Berakhir

18.1K 1.9K 219
                                    

"Dan sekarang Lu nyalahin gue, padahal disini gue korban. Kenapa sih? Kenapa geng kalian itu selalu nyalahin gue? Kenapa?" Andi masih diam

"Pertama masalah Bara, apa Lu tau kalau semua orang ngatain gue karena gue dibilang adik durhaka cuma karena katanya gue benci sama Bara, ga tau malu, sok jual mahal sama kakak sendiri, bahkan dibilang sok pengen diperhatiin, gue bahkan ga tau apa-apa saat itu, gue gak inget apapun, tapi semua orang ngatain gue, LU TAU ITU NGGA? BAHKAN SAAT ANGGOTA LU SEMUA TAU KALAU GUE ADIK KANDUNGNYA BARA, ENGGAK ADA YANG BELAIN GUE, GAK ADA. MEREKA PERGI GITU AJA SAAT SEMUA ORANG NGEHINA GUE. PAHAM GAK. GUE SENDIRIAN. GAK ADA SIAPAPUN YANG BELAIN GUE" Bara terhenyak, ia tak tau adiknya mengalami hal seperti itu.
Rara bahkan tidak mengerti mengapa ia bisa mengatakan nya, padahal ia tak ingat apapun, mungkinkah jiwa Rara yang asli yang ingin mengungkapkan semua kegelisahannya.

"Dan Yang lebih parah semua orang nampak jijik waktu ngeliat gue, mereka bilang gue kecentilan, mereka bilang gue murahan, mereka bilang gue pelacur, dan Lu tau itu karena apa? Karena mereka bilang gue ga tau diri karena selalu nempel sama Raka" kini Raka Yang justru tersentak

"Gue ga tau. Gue ga inget. Tapi jika memang yang dikatakan orang-orang itu benar. Lantas kenapa? Bukankah itu namanya gue jatuh cinta. APA YANG SALAH DENGAN CINTA?. Bukankah semua orang punya hak untuk mengungkapkan atau menyembunyikan perasaannya, dan gue lebih memilih untuk mengungkapkannya. LALU KENAPA? KENAPA SEMUA ORANG NGATAIN GUE? KENAPA SEMUA ORANG NGEHINA GUE? KENAPA? GUE MEMILIH UNTUK MEMPERCANTIK DIRI DENGAN DANDAN SUPAYA RAKA JATUH CINTA SAMA GUE, TERUS APA MASALAHNYA? ITU HAK GUE? KENAPA MEREKA NGATAIN GUE MURAHAN CUMA KARENA ITU?? " semua orang terdiam, hening seketika. Bara dengan ekspresi yang beragam, dan Raka dengan ekspresi yang sangat terkejut

"Dan satu hal lagi. Lo yang paling parah dari semuanya" Andi mendongak dengan ekspresi bertanya

"Lo boleh hina gue. Lo boleh katain gue. Lo boleh marahin gue. Tapi kenapa kak? Kenapa harus didepan umum? Kenapa harus dikantin disaat semua orang kumpul. Lo tau apa yang mereka bilang waktu Lo bentak gue. Mereka bilang gue yang salah, mereka bilang gue yang egois, mereka bilang gue deketin Lo karena ga bisa dapetin Raka, mereka ngatain gue menjijikan. Gue denger semua itu. GUE DENGER ITU. Kenapa kak?. KENAPA? Kenapa harus didepan umum" kini suara Rara berubah menjadi parau, ia berusaha menahan bulir air yang menumpuk dibola matanya. Andi yang mendengar semua itu semakin dibuat merasa bersalah. Ia tak tau bahwa kesalahannya saat itu begitu fatal. Bahkan entah mengapa hatinya sangat terluka mendengar gadis didepannya menjadi seperti ini

Rara menengadahkan kepalanya kelangit. Berusaha menahan air matanya yang semakin mendesak keluar. Ia tak bisa menangis. Banyak hal yang ingin ia katakan, pertahanannya tak boleh runtuh. Ia harus bisa. Ia menghela nafasnya sejenak. Mencoba mencari ketenangan disana

"Ra" suara Andi menghentikan helaan nafas Rara

"Ssssssttttt" Rara menyentuh ujung bibir Andi dengan telunjuknya, seolah menyuruh Andi diam karena sekarang gilirannya untuk berbicara

"Dan sekarang Lo bilang Lo minta maaf! Tapi kenapa masih didepan umum kak? Lo punya nomor gue? Lo tau rumah gue? Kenapa Lo memilih lapangan ini sebagai tempat Lo minta maaf, didepan banyak orang yang justru menjadikan kita pusat perhatian. Biar apa kak? Biar mereka semakin memandang gue menjijikan? " Andi menggeleng, bukan itu maksudnya, ia tak bermaksud melakukan itu

Baru saja Andi hendak berkata, Rara langsung memotongnya

"Lo tidak memberikan gue pilihan. Kalau gue ga maafin, semua orang akan semakin menilai gue egois dan menganggap gue semakin menjijikan.  Tapi kalau gue memaafkan, justru hati gue yang gabisa. Maka, gue tidak memilih keduanya"

Rara melangkah mundur satu langkah kebelakang, memberikan sedikit jarak bagi mereka, Andi menatap Rara dengan bingung.

Rara membungkukan badannya 45 derajat "Maaf" ucap Rara dengan lirih

Andi terkejut, semua orang terkejut. Mereka bukan tidak tau apa yang Rara lakukan, itu adalah cara meminta maaf yang biasa dilakukan orang Jepang dan Korea. Lalu, saat Rara mempraktikannya, mengapa sangat terlihat menyedihkan

"Ra" Andi berusaha menghentikan Rara

Betapa tersentaknya Andi saat melihat lantai yang Rara tatap berair. Tes tes. Setetes demi setetes air itu terjatuh, bukan dari langit, tetapi dari kelopak mata Rara. Bara yang melihatnya semakin sedih dan geram. Ia ingin memukul Andi sekarang juga, tetapi dalam hal ini ia juga bersalah

Sedangkan Raka, ia masih diam. Tentunya apa yang Rara katakan tadi, benar-benar menyentil hati nya. Ia telah membuat Rara begitu terluka. Lalu bagaimana sekarang? Jika ia yang mengejar, akankah Rara memberikan kesempatan

"Hik hiks hiks" samar-samar terdengar suara menyedihkan. Suara itu pelan sekali. Suasana yang hening, membuat suara itu terdengar jelas. Andi diam seketika, ia tidak beranjak sama sekali ditempatnya. Ia tak ingin membuat gadis didepannya semakin terluka

"Udah Ra. Ayok kita pergi" ucap Imas dengan lembut. Rara menggeleng

"Bentar ya" suaranya parau

Rara menghirup oksigen sebanyak mungkin. Berusaha menetralkan hatinya yang sangat terluka. Ia menghapus sisa bulir air dimatanya, ia tak ingin orang lain melihatnya menangis lagi

Rara mendongakkan kepalanya. Menegakkan badannya dan menatap Andi dengan lekat. Kini ia tersenyum bukan dengan tatapan kosong, tetapi justru dengan tatapan yang lembut. Senyum Rara manis sekali, lesung pipinya tercetak dengan jelas. Siapapun yang melihatnya, pasti langsung jatuh cinta.

Tetapi berbeda dengan kondisi sekarang . Senyum Rara memang manis, tapi matanya berair, meskipun Rara berusaha menghapusnya, jejak air masih terlihat jelas disekitar matanya. Hal itu membuat semua orang yang melihatnya tertegun seketika..

Andi menelan ludahnya, mengapa rasanya lebih baik melihat Rara menangis daripada tersenyum dengan cara seperti itu. Ia tak ingin Rara mengatakan hal lain yang justru akan menjadi bumerang

"Sepertinya berhubungan dengan kak Andi dan seluruh geng kalian itu, entah mengapa selalu membuat saya terluka. Saat saya bertengkar dengan kak Mira, rasanya tidak semenyedihkan sekarang, mungkin karena saya sudah menganggap Kak Andi sebagai sosok yang berharga" Andi menggeleng, ia tau apa yang akan Rara katakan selanjutnya

"Dan lebih baik sekarang kita hidup masing-masing seperti dulu . Bukankah sejak dulu kalian juga tidak memperdulikan saya, maka lebih baik sekarang kita tidak saling memperdulikan . Maaf dan terimakasih" kalimat Rara berubah menjadi formal, seolah memberikan jarak diantara mereka .

Rara berlalu pergi . Memeluk Lisa, Imas, dan Bela. Ia tidak sendiri . Sekarang ia punya sahabat yang akan selalu memperdulikan dan mengkhawatirkannya. Ia tak butuh orang lain . Cukup mereka bertiga

Sekarang ia memutuskan untuk bahagia . Bukankah apa yang Rara asli rasakan dulu , sudah ia katakan semuanya . Itu artinya, tanggung jawabnya sudah berakhir . Ia memang tak bisa membuat Raka mencintainya, tapi setidaknya Raka tau apa yang ia rasakan ...

Kini semua telah berakhir , ia melepaskan belenggu itu dengan bahagia. Album atau apapun itu, ia tak perduli lagi. Pokoknya sekarang dan seterusnya ia akan memulai hidup baru sesungguhnya

Tak ada lagi Geng Luciano, tak ada lagi Raka yang ia cintai, tak ada lagi Andi, tak ada lagi semuanya. Dan untuk Bara, ia akan memikirkannnya nanti. Toh bagaimanapun ia tak akan mungkin bisa membenci Bara . Apalagi wajahnya mirip dengan abangnya dimasa lalu . Mungkin ia hanya akan mendiamkannya beberapa hari , lalu semua kembali semula .

Semua telah berakhir .....

______________________________________

Bonus pict Rara

Bonus pict Rara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE STORY OF RARA (End Season 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang