Part 12

289 51 176
                                    

Zea bergegas menuju kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zea bergegas menuju kelas. Bola matanya memanas dan buliran bening mulai memenuhi sudut matanya. Langkahnya terhenti saat bulir bening itu mulai turun ke pipinya.

"Shit!"

Mendongak seraya memejamkan kelopak matanya. Hatinya patah saat mendengar pengakuan Alisha. Kekuatan cintanya tumbang juga. Zea menangis. Tak dihiraukannya tatapan heran dan penasaran dari beberapa siswa yang melewatinya.

"Alisha cemburu karena Sean suka sama gue? Itu tidak mungkin. Ada persahabatan yang menjadi dinding pemisah antara kami. Gue nggak mungkin merusak persahabatan ini. Walaupun, Sean adalah cowok pertama yang mampu membuat gue merasakan jatuh cinta. Tetapi, itu dulu dan untuk saat ini, hati gue mulai terpaut pada Darren. Sepertinya, Sean bukan untuk Zea," tutur Zea dalam hati.

"Minggir!"

Sebuah dorongan kasar ke lengan Zea, membuat gadis itu terhuyung ke samping dan jatuh terduduk di lantai. Ia membuka kelopak matanya pelan. Mengusap bokongnya yang mendarat lebih dulu ke lantai. Jemarinya berpindah, kali ini mengusap air mata yang masih tersisa di pipi.

"Sakit, tapi lebih sakit saat semua udah terlambat. Kita sama. Saling jatuh cinta dan hanya bisa diam. Ah, Sean. Lo sukses buat gue nangis," keluh batin Zea.

Zea merutuki kebodohannya. Terlambat menyadari cinta yang tumbuh antara dirinya dan Sean.

"Udah, jangan nangis. Ayo, bangun!"

Suara itu, suara Darren yang mampu menghentikan tangis Zea seketika. Menoleh ke arah Darren yang sedang mengulurkan tangannya. Zea menatap telapak tangan Darren yang menengadah, mengambang di udara dan menunggu uluran tangannya.

"Tangan itu, apakah bisa gue genggam selamanya? Atau, hanya bisa gue raih saat  terjatuh?" tanya Zea dalam hati.

Dengan ragu, Zea meraih tangan Darren. Saat tangan mereka telah bersentuhan, tangan Darren menggenggam erat tangan Zea dan menariknya. Membantu Zea untuk bisa bangkit lagi.

"Sakit?" tanya Darren seraya netranya meneliti tubuh bagian belakang Zea.

Hanya gelengan kepala yang menjadi jawaban Zea. Senyum melengkung Darren segera menyambutnya.

"Gue keliling area sekolah buat nyariin lo. Pak Barry tadi juga nanya lo, tapi gue bilang lo lagi di toilet."

Jempol Zea terangkat. "Gue emang dari toilet."

Darren menghela napas lega sambil memegang dada bidangnya. "Syukurlah. Setidaknya hari ini Malaikat mencatat kebaikan gue. By the way, kenapa lo nangis?"

Mata Zea membulat. Tak lupa kedua tangan berada di pinggang. "Kan gue jatuh, sakit tau!" dusta Zea.

"Iya-iya. Balik ke kelas! Jangan keluyuran terus! Kalau kesasar, baru tahu rasa!"

"Kan, ada lo yang bisa menemukan gue," kilah Zea dengan senyum jahilnya.

Darren menoyor kepala Zea pelan. "Gue bukan bodyguard lo! Tetapi, gue calon masdep lo."

The Journey Of Zea ( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang