44.

31.6K 968 186
                                    

"Uhm.....anak papa wangi banget.....gemoy banget....segernyaaa...." Gavin mengendus-endus tubuh Genta dengan gemas.

Kini dia sedang berada di balkon kamarnya, menghabiskan waktu dengan Genta sembari menunggu Gendis selesai mandi.

"Kamu mandi dulu gih... Genta biar sama aku dulu."

Gavin menatap Gendis yang baru selesai mandi. Cantik....

Dari dulu wajah polos Gendis memang sangat cantik. Gavin terpana sesaat ketika menatap Gendis, kemudian berdiri dari duduknya untuk menyerahkan Genta.

Cup...

Wajah Gendis seketika memerah saat Gavin mengecup pipi Gendis.

"Kamu cantik..." ucap Gavin lirih sambil menatap Gendis.

"Eheeemmm!!!!! Halal! Halal!!" Sandi yang ada di balkon samping memergoki mereka berdua.

"Sirik aja lo!" kesal Gavin.

"Nggak bos, terusin aja! Lo kan udah halal, gak kaya kita nih, haram!" Sandi masih ketawa-ketawa menggoda Gavin.

"Bang Novan....kapan mau halalin Sandi bang....."

"Hilih! Najis!!!!"

Gendis hanya tertawa melihat tingkah teman-temannya itu.

"Udah cepet mandi sana ...!" Gendis mendorong paksa Gavin untuk masuk ke dalam kamar.

Kesempatan itu Gendis gunakan untuk meneteki Genta, sambil tiduran di ranjang. Kalau ada Gavin, mana berani Gendis mengeluarkan payudaranya, selalu saja ia sembunyi-sembunyi.

Malu lah Gendis kalau harus memperlihatkan payudaranya pada Gavin. Ya walaupun dulu dia buka-bukaan pada Gavin, sekarang kan beda.

Tanpa Gendis sadari, semilir angin sore yang berhembus serta rasa lelah setelah perjalanan tadi, membuat Gendis tak bisa menahan kantuknya. Gendis tertidur bersama Genta. Dengan payudara yang masih dikenyot Genta!

"Dis..." Gavin tak jadi melanjutkan ucapannya.

Melihat Gendis tertidur dengan posisi masih meneteki Genta membuatnya merasa kasihan sekaligus salah tingkah.

Bagaimana tidak?

Melihat payudara Gendis yang terekspos bebas seperti itu tentu saja bisa membuat Gavin salah tingkah. Di satu sisi Gavin ingin segera menutupinya untuk menghormati Gendis. Namun di sisi liar Gavin, ia ingin terus menikmati pemandangan itu, bahkan jika bisa hingga menyentuhnya. Gavin kangen, jujur saja!

Tapi tidak, Gavin memutuskan untuk menutupinya.

Perlahan Gavin mendekati Gendis, mencoba melepaskan payudara Gendis dari hisapan Genta. Setelah berhasil, Gavin mencoba memasukkan kembali payudara yang lembut dan kenyal itu ke dalam baju Gendis.

"Eunhh...." Gendis terbangun.

"Gavin...ngapain..?"

Sesaat Gendis tersadar bahwa saat ini Gavin sedang memegang payudaranya. Sontak ia kaget dan agak membelalakkan matanya.

"Eh..." refleks Gavin menarik tangannya.

"Ma... Maaf Dis...aku cuma mau masukin. Nggak maksud apa-apa kok! Sumpah Dis!" Gavin gelagapan, takut Gendis marah.

Gendis diam saja, sebenarnya ia sendiri merasa malu.

"Nggak papa kok....aku ngerti."

"Aku beneran minta maaf Dis...aku udah lancang banget!"

"Hmmf... bukannya emang kamu dari dulu kayak gitu..." Gendis tertawa kecil.

"Ya kan dulu Dis... sekarang aku mana bisa...."

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang