Zea menggigit bibir bawahnya, gugup dan takut menjadi satu. Netranya melirik Darren yang tengah fokus mendengarkan penjelasan Bu Santi. Insiden saat istirahat tadi, mampu membuat hubungan Zea dan Darren menjadi kaku. Bahkan, Darren jadi sedikit pendiam dari biasanya.
Sebuah ide terlintas di kepala Zea. Ekor matanya melirik Darren, tapi sikunya sibuk
menggeser pulpen ke pinggir meja. Berhasil. Pulpen jatuh ke bawah meja."Ck!" Zea berpura-pura kesal untuk menarik perhatian Darren.
Tetapi, sayangnya, Darren hanya menatap sekilas pada Zea, dan tak mengacuhkannya lagi. Zea melotot disertai bibir yang mengerucut. Kesal.
"Eh, kok tiba-tiba jadi cuek, sih?" tanya Zea dalam hati.
Dengan terpaksa, Zea membungkukkan badannya untuk mengambil pulpen yang terjatuh tepat di dekat kaki Darren. Sial, saat Zea ingin menegakkan badannya kembali, kepalanya terantuk pinggiran meja.
"Auww," ringis Zea pelan.
Tangan Zea bersiap mengusap kepalanya, tapi tangan Darren telah lebih dulu mendarat di permukaan kepala Zea. Mengusap lembut kepala Zea, hingga rasa sakit itu tidak terasa lagi. Zea mendongak, sekali lagi ia kecewa, karena Darren tidak menatap ke arahnya.
"Dicuekin lagi. Harusnya dia ngusap kepala pacarnya sambil natap dan tersenyum manis, huh!" keluh Zea dalam hati.
Zea menepis tangan Darren dari kepalanya dan menegakkan kembali tubuhnya. Ia menghentakkan kakinya pelan dan meletakkan pulpen dengan kasar ke meja. Berhasil. Darren langsung menatap ke arah Zea, tapi dengan dahi yang berkerut sempurna.
"Kenapa? Kepala lo masih sakit?" tanya Darren pelan.
"Nggak!" jawab Zea ketus.
"Trus? Kenapa marah?"
Pertanyaan Darren membuat lirikan sudut mata Zea menajam. Ingin sekali ia mengumpat dan mendaratkan pukulan ke lengan Darren.
"Lo nggak romantis. Pulpen gue jatuh, harusnya lo yang ambilin dong," protes Zea dengan berbisik.
Darren tersenyum geli. Ia baru menyadari bahwa Zea ingin dirinya beradegan sedikit romantis, seperti di drama remaja.
"Cie, pacar gue pingin diromantisin. Sorry, gue lagi nikmati suara merdu Bu Santi. Serasa di nina bobo, nih," bisik Darren menggoda.
Zea hanya mengangkat salah satu sudut bibirnya. Ia terlalu malas dan sudah terlanjur kecewa dengan sikap Darren yang menurutnya tidak peka.
"Peka dikit kayak Sean, dong," gerutu Zea dengan suara pelan yang hampir tidak terdengar.
Nahas, rungu Darren mendengar ucapan Zea. Ia hanya bisa tersenyum tipis untuk menanggapi sindiran itu. Netranya segera ia larikan ke arah Sean. Tentu saja, Sean juga sedang fokus mendengar penjelasan Bu Santi, hingga ia tak menyadari bahwa seseorang menatapnya dengan rasa iri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Zea ( COMPLETED)
Teen Fiction"Zea yang cupu udah siap, petualangan Zea dimulai." - Zea- Zea, gadis cantik yang pemberontak dan pemarah, berpura-pura menjadi cupu. Ingin mencari teman sejati adalah alasan Zea pindah ke sekolah barunya, SMA Angkasa. Teman baru dan musuh baru, mal...