5.

66.6K 1.2K 7
                                    


Pagi ini Gendis ragu... Masuk sekolah, atau diam saja di apartemen nya. Kejadian kemarin jujur saja masih membuatnya syock.

Semalaman Gendis tak bisa tidur. Maunya tak ingin menangis, tapi air mata mengalir begitu saja membasahi pipinya.

Kejadian demi kejadian seharian kemarin terus berputar di otaknya. Gendis tak mengerti apa yang akan dia lakukan ke depannya. Rasanya semuanya sudah hancur. Tubuhnya, harga dirinya....masa depannya.

Semua terjadi karena Gavin.... Andai dia tidak bertemu Gavin...andai mamanya tak menaksa tinggal di Jakarta.....andai dia tetap di Semarang....

Semarang..... Ya...itu jawabannya.... Gendis harus kembali ke Semarang! Tinggalkan Jakarta!

Entah apa nanti yang akan dia lakukan di Semarang, yang penting Gendis sekarang harus menjauhi Gavin.

Secepat mungkin Gendis meraih handphone nya. Dibukanya aplikasi pembelian tiket pesawat online. Bukan hal yang sulit, perkara ijin pada mamanya urusan belakangan. Yang penting Gendis menyelamatkan diri.

Beruntung bagi Gendis, ada penerbangan ke Semarang 2 jam lagi. Koper kecil di dalam lemarinya segera Gendis keluarkan. Tak banyak yang ia bawa, hanya yang penting-penting saja. Kemudian segera turun ke lobi untuk menunggu taksinya datang.

Lega... Ya....itu yang kini Gendis rasakan saat dia sudah berada di dalam taksi. Pukul 8 pagi, masih tersisa 1 jam 30 menit lagi untuk take off. Dia yakin tak akan bertemu Gavin, sekarang sudah jam masuk sekolah.

Kruyuk....

Suara perut Gendis berbunyi cukup keras.

"Belum makan neng?"

"Belum pak ... Nanti aja di bandara, takut telat."

"Beli camilan dulu aja neng. Takutnya neng sakit...ntar kenapa-kenapa di pesawat, bapak kasian sama neng sendirian soalnya.Lagian gak sampe setengah jam nyampe kok neng. Masih lama waktunya."

"Makasih pak .... Ya udah mampir ke minimarket depan deh pak." Ujar Gendis sambil tersenyum.

Betapa terkejutnya Gendis saat ia membuka pintu minimarket itu. Gavin, sedang membayar belanjaannya di kasir. Dan sialnya dia melihat Gendis yang hendak masuk.

"Gendis?" Ucap Gavin lirih.

Tidak...jangan sampe rencana Gendis ke Semarang gagal. Gendis harus segera pergi dari tempat ini.

Gendis mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam minimarket dan segera lari kembali ke taksinya. Naas, Gavin berhasil mencekal tangan Gendis aat gadis itu hendak masuk ke dalam taksi.

"Mau kemana lo?"

Gendis tak menjawab, menatap Gavin pun dia enggan.

"Gue tanya lo mau kemana?! Jawab Gendis, bisu lo?!!" Bentak Gavin sambil mengarahkan wajah Gendis padanya.

"Mas, jangan kasar-kasar kasihan neng nya..." ucap sopir taksi yang merasa kasihan pada Gendis.

"Nih pak, dia turun disini, bapak pergi aja.." ucap Gavin sambil mengeluarkan 2 lembar uang seratus ribu. Sebejat-bejatnya Gavin dia masih sopan pada yang lebih tua.

"Tunggu neng...kopernya!"

"Koper?" Gavin menatap Gendis penuh dengan tanya.

Setelahnya dibawanya Gendis menuju mobilnya sambil menggeret koper Gendis.

"Lo yang nyetir San! Sekalian taroh ni koper di belakang." Perintah Gavin pada Sandi yang tadi duduk di jok belakang.

"Kita jadi ke apartemen lo Vin?" Tanya Sandi yang sekarang sudah di kursi pengemudi, sesekali melirik ke arah Gendis.

"Iya... Gak usah pake lirik-lirik matanya. Mau gue colok?" Ucap Gavin yang menyadari sikap Sandi.

"Iye iye maap Vin....orang gue kepo juga."

"Gak usah pake kepo segala! Lo juga Rio!"

**

Mobil Range Rover hitam itu memasuki area parkir apartemen yang bisa dibilang elit.

Tanpa banyak bicara, Gavin yang memang sedari tadi hanya diam dengan tetap mencengkeram tangan Gendis segera keluar dari mobil dan langsung menuju lift.

"Yah...kita dicuekin man....kenapa tu bocah ...." ucap Sandi uang kesal dengan sikap Gavin.

"Udah deh...ikutin aja....lagi marah kayaknya dia... Gue takut cewek itu diapa-apain sama Gavin." Rio menimpali sambil mengambil koper Gendis.

"Lagian tu cewek siapa sih....kok gue gak pernah liat ya...aneh banget si Gavin sama tu cewek, siapanya sih?"

"Lo inget yang kemaren gue bilang Gavin nampar cewek di parkiran. Dia tuh ceweknya. Kata Sheryl dia anak baru, ada salah dikit sih sama Gavin. Cuma kok gue rasa Gavin berlebihan. Sampe main kasar sama cewek lagi. Bukan karakter Gavin banget...."

"Emang tuh cewek salah apa?"

"Duduk di kursi Gavin..."

"Itu doang? Udah gila si Gavin..."

"Emmmh.....Gavin jangaaan.    .. emmhh....stoooop..... Aah...."

"Sialan si Gavin....dia ngewe... Lah ngapain kita disini man....tau gitu ke sekolah aja tadi ngecengin adek kelas..."

"Anjing tuh anak....yuk dah kita cabut aja..." Rio menimpali Sandi, menyesal karena saat masuk ke dalam apartemen disuguhi Gavin yang sedang menindih tubuh Gendis.

******

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang