36.

37.8K 1.1K 58
                                    

Suasana di dalam mobil Innova putih itu kini sangat canggung. Gendis dari tadi hanya diam menatap keluar jendela.

Sedang Gavin juga diam, sesekali menatap Gendis, kemudian kembali melihat wajah Genta yang kini sudah terlelap dalam gendongan Gavin.

Setibanya di hotel tempat Gendis menginap pun mereka masih tak saling bicara.

"Mbok, strollernya keluarin ya. Aku mau ngurus kamar dulu." ucap Gendis pada Mbok Mar tanpa memperdulikan Gavin.

Gavin bisa memaklumi sikap Gendis.

Genta, Gavin serahkan pada Mbok Mar. Kemudian ia menyusul Gendis untuk mengurus kamar.

"Kamu udah booking?"

"Udah." Gendis masih canggung.

"Oke kalo gitu aku ngurus kamarku sama Sandi dulu."

Sembari menunggu kamar siap, mereka duduk di lobi. Gavin kembali menghampiri Gendis yang saat ini terlihat sedang memgawasi Genta di strollernya.

"Dis..... Aku nggak mimpi kan?" Gavin tersenyum lembut pada Gendis.

Gendis hanya diam, tak tau harus bereaksi seperti apa.

"Gendis...maafin aku... Ya Allah aku nggak tahu aku harus ngomong apa sekarang...."

"Aku seneng Dis... Aku masih bisa ketemu kamu...."

Gendis tak bereaksi apapun  atas ucapan Gavin. Gendis tak tahu bagaimana ia harus menanggapi Gavin.

Gavin tentu merasakan kecanggungan diantara mereka. Sekali lagi gavin memaklumi.

Pembicaraan mereka terhenti saat petugas hotel mengatakan bahwa kamar mereka siap.

"San, lo ke kamar dulu. Gue mau nganter Gendis."

"Siap bos..." Sandi yang menyaksikan semuanya merasa cukup kebingungan dengan situasi saat ini. Apapun yang terjadi, Sandi pasti akan terus mendampingi sahabatnya itu.

**

"Kita ngobrol dulu ya Dis..."

Gendis mengangguk.

"Dari mana ngobrolnya ya.... Aku bingung Dis. Kayak mimpi aku bisa ketemu kamu, sama Genta juga."

"Aku takut kalau tiba-tiba aku terbangun, seperti mimpiku yang sudah-sudah....."

"Tapi kamu nyata Dis...."

Gendis masih diam sambil menatap meja di depannya.

"Kamu benci aku sama Dis?"

Gendis menatap Gavin, tak tau jawaban apa yang harus ja berikan pada Gavin.

"Kamu marah sama aku Dis?"

Gendis juga tak tahu.

"Ungkapin Dis, bilang perasaan kamu sama aku.... Aku di depan kamu Dis. Kalau kamu mau marah sama aku, kamu mau pukul aku, kamu mau maki-maki aku, aku terima Dis."

Gendis masih saja diam.

"Oke.... Aku ungkapin perasaan ku dulu..."

"Aku minta maaf Dis, aku bener-bener minta maaf. Aku jahat banget sama kamu. Tapi demi Allah.... Waktu itu aku nggak ada maksud bikin kamu seperti itu. Kamu pasti sakit banget Dis ... Aku nggak bisa banyangin. Aku nyesel Dis...."

"Kamu nggak tahu betapa terpuruknya hidup aku Dis. Rasa bersalah, rasa sesal, rasa kecewa sama diri aku sendiri...... Semua perasaan itu selalu menghantui aku tiap saat." Gavin mulai menangis.

"Yang bikin aku sangat kecewa sama diriku sendiri...aku dulu bodoh... Aku terlalu angkuh buat mengakui perasaanku ke kamu."

"Baru saat kamu pergi, aku sadar kalau aku udah kehilangan seseorang yang berarti di hati aku.... Kamu Dis....kamu sangat-sangat berarti buat aku."

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang