10.

55.7K 1K 12
                                    

"Vin, lo pacaran sama Gendis?" selidik Rio penasaran.

"Menurut lo?" yang ditanya malah menanyai balik.

"Nggak."

Gavin hanya tersenyum kecut merespon jawaban Rio.

"Lo ada maksud apa sih sama Gendis? Gue yakin lo ada sesuatu. Lo gak mungkin kayak gini sama cewek, apalagi cewek baik-baik dan polos kayak Gendis."

Gavin mendengus tersenyum, "Lo emang sahabat gue.... ngerti banget."

"Jadi...lo emang ada sesuatu. Apa yang mau lo lakuin sama Gendis? Jangan  kelewatan Vin! Kasian tuh anak..."

"Ck! Lo ... Diem aja, apa yang gue lakuin sama Gendis itu jadi urusan gue. Tugas lo, cuma diem dan liat." ucap Gavin tegas tapi santai.

Rio menggeleng, sahabatnya itu kalau sudah berkeinginan susah untuk dinasehati. Rio hanya merasa kasihan pada Gendis. Baru seminggu Gavin dan Gendis berhubungan, tapi yang dia tangkap hanyalah Gendis yang tersakiti.

Rio hanya bisa berharap Gavin tidak bertindak yang keterlaluan. Hanya sekedar harapan kosong, nyatanya Gavin sudah bertindak keterlaluan, semoga saja tidak semakin keterlaluan.

🌼🌼

"Gendiiiiiiis.....!!!! Gendis lo dimana?!! Gendiiiiiiis!!!"

Gavin mabuk. Tapi masih cukup sadar untuk pulang ke apartemen nya.

"Gavin..." Gendis yang tadi tidur terpaksa bangun karena teriakan Gavin. Kemudian cukup kaget dengan kondisi Gavin yang saat ini terlentang di sofa.

"Ugh..." Bau alkohol yang cukup menyengat menyeruak dari tubuh Gavin.

"Kamu mabuk? Vin...?" Gendis sedikit mengguncang tubuh Gavin untuk membangunkannya.

Kayaknya dia mabuk...., udah kasar, brengsek, pemaksa, suka mabuk lagi. Apa lagi keburukan kamu yang bakal aku tahu Vin? Tapi ... Kalo pas merem gini kok kamu kelihatan tambah cakep?

Gendis terdiam sejenak, berjongkok di dekat sofa sambil menatap wajah Gavin. Setelah sekitar seminggu ini bersama, baru kali ini menatap lamat wajah Gavin. Selama ini enggan, karena perasaan kesal dan kebencian terhadap Gavin masih menguasai dirinya. Mungkin karena waktu dan keadaan, sehingga Gendis kini mulai terbiasa pada Gavin. Singkat memang, seringnya sentuhan fisik lah alasan utamanya.

Tangan Gendis perlahan bergerak, menyentuh wajah Gavin. Entah apa yang membuatnya bertindak demikian, gerakan tangannya dikontrol hati, bukan otak.

Grep!

"Ngapain lo...?" suara Gavin yang serak dan berat mengagetkan Gendis.

"Eh.. enggak, aku pikir kamu kenapa-kenapa...tadi aku goncangin badan kamu,. Kamu gak respon.." Gendis sebenarnya sangat kaget Gavin tiba-tiba bangun seperti itu. Tapi beruntung ia tidak gugup menjawab pertanyaan Gavin.

"Kamu ... Mabuk ya?"

"Hm..dikit..." Jawaban Gavin singkat, matanya memejam menahan pusing.

"Kamu butuh sesuatu?"

"Bikinin gue teh anget... Mual gue!"

Gendis langsung beranjak ke dapur untuk membuat teh. Walaupun dalam hati ia mengomel, "ngapain coba minum sampe mabok kayak gitu, kalau ujungnya nyiksa diri sendiri...."

"Nih teh nya...kamu butuh apa lagi? Kalau nggak ada, aku mau tidur lagi." ucap Gendis sambil menyerahkan secangkir teh hangat.

Gavin menyesap tehnya dalam diam tak merespon pertanyaan Gendis. Kemudian setelahnya menatap Gendis, dari atas ke bawah.

Gadis itu kini memakai piyama satin pendek berwarna pink yang sangat pas untuk kulitnya. Kancing teratas nya tanpa disadari Gendis kini terbuka, memperlihatkan sedikir bagian dari payudaranya. Paha mulusnya juga terekspos begitu saja.

"Hehmm...lonte..." Gavin tertawa kecil.

Gendis tersinggung. Apa yang membuat Gavin mengejeknya seperti itu. Dilihatnya lagi penampilan nya.

Segera Gendis rapikan kancing baju nya yang terbuka, sayangnya tadi menampilkan sebagian payudara nya. Yang sayangnya lagi tidak terbungkus bra. Gendis tak pernah suka tidur memakai bra.

Kini putingnya juga tercetak jelas di piyama satin itu.

"Lo sengaja ya? Udah mulai nakal ya sekarang?" Gavin tersenyum mengejek.

"Nggak....nggak kok..... Aku pikir kamu nggak pulang. Aku gerah jadi aku lepas..." Gendis panik.

"Bacot!" ucap Gavin sambil menarik Gendis ke pangkuannya kemudian langsung menyambar bibir Gendis.

Dilumat perlahan hingga akhirnya berubah menjadi lumatan yang liar. Membuat keduanya terengah-engah kehabisan nafas beberapa saat kemudian.

"Gue sange Dis! Isepin!" tanpa basa basi dan rasa malu Gavin meminta Gendis untuk melakukan oral seks. Tentunya ini bukan kali pertama atau kedua. Dalam seminggu ini Gendis sudah beberapa kali melakukan nya.

Diawali keterpaksaan sekarang kegiatan itu mulai familiar bagi Gendis.

Malas berdebat ataupun melawan perintah Gavin, Gendis segera duduk berlutut di depan kaki Gavin. Membuka resleting celana dalamnya kemudian segera mengeluarkan kemaluan Gavin yang sudah menegang.

Dielusnya kemaluan Gavin perlahan. Sedikit mengocoknya kemudian memasukkan nya ke dalam mulut. Gendis menghisapnya seolah-olah dia sudah lihai melakukan itu.

"Sshh.....aaah...good girl .."

Gavin begitu menikmati permainan Gendis. Sesekali matanya memejam merasakan setiap sensasi yang Gendis berikan.

Entah dari mana Gavin mendapatkan ide, apakah karena sedang mabuk ataukah memang Gabin sedikit tidak waras. Tiba-tiba saja ia mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi Instagram.

Gavin melakukan live!

Awalnya hanya wajah Gavin yang disorot. Wajah sange dan memerah karena sedang menikmati oral seks.

"Aarghh....." Suara berat Gavin keluar saat ia mendesah keenakan.

Seketika follower Gavin yang join live tersebut menjadi heboh. Menanyakan apa yang sedang dilakukannya. Followernya tidak banyak sih, belum sampai centang biru, tapi sudah mencapai ratusan ribu. Bisa jadi kan kalau semua siswa satu sekolah melihat kegiatan Gavin. Toh ini belum tengah malam, masih pukul 11-an.

Gavin menyeringai membaca komentar di live ig nya.

Dan kini ia semakin tidak waras. Disorotnya kamera  ke bawah memperlihatkan kepala seorang perempuan yang bergerak naik turun, untungnya tak sampai kelihatan wajahnya. Kalau sampai terlihat, bisa dibayangkan seberapa malunya Gendis.

Gavin benar-benar gila... Melakukan kegiatan seks sambil live begitu membuatnya makin horny. Desahan demi desahan terus ia keluarkan. Sampai akhirnya ia keluar.

"Thanks guys udah gabung di live gue!" Gavin mengakhiri live selama 5 menit lebih itu dengan mata sayu dan suara yang makin berat.

Gendis yang dari tadi tak sadar pun kaget mendengar kata-kata Gavin.

"Kamu gila ya Vin? Kamu ngapain live ig segala?!" bentak Gendis memprotes tindakan Gavin.

"Alah ...muka lo gak keliatan kok.. udah gak usah cerewet, gue mau tidur!" ucap Gavin enteng, meninggalkan Gendis yang kini ketakutan sendiri.

Mati aku...besok pasti banyak yang ngomongin.

*** 

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang