Part 16

189 38 44
                                    

Sepanjang pelajaran berlangsung, ekor mata Vira sesekali menatap ke Zea

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepanjang pelajaran berlangsung, ekor mata Vira sesekali menatap ke Zea. Mengawasi gerak-gerik gadis yang menurutnya cupu dan menyebalkan itu. Isi kepalanya terus menyusun stategi untuk balas dendam pada sang pengganggu.

Bel sebagai tanda jam istirahat berbunyi nyaring. Vira menghela napas lega dan segera membisikkan rencana balas dendamnya kepada dua sahabatnya. Dhira dan Ina hanya manggut-manggut, paham akan rencana Vira.

"Cuz, ke kantin," ajak Ina penuh semangat.

Dhira mengangguk. "Gue yang akan culik Zea," bisiknya pada Vira.

Vira mengangguk tegas. Salah satu sudut bibirnya terangkat sinis. "Hati-hati dengan Darren! Saat Zea terjebak di toilet, gue lihat Darren keluar dari toilet cowok."

"Sip!" Dhira mengangkat kedua jempolnya denga antusias.

Vira dan Ina bergegas pergi menuju kantin. Tidak ingin membuang waktu lagi, karena waktu istirahat hanyalah dua puluh menit. Tujuan pertama mereka adalah stand bakso. Vira memesan dua buah bakso tanpa kuah, lalu melumuri bulatan daging itu dengan sambal cabai. Sambal yang terlihat pedas dengan taburan biji cabai, dan mampu merubah bakso yang semula berwarna abu-abu cerah, kini menjadi oranye kemerahan. Ina bahkan sampai bergidik ngeri, membayangkan betapa pedasnya bakso yang dipesan khusus untuk Zea.

"Serius, lo mau ngasih itu ke Zea?" tanya Ina dengan wajah ngeri.

Vira menghentikan tangannya yang masih sibuk mengaduk bakso ke limpahan sambal dengan bantuan garpu. Netranya beralih menatap Ina dengan sinis.

"Kenapa? Bukan lo yang akan makan bakso ini. Tenang aja. Si Cupu akan baik-baik aja."

"Oh." Ina hanya mendesah pelan. Tidak mau berkomentar lebih banyak. Diam adalah pilihan bijak, jika sedang berhadapan dengan Vira.

"Yuk, kita ke tempat eksekusi."

Vira menarik tangan Ina, dan keduanya berjalan cepat menuju Aula sekolah. Sesekali senyum Vira terbit saat menatap dua bulatan bakso di mangkok yang sedang ia bawa.

Sementara itu ....

Zea, Bulan dan Puspa duduk di bawah pohon. Tangan mereka memegang buku novel, tapi netra mereka tidak berniat membaca deretan kalimatnya. Mereka malah sibuk meninjau siswi yang berlalu lalang di depan mereka.

"Coba lihat! Itu Puja Kumala. Duh, cantik sekali dengan kuncir kuda andalannya," ucap Bulan memuji.

"Rambutnya indah, hitam legam dan berayun saat gadis itu berjalan. Kalau rambut gue di kuncir seperti itu, apa gue akan kelihatan cantik, ya?" imbuh Puspa.

Pikiran Puspa segera melayang, membayangkan dirinya secantik adik kelas yang bernama Puja. Mendengar percakapan kedua temannya, Zea hanya bisa menghela napas dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Cantik. Pasti cantik." Komentar Zea mengundang netra Puspa ke arahnya.

"Kira-kira ... resepnya apa, ya? Gue pingin cantik kayak mereka."

The Journey Of Zea ( COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang