Berdiri di dekat pagar pembatas rooftop gedung sekolah menjadi hobi baru Zea satu minggu ini. Ia menghabiskan waktu istirahat yang hanya sepuluh menit hanya untuk mengedarkan pandangannya, walaupun hanya gedung dan pohon yang mendominasi pemandangan.
Teriknya sinar matahari tak menyurutkan niat Zea untuk berlama-lama berdiri di sana. Ingatannya tentang Sean yang membuatnya betah berdiri di puncak tertinggi gedung SMA Angkasa itu.
"Gue mulai menyukai rooftop. Mengulang masa lalu saat lo pertama kali bilang bahwa akan mengawasi gue. Sekarang, lo malah ninggalin gue," gumam Zea pelan.
Zea meninjau ke bawah, netranya menangkap sepasang kekasih berseragam putih abu-abu yang bergandengan tangan, mereka berjalan menuju kantin. Ada rasa iri dalam hati Zea. Bahkan, ia dan Darren jarang terlihat mesra seperti itu.
"Gue pindah dari SMA Satya ke SMA Angkasa ini hanya untuk deket sama lo, Sean. Lagi-lagi, lo pergi ngejauh dari gue. Sepertinya gue baru sadar kalo sosok Zea si preman, nggak cocok buat lo," gumam Zea lagi, yang ditutup dengan senyum kecut. Kecewa.
Sebuah tarikan di tangannya membuat Zea menoleh.
Darren, cowok itu menarik tangan Zea yang membuatnya harus berjalan menjauh dari pagar pembatas rooftop. Zea menurut saja, kemanapun Darren akan membawanya. Hingga di suatu belokan tangga, Darren menghentikan langkah dan melepaskan genggaman tangannya.
"Sampe kapan lo seperti ini? Setiap hari berdiri di dekat pagar rooftop?!" tanya Darren dengan wajah tak suka. Kilatan matanya yang marah, membuat Zea hanya tersenyum segaris.
"Sampe gue bosen! Kenapa? Lo nggak suka?" tanya Zea dengan mata memicing dan suara yang naik satu oktaf.
"Bukan itu maksud gue, Zea," ucap Darren. Kali ini ia menurunkan nada bicaranya dan mulai mengatur urat syaraf yang sempat tegang. "Gue hanya ingin lo seperti Zea yang dulu."
"Ck! Gue tetep Zea yang dulu. Kalau sekarang lebih banyak menghabiskan waktu di rooftop, apa itu salah?"
"Nggak ada yang salah. Tapi, lo bukan seperti Zea yang gue kenal," keluh Darren.
"Seperti apa Zea di mata lo?"
Darren menempatkan kedua tangannya di pundak Zea. Menatapnya lekat dengan senyum melengkung.
"Zea, gadis ceria yang sekarang mendadak pendiam dan mengurung diri. Zea, yang suka nyerocos dan enak diajak ngobrol, mendadak mengunci mulutnya rapat-rapat. Lo sadar, nggak, sih? Lo mulai cuekin gue?"
Zea menyingkirkan tangan Darren dari pundaknya dengan kasar. "Maaf, tapi, gue butuh waktu untuk sendiri."
Zea berjalan meninggalkan Darren yang masih berdiri, terpaku di tempatnya. Bahkan ia tak berusaha untuk menoleh ke arah kekasihnya. Darren menghembuskan napasnya kasar seraya menggeleng pelan. Tidak percaya dengan semua kelakuan Zea belakangan ini yang berhasil membuatnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Zea ( COMPLETED)
Teen Fiction"Zea yang cupu udah siap, petualangan Zea dimulai." - Zea- Zea, gadis cantik yang pemberontak dan pemarah, berpura-pura menjadi cupu. Ingin mencari teman sejati adalah alasan Zea pindah ke sekolah barunya, SMA Angkasa. Teman baru dan musuh baru, mal...