"Gimana kalau hari ini kita nongki nongki sambil nyari cogan? " Lisa memecah kesunyian, berusaha mencairkan suasana Yang awalnya terasa menyedihkan
"Wahh... Boleh tuh, gue juga mau cari berondong" Imas menyahut dengan girang
"Gila Lu doyan berondong? " tanya Rara dengan menyelidik
"Iyah dong. Berondong tuh lucu-lucu gemes, kayak polos tapi minta dipolosin hahaha" ucapan Imas semakin ngawur
"Goblog. Belom tentu yang berondong polos, siapa tau mereka lebih liar ketimbang yang mateng" Lisa menyela
"Polos Dan dipolosin maksudnya apa? " Tanya Bela dengan bingung
"Hahahaha" Rara tertawa paling kenceng, Imas Dan Bela tak mau kalah. Mereka lupa, saat ini ada temannya Yang beneran polos
"Udah guys. Kalian jangan ngeracunin pikiran Bela Yang masih suci karena otak kalian Yang mesum" ucap Rara menyudahi tawa mereka
Mereka pun keluar dari kelas bersama dengan tawa bahagia. Sesekali Lisa sering meledek Bela Yang kelewat polos. Imas Dan Rara hanya bisa terkekeh geli. Betapa sederhananya persahabatan mereka
Ternyata tidak butuh waktu Lama untuk mencari sahabat sejati, lihat saja saat kita terluka, siapa Yang selalu perduli tanpa bertanya. Dan Bela, Imas, dan Lisa telah membuktikan semua itu. Mereka tidak bertanya bagaimana perasaan dan kondisi Rara, karena tanpa ditanya pun kondisinya jelas tidak baik-baik saja, mereka hanya memeluk dan berbagi kehangatan, seakan ikut merasakan kesedihan itu juga
Sepanjang perjalanan menuju tempat parkir, tidak henti-hentinya mereka tertawa. Ada saja hal konyol yang dibicarakan. Saat itu bahkan belum lama sejak bel pulang berbunyi, tentunya masih banyak siswa yang berkeliaran, mereka memandang takjub kepada 4 wanita berbeda versi yang terlihat sangat cantik saat tertawa, terutama Rara dengan lesung pipi yang membuatnya paling bersinar. Sepertinya kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama, seorang pria yang telah Rara hindari, tiba-tiba menghentikannya
"Ra" hanya sekedar kata itu, mampu membuat tubuh Rara menegang. Tawanya berhenti seketika, tubuhnya pun tak mampu bergerak. Ia memandang pria itu. Ada rasa iba dalam hatinya ketika melihat wajah pria itu babak belur, rambutnya berantakan dan nampak kusut
"Ra" Pria itu memanggilnya lagi, tetapi Rara hanya diam. Saat ini ia tak ingin bicara, hatinya sudah lelah, ia hanya butuh ketenangan, setidaknya tidak hari ini. Ia lelah menangis
"Ra" pria itu masih tak menyerah, Rara hanya memandang matanya dengan kosong tanpa mengucapkan sepatah katapun
"Gue minta maaf" Pria itu menundukan wajahnya, matanya nampak sendu. Tetapi Rara tetap diam. Kini bahkan mereka sudah dikelilingin oleh para siswa yang tadinya hendak pulang, tapi justru kepo karena melihat adegan drama didepannya
Mendengar tidak ada jawaban apapun dari gadis didepannya, ia pun mendongakkan kepalanya. Ditatapnya gadis didepannya dengan raut wajah bersalah, tetapi justru gadis itu hanya diam tanpa ekspresi
"Ra maaf. Gue minta maaf" Pria itu kini memegang kedua lengan Rara, memohon untuk gadis itu berbicara. Ia lebih suka Rara yang cerewet, Rara yang kesal karena ejekan darinya, Rara yang selalu bertingkah konyol, bukan Rara yang sekarang, yang hanya diam dan menatapnya dengan kosong
"Ra maaf. Album atau apapun itu pasti gue usahain. Jangan diemin gue" Ia mulai frustasi
Kini bisikan-bisikan dari para siswa yang menyaksikan adegan itu mulai terdengar
Gila gara-gara album doang si Rara ngambek
Kok Rara sok kecentilan, gak dapet Raka malah deketin Andi
Rara ternyata egois ya, mikirin dirinya sendiri
Rara matre
Cewek kok suka plastik, pake maksa lagi supaya yang maunya diturutin
Dan banyak lagi ejekan yang mereka lontarkan pada Rara. Tidak ada yang mengingat bagaimana Andi membentaknya di kantin, yang mereka ingat hanyalah Rara yang egois cuma karena album pada Andi
Rara menghela nafasnya sejenak, ia tak ingin menangis, ia sudah lelah, sekarang ia hanya ingin beristirahat. Rara berusaha melepaskan lengannya dari genggaman Andi, tetapi Andi justru semakin mengeratkan genggamannya
"JAWAB RA JAWAB" Kini suara Andi meninggi, disertai dengan genggamannya yang semakin keras.
"Awwww" Rara meringis kesakitan, pergelangan tangannya memerah
"Ehhh... Apa apaan Luh bangsat" Lisa menghempaskan genggaman Andi dari lengan Rara. Andi yang melihat pergelangan Rara memerah, dirundung rasa bersalah
"BANGSAT NGAPAIN ADEK GUE SIALAN" Bara berlarian dari ujung koridor. Emosi terlihat sangat jelas diwajahnya
Rara yang melihat Bara menghampirinya dengan tergesa-gesa dan amarah, hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Seolah mengatakan bahwa ia tidak apa-apa dan Bara tidak perlu menghampirinya. Seketika Bara menghentikan langkahnya
Rara tersenyum pada Andi, menatap matanya yang penuh dengan penyesalan
Andi yang melihat senyum Rara, terdiam seketika, ia ingin bahagia tetapi Rara tersenyum dengan tatapan kosong, membuat Andi sulit menebak apa yang sedang Rara pikirkan
"Udah ngomongnya" Intonasi suara Rara sangat tenang
Andi mengangguk
"Mau tau alasan gue kenapa marah sama Lu? "
"Karena gue ga beliin album yang Lu mau kan! " Andi menjawab dengan cepat. Rara menatap sekeliling, terlihat tatapan jijik dari orang-orang yang mendengar ucapan Andi tersebut
Rara menggeleng
"Terus apa? Karena gue bentak Lo? "
Rara terdiam
"Lo diam, berarti benar. Gue kan udah minta maaf . Lagian gue bentak kan juga gara-gara Lo yang egois" Andi berbicara dengan sarkas
Rara terdiam. Padahal disini posisinya ia adalah korban, mengapa harus ia juga Yang disalahkan. Mengapa semua hal harus selalu ia yang salah. Disini ia korban, ia bukan pelaku
"Udah selesai ngomongnya atau masih mau lanjut ngomong lagi? " Andi menggeleng
"Sekarang giliran gue Yang ngomong, Dan Lu Yang diem"
"Gue emang marah karena Lu bentak gue. Tapi bukan hanya itu satu-satunya alasan Yang bikin gue kecewa" Andi terdiam, Rara mengucapkannya dengan tenang sekali
"Dan soal album, kenapa harus gue Yang Salah. Padahal bukan gue Yang minta. Bukannya Lu yang menyanggupi. Gue bahkan tidak secara cuma-cuma menerima. Gue usaha kak. GU-E USA-HA KAK" Rara mengulang kalimat terakhir. Andi tersentak
"Gue usaha dengan masak buat Lu Dan anggota geng Lu semua. Kalian emang ikut andil buat patungan, tapi bukankah sisanya gue Yang menyelesaikan. Bahkan gue gak biarin bang Bara bantu, Lu pikir karena apa? Karena gue ga mau bang Bara menghancurkan usaha gue buat dapetin sesuatu Yang LU JANJIKAN" semua orang tersentak mendengar suara Rara Yang meninggi, bahkan kini Rara semakin menjadi pusat perhatian. Hampir seluruh anggota Luciano menyaksikan drama Rara dan Andi
KAMU SEDANG MEMBACA
THE STORY OF RARA (End Season 1)
Fantasy(Transmigrasi series 2) Ratna seorang wanita karir yang kehilangan keluarganya pada saat wisuda, yang memiliki hubungan dekat dengan abang kandungnya Dan rara seorang gadis berseragam SMA yang sangat dibutakan cinta, membenci keluarganya, terutama s...