"Sorry," cicit Zea.

Sepatah kata, tapi mampu meruntuhkan pertahanan hati Sean. Sorry, kata mutiara pertama yang diucapkan oleh Zea. Kata pertama yang terdengar sangat tulus dari seorang gadis pemberontak.

The Journey Of Zea ( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang