31.

35.5K 1K 22
                                    

"Lo udah ada dress buat acara kelulusan nanti Man?" tanya Sheryl pada Manda.

"Udah dong! Cakep banget dressnya. Nih coba liat!" Manda memamerkan dressnya lewat handphone.

"Cakepnya.... Lo gimana Di?"

"Udah ada. Huft...." Diandra menjawab singkat sambil menghela nafas panjang.

"Kenapa lo Di? Inget Gendis lagi?" tanya Sheryl.

Diandra mengangguk lemas.

"Udah Di... Kita sama sedihnya kok nggak dapet kabar dari Gendis. Kita udah usaha, tapi nggak ada hasil kan Di. Mau lapor polisi juga percuma, kita bukan orangtuanya kan." Sheryl menenangkan Diandra.

"Rio sama Novan juga udah nyoba nyari informasi tapi hasilnya nihil. Gavin juga sepertinya nggak tau apa-apa." lanjut Sheryl.

"Lo yang sabar aja Di, suatu saat pasti kita bakal dapat kabarnya Gendis." ucap Manda.

"Iya.... Gue cuma ngerasa kasihan aja sama Gendis, dia nggak bisa kayak kita. Nggak ikut ujian, nggak bisa ikut pesta kelulusan. Padahal kita udah janjian mau beli dress bareng." mata Diandra mulai berkata-kata.

Gavin, yang tadi hanya berniat melintasi mereka, tiba-tiba terdiam karena tertarik dengan nama Gendis.

Gavin tak bermaksud menguping, tapi pembicaraan tentang Gendis kini selalu mengusiknya, membuatnya penasaran.

Ternyata Gendis masih belum ada kabar. Kenapa gue peduli gini ya? Emang gue masih pingin jahatin Gendis, tapi kalau dia ngilang tiba-tiba kayak gini gue jadi ikutan khawatir.

Gavin sebenarnya sempat mengangkat pembicaraan tentang hilangnya Gendis pada papanya dan ibu Gendis. Tapi respon ibu Gendis sungguh di luar dugaannya.

Ia kira ibunya akan khawatir, namun ternyata dengan entengnya ibunya berkata mungkin Gendis pulang ke Semarang.

Semarang, apa Gavin perlu ke Semarang untuk mencari Gendis?

Bisa saja Gavin lakukan. Tapi pertanyaannya satu, buat apa Gavin mencari Gendis? Kenapa juga ia harus susah-susah mencari keberadaan Gendis?

Tak mau ambil pusing lagi, Gavin akhirnya menyudahi pemikirannya tentang Gendis. Lebih baik ia bersenang-senang sebelum ia meneruskan studinya ke luar negeri.

**

"Untuk perolehan nilai tertinggi ujian akhir SMA PELITA JAYA diperoleh oleh  Gavin Arka Wijayanto putra bapak Aryo Wijayanto."

Gavin naik ke atas pentas dengan gagahnya. Memakai setelan jas hitam yang membuatnya terlihat gagah. Rambut disisir rapi ke belakang memberikan kesan dewasa dan seksi di waktu bersamaan.

Penampilan Gavin yang seperti ini membuatnya makin digilai gadis-gadis di SMA Pelita Jaya. Pun dengan para orang tua yang tampak kagum melihat Gavin.

Setelah penyerahan piagam dan ijazah kelulusan, acara itu berlangsung dengan meriah. Acara kelulusan yang diadakan di salah satu hotel ternama itu memang menjadi salah satu momen yang ditunggu-tunggu oleh siswa Pelita Jaya.

"Mas, mas Gavin ya?" ucap salah seorang petugas security.

"Iya, kenapa Pak?" Gavin  kebingungan dengan security yang menyapanya. Begitu juga dengan teman-temannya.

"Ini ada orang yang nitipin ini. Katanya hadiah kelulusan buat mas." Petugas itu menyerahkan sebuah amplop coklat kepada Gavin.

"Dari siapa Pak?"

"Tadi ada perempuan yang ngasih"

Karena Gavin merasa aneh dengan amplop itu, Gavin mencari tempat yang agak sepi untuk membukanya.

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang