Tak berjalan semestinya

17.7K 1.8K 98
                                    

Rara memutuskan untuk kembali ke toilet lagi, membersihkan wajahnya yang berantakan akibat menangis. Sedangkan Bara tetap setia menunggu Rara dengan sabar didepan pintu toilet

Rara keluar dengan wajah yang sedikit fresh, tetapi mata bengkaknya tetap sulit dihilangkan

"Tuh kan gara-gara abang mata aku jadi bengkak kek gini. Nyebelin banget" Rara mendengus kesal

"Kamu tetep cantik ko" Bara mengelus rambut Rara dengan lembut

"Mana ada cantik dengan mata bengkak kek gini. Nyebelin ih" Rara menghempaskan tangan Bara yang membelai rambutnya

Meskipun Rara sebal, ia tetap aja menggaet lengan Bara dengan manja. Membuat kaum hawa yang melihat nya diliputi rasa iri. Rara juga tak henti hentinya menebar senyum, membuat kaum adam meleleh dan merasa dengki dengan Bara yang bisa sedekat itu dengan bidadari imut pujaan mereka

Belum juga sampai dikantin, pujaan hati Rara tiba-tiba menyapa Rara. Bikin jantung Rara deg degan

"Rara mau kemana? " Ujar Martin menghentikan langkah Rara

"Eh... Pak ganteng, mau jemput masa depan saya pak" Rara tersenyum manis sekali

"Siapa masa depan kamu? " tanya Martin

"Tentunya bapak dong masa depan saya" Rara berbicara sok imut, tapi memang aslinya imut

"Astaga Rara, ga bisa diajak serius setiap ngomong sama kamu" Martin hanya geleng geleng kepala

"Ehhh... Emangnya bapak mau seriusin saya, ayuk atuh saya mah siap. Mau sekarang aja kita ke KUA nya" Rara terus saja menyerang godaan demi godaan, tanpa sadar membuat telinga Martin memerah

"Astaga kamu ini yah. Ini siapa Ra? Pacar kamu? " Martin menunjuk Bara

"Hehe iyah nih pak. Bapak cemburu ya? " Ucap Rara sambil mengeratkan gengamannya pada lengan Bara. Sedangkan Bara hanya diam tak berkutik

"Ngaco, mana mungkin saya cemburu"

"Hehe gapapa pak jujur aja. Bapak tenang aja ko, dia ini cuma pacar saya, kalau bapak baru calon ayah dari anak-anak saya" Rara terus saja menjawab pertanyaan Martin dengan rayuan, bikin Martin pusing sendiri

"Saya pusing lama-lama ngomong sama kamu"

"Saya juga pusing pak, soalnya bapak muter muter terus dikepala saya" Martin tak sanggup lagi, bisa-bisanya ia luluh digombalin sama bocah SMA

"Pak saya boleh pegang tangan bapak gak? " Awalnya Martin ragu, tetapi tak lama langsung mengiyakan. Rara melepaskan pegangannya dilengan Bara, bikin Bara seketika terkejut

Rara menghampiri Martin, dan menggenggam tangannya "Ternyata gini yah rasanya memegang masa depan" telinga Martin semakin memerah, harusnya ia tau bahwa Rara bukan hanya sekedar akan memegang tangannya saja

"Pak pasti ortu bapak waktu melahirkan bapak bahagia banget ya? " tanya Rara tanpa melepaskan genggamannya

"Kenapa emang? "

"Soalnya saya bahagia terus sih setiap deket bapak" astaga Rara ini, bisa-bisanya gak berhenti godain om om

"RARA" panggilan dari Bara membuat Rara melepaskan genggamannya di lengan Martin

"Pak saya pergi dulu ya. Pacar saya kayaknya udah marah banget. Tapi bapak tenang aja. Walaupun raga saya bersama pacar saya, hati saya tetep sama bapak terus ko. Ting" Rara mengedipkan sebelah matanya, meninggalkan Martin yang wajahnya sudah seperti kepiting rebus

Rara tak henti-hentinya tertawa, bikin Bara jadi geleng-geleng kepala. Bara baru tau kalau ternyata adiknya hoby baperin anak orang. Padahal mukanya imut, tapi mulutnya malah manis banget, entah belajar dari mana bisa jago gombalin orang lain

"Sejak kapan bisa ghosting kayak gitu? " tanya Bara menyelidik

"Hahahah dari dulu kali bang aku kayak gitu" Rara menjawab dengan santai

"Masa sih, bukannya dulu kamu cuma bisa nempel sama Raka doang. Kamu bahkan ga bisa gombalin dia, tapi sekarang malah berani gombalin orang lain, guru pula" Bara dibuat keheranan

"Ehh" Rara seketika terkejut mendengar ucapan Bara

Mampus gue, jangan-jangan dia mulai curiga lagi kalau gue bukan adeknya

Rara tersenyum kikuk, menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Enggak tau deh aku lupa, kan amnesia"

Untungnya Bara langsung percaya, kalau tidak bisa bermasalah untuk Rara

"BARA"

Deg

Suara itu. Suara yang membuat hati Rara begitu terluka, suara yang selalu Rara hindari, suara yang membuat hubungan Rara dan Bara jadi memburuk. Suara itu adalah milik Andi

Sama halnya seperti saat pertama kali Bara memanggil Rara, kini tubuh Rara juga kaku seketika. Ia terdiam ditempat. Melihat Rara seperti itu, membuat Bara khawatir

"Ngapain Lo bangsat manggil gue? " Bara melindungi Rara dengan tubuhnya, tak akan pernah ia biarkan siapapun melukai adiknya lagi

Raka menengahi perdebatan mereka, ia pun mencegah Andi mendekati Bara dan Rara

"Udah diem aja, biar gue yang nyamperin" Baru saja Raka hendak melangkahkan kakinya, suara Rara membuatnya berhenti

"TUNGGU" tanpa sadar Rara berteriak dengan keras

"Abang aja yang kesana, kalau mereka yang kesini, aku yang akan pergi" Ucap Rara berusaha tenang, berbeda dengan hatinya yang terluka. Entah bagaimana, kekasaran Andi yang tidak sengaja membuat Rara sedikit takut untuk bertemu dengannya. Hal itu membuat Rara ikut membenci seluruh orang-orang yang dekat dengan Andi

"Kamu gapapa?" Bara melihat Rara yang sedikit ketakutan, membuat hatinya terenyuh

Respon Rara yang seperti itu, tak luput dari pandangan Raka, Andi , dan yang lainnya. Betapa jahatnya mereka melihat gadis ceria itu ketakutan. Raka bahkan masih ingat perkataan Rara minggu lalu, ia tak menyangka telah membuat Rara begiru terluka karena responnya selama ini

Rara menggeleng "Aku gapapa"

"Kalau Rara ga mau abang nemuin mereka, abang gapapa. Walau bagaimanapun, Rara lebih penting bagi abang" Rara tetap menggeleng, ia membelai pipi Bara, seakan meyakinkan bahwa dirinya memang baik-baik saja

"Cukup aku aja yang benci mereka, abang jangan. Abang udah temenan lama kan sama mereka, aku ga berhak merusak pertemanan kalian. Abang kan tau, gara-gara mereka juga aku sempet ikut marah kan sama abang"

Seketika ekspresi Bara menjadi lesu "Terus sekarang kamu udah ga marah sama abang?" Rara mengangguk

"Separah apapun kesalahan abang, aku akan tetap memaafkan. Abang itu satu-satunya yang aku punya. Mana mungkin aku bisa benci sama abang. Tetapi aku ga punya kewajiban untuk memaafkan mereka. Mereka bukan siapa-siapa bagi aku"

Deg

Kata-kata Rara begitu menusuk. Separah itukah kesalahan mereka selama ini . Tetapi bukankah mereka hanya mengabaikan Rara saja ketika di bully, mereka bahkan tidak pernah menyakiti Rara secara langsung. Yang jelas bersalah disini hanya Andi, mengapa mereka ikut terken imbasnya

"Bang aku emang orangnya kayak gini . Cuma karena satu kesalahan orang, pasti menyebar kemana-mana. Aku juga pasti ikut benci sama orang-orang yang berada disekitar orang itu . Jadi aku harap abang maklum" Tanpa sadar tatapan Andi dan Rara bertemu, membuat Andi semakin dibuat menyesal

"Nah sekarang selesaikan urusan abang sama mereka, aku nunggu didepan sana. Tapi jangan lama-lama ya , soalnya laper" Rara tersenyum manis pada Bara sambil memegang perutnya yang memang sudah keroncongan . Ia pun berlalu pergi meninggalkan orang-orang itu . Berlama-lama disana, hanya membuat dada Rara semakin sesak

Sebelum kepergian Rara, matanya dan Raka tanpa sadar saling bertemu, ada rasa sakit dihati Rara saat melihat Raka, entah bagaimanapun tubuh yang ia tempati sekarang pernah mencintai lelaki itu. Sekalipun logikanya berjalan, hatinya tetap tak bisa berbohong

_____________________________________

Sekedar info

Umur asli Rara : 24 tahun
Rara sekarang. : 16 tahun
Martin.                : 26 tahun
Bara.                     : 17 tahun

THE STORY OF RARA (End Season 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang