Amarah Bara semakin menjadi melihat adik kesayangannya memeluk pria lain didepan umum
"RARA" teriakan Bara seketika langsung menghentikan pelukan itu
Rara mendengus kesal
Ih apaan sih nih abang ganggu aja
Justin akhirnya bisa bernafas lega, tubuhnya mulai rileks. Jantungnya kembali normal, meskipun debarannya tetap tak berhenti. Ia menghirup nafas sebanyak mungkin. Kehangatan Rara tetap masih Justin rasakan, meskipun pelukan itu telah terlepas
"Justin Lo tau nggak? Pelukan Lo itu sama kayak kasur"
"Ko gitu, kenapa? " tanya Justin dengan bingung
"Bikin gue nyaman dan gak pengen lepas" blush, sepertinya Rara memang tak membiarkan jantung Justin berdetak dengan normal
Melihat adiknya menggombal lagi, membuat langkah kaki Bara semakin cepat, ia langsung menarik tangan Rara, menyembunyikannya dibelakang punggungnya
Bara menatap tajam Justin, nampak jelas amarah di matanya "Siapa Lo berani-beraninya peluk adek gue? "
"Eh anu.. "Justin gugup, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, memilin milin jarinya dengan bingung
"JAWAB BEGO" Bara semakin geram, baru saja ia ingin menojok muka Justin, seseorang menghentikan tangannya
"Abang apaan sih! Jangan kasar" kini Rara berbalik marah pada Bara
"Dia udah berani-beraninya meluk kamu, gimana mungkin abang gak marah? " amarah Bara semakin meluap
"Apaan sih Justin gak salah. Udah Tin Lu pergi dulu sana, abang gue posesif banget ni, marah mulu kayak macan"
Justin tersenyum kikuk. Ia pun segera berlalu pergi meninggalkan lapangan itu. Justin juga bingung mengapa lelaki itu marah padanya?. Ia bahkan tak mengenalnya. Dan mengenai pertanyaan dia yang memeluk adiknya, jelas-jelas gadis itu yang memeluknya, bukan dia yang memeluk, kan itu jelas berbeda
Logika Justin terus saja bermain, otaknya mencoba mencerna kejadian barusan. Memang yah Justin ini antara polos dan terlalu pintar, sampai ia tidak mengerti maksud dari Bara yang marah padanya. Justin harus banyak belajar lagi, bukan hanya membaca buku, tetapi juga tentang kehidupan, ia tidak tau bahwa tidak semua hal dapat dicerna secara logika
Semakin lama langkah Justin semakin jauh, sebelum suara seseorang yang sangat ia kenal menghentikan langkah nya
"JUSTIN" Rara berteriak memanggil nama Justin, dan kini semua mata tertuju pada Justin
"BELAJAR YANG BENER YA, BIAR ANAK-ANAK KITA BANGGA PUNYA AYAH SEPINTER KAMU" blush, malu nya double double, Rara berteriak didepan umum, membuat semua orang dapat mendengar nya.
Justin langsung berlari secepat mungkin, menghilang bagai debu, bahkan ia tak menggubris perkataan teman-temannya yang semakin meledeknya
Sedangkan Rara terus saja tertawa terbahak-bahak, bahkan air matanya sampai keluar saking tawanya yang tak berhenti. Memang paling seru godain yang polos, bapernya langsung nyampe
Ditengah tawa itu, tanpa sengaja mata Rara bertemu dengan Raka, tatapan Raka sulit diartikan, ada rasa marah, lega, sedih, kecewa, semua seakan tercampur jadi satu. Tak ingin hati Rara terluka, ia langsung memutus pandangan itu
Segitukah Lo membenci gue sekarang Ra. Kenpa gue marah banget waktu Lo godain cowok lain depan mata gue. Dan saat ngeliat tawa bahagia dari Lo, gue seneng sekaligus sedih, sedih karena bukan gue alasan Lo tertawa. Gumam Raka dalam hati, ia pun segera berlalu pergi dari tempat itu dengan berbagai perasaan yang berkecamuk

KAMU SEDANG MEMBACA
THE STORY OF RARA (End Season 1)
Фэнтези(Transmigrasi series 2) Ratna seorang wanita karir yang kehilangan keluarganya pada saat wisuda, yang memiliki hubungan dekat dengan abang kandungnya Dan rara seorang gadis berseragam SMA yang sangat dibutakan cinta, membenci keluarganya, terutama s...