1

141K 2.5K 32
                                    


"Perkenalkan...nama saya Nindya Gendis Pramodya. Saya pindahan dari Semarang... Panggil aja saya Gendis."

Begitu perkenalan singkat dari Gendis,  gadis ramping berambut panjang sepunggung. Sosoknya terlihat begitu kalem dan manis, sesuai dengan namanya, Gendis, yang berarti gula. Penampilannya yang sederhana namun begitu menarik dengan kulit putih mulus dan tak lupa wajah cantik yang bisa membuat siapapun terpesona.

Gendis pindah di semester ke-2 kelas XII. Sangat mepet sebenarnya...namun kondisi yang sangat mendesak membuat Gendis harus pindah ke Jakarta. Ayah Gendis yang selama ini tinggal dengannya di kota Semarang, mendadak meninggal. Mengetahui itu, sang ibu yang selama ini tinggal di Jakarta, memaksanya untuk pindah ke Jakarta.

Gendis terpaksa, iya.... dia tidak dekat dengan ibunya. Kalaupun bisa, Gendis ingin tinggal sendiri saja di Semarang, toh dia sudah mengenal kota itu sejak usianya 2 tahun. Walau tidak ada saudara yang tinggal di Semarang, setidaknya saudara dari pihak ayahnya ada di Solo, yang notabene lebih dekat daripada Jakarta.

Di Jakarta Gendis tinggal sendiri di sebuah apartemen yang cukup dekat dengan sekolahnya. Dia tak tinggal dengan ibunya. Karena ibunya sudah lama menikah lagi, Gendis tak mau mengusik keluarga baru ibunya. Ini juga salah satu syarat yang diberikan Gendis. Gendis mau tinggal di Jakarta, tapi tidak ingin terlibat dengan keluarga baru ibunya.

Jujur.... Gendis sedikit membenci ibunya yang meninggalkan dirinyanya dan ayahnya demi keluarga baru itu.

"Nah, anak-anak kalian yang baik ya sama Gendis, tolong dibantu ketinggalannya karena ini sudah kelas XII."

"Iya buuuuu" serempak murid-murid di kelas XII IPA 1  menyauti ucapan Bu Melda, wali kelas mereka.

"Gendis duduknya...ah... sementara di kursi pojok sana ya...Ibu lupa belum bilang ke penjaga sekolah untuk menyiapkan kursi tambahan."

"Loh Bu, itu kan kursinya sudah ada yang menempati...nanti kalo ada apa-apa gimana?"

"Sudah nggak apa-apa... Lagian dianya gak masuk kan hari ini..."

Gendis menuruti saja, walau merasa sedikit aneh dengan sikap teman-teman barunya. Seakan-akan mereka takut menyentuh meja kursi itu. Gendis tak perduli, dia tetap duduk di sana.

"Hei....kenalin...nama aku Diandra." ucap gadis berkacamata yang duduk di depannya.

"Hai..." balas Gendis.

"Semoga aja Bu Melda cepet ngasih kamu kursi baru. Aku nggak bisa bayangin kalau yang punya kursi ini dateng."

"Emang kenapa?"

"Oh...itu...."

"Diandra! Ngobrolnya nanti saja waktu istirahat!" sentak bu Melda menegur Diandra.

"Iya buuuu.... maaf"

Gendis merasa penasaran. Memangnya kenapa kalau duduk di kursi ini. Memangnya siapa yang biasa duduk disini. Kok rasanya teman-teman barunya ini takut.

Sudahlah, yang penting Tara konsentrasi ke pelajaran. Takut kalau dirinya tak bisa mengikuti pelajaran di sekolah barunya ini, SMA Pelita Jaya.

***

"Gendis, ke kantin yuk!" ajak Diandra pada Gendis.

"Ayo..." Gendis tersenyum, sepertinya dia mulai mendapatkan teman baru.

"Gendis, ini Sheryl, ini Manda, yang ini Febi." Diandra mengenalkan temannya satu persatu.

"Salam kenal semuanya..."

"Ih... Gendis emang cantik banget ya... dilihat dari deket gini tambah cantik...." seru Manda mengagumi figur Gendis.

" Mulus banget muka mu Dis, pake skincare apa? Pasti mahal ya...." Sheryl juga bertanya.

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang