4.

71.7K 1.5K 40
                                    


"Ini apartemen lo? Tinggal sendiri?"

"Iya..." Gendis menjawab pelan.

"Bagus deh, jadi gue bisa bebas pake lo ... " Gavin melihat sekeliling apartemen Gendis. Tak seluas apartemen nya, tapi rapi khas tempat tinggal cewek. Apartemen ini terkesan nyaman, hingga Gavin merebahkan dirinya di atas ranjang Gendis.

"Gavin...." Lirih Gendis.

"Apa?" Gavin menjawab malas, sungguh... Gavin merasa lelah.

"Pulang...." Gendis berucap lemah, tapi cukup bisa didengar Gavin.

"Apa? Coba bilang lagi!" Gavin masih memejamkan matanya, membalas dingin ucapan Gendis.

"Pulang!"

"Lo ngusir?!!"

"Iya!! Pulang!! Pergiii !!!! Aku benci sama kamu! Pergiiii!!!" emosi Gendis meluap, dilemparkan nya bantal sofa ke arah Gavin.

"Salahku apa? Aku baru ketemu kamu hari ini.... Aku nggak kenal kamu....tapi kamu udah hancurin aku... Salahku apa?" Gendis menangis, lagi, untuk kesekian kalinya.

"Ck! Nggak usah drama! Gue nggak peduli perasaan lo!!"

Gavin beranjak mendekati Gendis, merangkup rahangnya dan menatap Gendis penuh dominansi.

"Nggak usah banyak drama, gue nggak peduli perasaan lo. Gue cuma mau lo nurut sama gue, nggak usah kebanyakan ngelawan! Ngerti?!!" Sedikit menaikkan suaranya dengan nada yang masih dingin dan datar.

"Tapi kenapa? Kenapa aku harus ngelakuin ini? Salah aku apa? Aku cuma duduk sebentar di kursi kamu....hiks hiks..... kenapa untuk kesalahan kecil itu kamu perlakuin aku kayak gini? Kenapa sampe ngerusak harga diri aku??! Kenapa ???!!"

Gendis tak tahan lagi untuk berteriak .... emosinya sudah terlanjur meluap. Lupakan rasa takut pada Gavin, dia hanya ingin tau apa alasan Gavin.

"Nggak usah tereak sama gue!!! Lo nantangin ya!! Kan udah gue bilang, nurut!!! Gak usah kebanyakan drama!" Gavin balas berteriak.

Emosinya pun semakin terpancing karena Gendis yang semakin histeris dan mulai memukul-mukul tubuh Gavin.

"Anjing!! Gak usah mukul!"

Brukk!!

Tak sadar Gavin mendorong  Gendis hingga menghantam lemari di belakangnya.

"Aw........" Lengan kiri Gendis terasa ngilu karena benturan tadi. Lebam merah keunguan langsung muncul di kulit putihnya.

"Shit!!" umpat Gavin frustasi sambil menyugar rambutnya ke belakang.

"Lo liat! Lo liat kan kalo gak nurut gimana?! Lo liat kan???!!"

"Gak usah nyoba bantah makanya! Lo sendiri yang rugi! Gak susah kan, nurut omongan gue. Kalo lo nurut.... Lo bakalan enak... Kayak tadi siang....enak kan?"

Gavin berjongkok, menyesuaikan tingginya dengan Gendis yang saat ini duduk bersandar sambil memegang lengannya yang lebam. Dia mengelus lembut surai hitam Gendis.... "Nurut okey? Jadi cewek yang baik...... Lo itu punya gue ..  lo harus inget .... Gak usah kebanyakan tingkah lagi.......ya?"

"Gak usah pake tanya lagi apa alasan gue giniin lo....gue cuma pengen....badan lo bikin sange....udah...gitu doang...."

"Lo nurut..... Gue gak akan kasar. Lo bakalan gue buat seneng..... Tapi kalo lo bikin emosi..... Lo liat aja entar..... Get it?" Gavin masih memainkan helaian rambut Gendis. Diusapnya air mata Gendis dengan jemarinya yang panjang.

"I'm asking you Gendis...do you get what i want?" masih mengelua ringan wajah Gendis.

"Iya...." jawab Gendis dengan suara serak hampir tak terdengar.

"Good girl...." kini Gavin membawa Gendis dalam pelukannya, kemudian diangkat nya untuk direbahkan di kasur.

"Lo rebahan dulu .... Gue mau pesen makan." ucap Gavin lembut dengan posisi yang begitu dekat dengan wajah Gendis.

Cup...

Sebuah kecupan kecil diberikan Gavin pada bibir lembut Gendis....yang entah kenapa membuat Gendis kini jadi tersipu.

Ya Tuhan....aku nggak tau apa yang terjadi sama aku sekarang...aku nggak ngerti perasaanku sendiri. Gavin udah jahat banget sama aku.....tapi aku nggak bisa apa-apa....bodohnya tubuhku seakan menikmati.... Tuhan...maafkan aku.....

--------------------

Flashback beberapa hari yang lalu

"Iya mas...putriku sudah tiba di Jakarta. Aku masukkan ke sekolah mas.... Tapi aku nggak bilang ke dia kalau itu sekolah milik mas...."

"Loh...kenapa sayang?"

"Nanti dia nggak mau masuk disitu.... "

"Sekarang dia kelas berapa? Masih kelas X ya?"

"Nggak mas... Kelas XII.... Dia itu loh...ikut akselerasi...."

"Loh...berarti satu tingkat sama Gavin? Pinter dong anakmu?"

"Iya lah maaaaaas....siapa dulu dong ibunya....cantik juga mas...nih liat aq bawa fotonya Gendis..... Kapan-kapan aku kenalin sama mas..."

"Cantik .... Kayak mamanya.... Andai dia mau tinggal disini aku pasti seneng banget....punya anak cantik, pinter, sopan, penurut, kelakuannya baik......huft.....nggak kayak Gavin....pembangkang, selalu bikin masalah....bikin aku malu terus....."

"Udah mas...... Jangan dipikirin....nanti tekanan darahmu naik lagi...."

Tanpa disadari pembicaraan suami istri itu didengar oleh seorang pemuda yang kini tengah mengepalkan tangannya.

Gavin .... Pemuda itu Gavin.....

Papa liat aja..... Kalau menurut papa anak dari perempuan itu lebih baik dari aku.... Bakal aku buat dia sama kayak aku... sama-sama bikin malu....

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang