18.

41.5K 874 18
                                    

"Lo mau kemana?" Ucap Gavin melihat Gendis yang kini sedang merapikan penampilannya.

"Ibuku telpon. Aku mau ketemuan sama ibuku."

Sebenarnya Gendis malas bertemu ibunya. Terakhir kali bertemu adalah saat ia pindah ke apartemen nya. Setelah dua bulan tinggal di Jakarta, baru kali ini ibunya menghubungi Gendis dan meminta bertemu.

Jujur sebenarnya Gendis sampai lupa kalau dia punya ibu, mengingat memang tidak ada kedekatan diantara keduanya. Apalagi akhir-akhir ini Gendis disibukkan oleh iblis bernama Gavin. Baik fisik maupun pikiran Gendis diforsir oleh Gavin.

"Nggak usah!"

Gendis terdiam sesaat.

"Kenapa? Kan aku mau ketemu ibuku."

"Nggak gue ijinin!"

"Kenapa sih Vin? Aku cuma mau ketemu ibuku. Bukannya mau jalan sama temen-temen."

"Nurut kenapa sih?! Pokoknya gue nggak ijinin lo keluar bdari apartemen ini!"

"Ya alasannya apa? Kamu udah ngatur aku banget Vin! Oke aku terima apa yang udah kamu lakuin ke aku selama ini, tapi sampe ngatur aku kayak gini, aku nggak terima! Aku mau ketemu sama keluargaku!"

"Kamu yang bahkan bukan apa-apa ku, yang aku nggak tahu kita itu hubungannya apa, kamu nggak berhak ngatur-ngatur aku sampe kayak gini!"

Plak!

"Bisa diem nggak lo?! Pokoknya kalo gue bilang nggak boleh, ya nggak boleh!!"

"Fuck off with our relationship! You're mine! You're my belonging!"

Gendis hanya diam setelah ditampar Gavin air matanya sudah mulai menggenang di pelupuk mata.

Gavin kemudian memeluk Gendis. Menyenderkan kepala Gendis di dadanya, kemudian mengelus kepala belakang Gendis.

"Lagian Lo mau ngapain sih ketemu ibu lo? Mau minta uang?" Gavin merubah nada suaranya jadi lembut, sambil tetap mengelus kepala Gendis dan sesekali mengecupnya.

"Nggak....aku nggak pernah minta uang ke ibu kok...." Gendis menjawab lirih.

"Masa sih, gue nggak percaya... Palingan lo kayak cewek-cewek manja lainnya yang bisanya cuma minta uang ke ortu lo."

Gendis melepaskan pelukan Gavin kemudian mendongak menatap Gavin.

"Kowe ra weroh uripku.."

"Nggak usah ngomong Jawa... Gue nggak ngerti!" Gavin menekan kedua pipi Gendis.

"Kamu nggak ngerti hidupku! Sebentar......kamu dari awal nggak tau aku gimana kan?" Tiba-tiba Gendis ingat, dari awal sepertinya Gavin tak pernah bertanya ataupun Gendis juga tak pernah menceritakan hidupnya seperti apa.

Dari awal Gavin yang sangat asing bagi Gendis, menyerang Gendis hingga hidupnya berantakan. Tak pernah sekalipun Gavin ingin mengenal latar belakang Gendis, siapa keluarganya, asal Gendis darimana. Pun begitu Gendis, tak tahu apapun tentang Gavin.

Mereka hanya melakukan banyak kegiatan fisik, sebuah hubungan yang sangat salah.

Mungkin kalau Gendis bercerita Gavin akan lebih mengasihaninya, melepaskan mungkin bisa.

"Gavin aku anak yatim. Ayahku udah meninggal."

"So what?"

"Aku dari Semarang, kamu tau kan?"

"So?"

"Aku disini sendirian...."

"You still have your mom."

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang