12.

48.2K 1K 33
                                    

"Gavin, kamu ibu panggil ke ruang BK ini karena ada yang laporan kamu ciuman di sekolah, 2 kali!" ucap Bu Yanti guru BK di sekolah mereka.

"Ck..siapa sih yang cepu in?" Gavin kesal karena ada yang berani melaporkan tindakannya melakukan ciuman di depan umum.

"Nggak usah ngerasa kesel gitu! Kamu kan memang ciumannya di depan banyak orang, kamu kira nggak akan nyampe ke telinga guru-guru?"

"Tindakan kamu itu bener-bener tidak pantas. Bisa-bisa dijadikan contoh sama teman-teman kamu!"

"Emang saya siswa teladan Bu? Setahu saya, saya siswa yang paling banyak melakukan pelanggaran, wajar lah saya gitu. Yang nggak wajar kalau saya ini siawa teladan terus ngelakuin kayak gituan." sela Gavin.

"Kamu ini kalau ngomong memang pinter banget. Dan kamu, anak baru ya, siapa nama kamu tadi, Ibu masih belum hapal."

"Gendis bu..."

"Kamu kalem begini, kok ya mau aja sama Gavin? Jangan-jangan kamu dipaksa?"

"Bu Yanti udah deh. Gendis pacar Gavin, wajar kan kalau kita ciuman?"

"Heh! Kamu ini nyela terus. Nggak bisa! Ciuman di sekolah itu dilarang! Orangtua kalian akan mendapatkan surat peringatan atas tindakan kalian!"

"Tapi Bu....." Gendis sudah akan menangis saat mendengar hal itu. Seumur hidup baru kali ini Gendis masuk ruang BK.

Melihat mata Gendis yang sudah siap menumpahkan air matanya Gavin entah kenapa merasa kesal. Sambil sedikit berfikir Gavin menatap Gendis.

"Udah Bu Yanti, surat peringatan nya buat orangtua saya aja. Gendis nggak usah, dia nggak salah. Saya yang maksa dia ciuman di sekolah."

Gendis kaget karena seakan Gavin kini melindungi nya. Gavin terlihat makin memperhatikannya dan terlihat bertanggung jawab. Tapi benarkah? Apakah Gavin benar-benar tulus bersikap melindungi Gendis seperti ini? Entahlah.... Satu yang pasti, Gendis meyakini bahwa Gavin melindunginya. Polosnya Gendis....

**

"Apa-apaan kamu ini Gavin!  Apa ini! Ciuman? Kamu mau jadi apa hah?! Berkelahi! Tawuran! Bolos! Sekarang apa ini? Ciuman!! Kamu ini bisa nggak sekali aja nggak bikin masalah? Nggak malu-maluin papa terus!" Papa Gavin, Aryo Wijayanto marah besar saat menerima surat peringatan dari sekolahnya.

"Aku kan nggak selalu malu-maluin papa. Juara 1 tetap dipegang aku kok, cuma masalah ciuman gitu doang kenapa digede-gedein sih? Ribet amat sih pa!" Gavin memang pembangkang, apalagi saat berhadapan dengan papanya.

"Cuma kamu bilang?! Papa ini pemilik yayasan sekolah kamu! Malu papa sama anggota yayasan yang lain kalau kamu kayak gitu!! Nanti pasti dipikir papa nggak becus mendidik kamu!!"

"Bisa nggak kamu itu jadi anak baik-baik gitu, tanpa masalah! Contoh dong anak mama tiri kamu! Dia anak baik-baik, berprestasi, juara olimpiade Nasional! Punya anak satu kok ya malu-maluin! Nggak berguna!"

"Ya udah, papa coret aja aku dari Kartu Keluarga! Aku nggak masalah kok!"

"Kamu tuh ya!!"

"Kenapa? Nggak berani ya Pa? Takut kalau sampai nggak jadi waliku?" Gavin tersenyum mengejek pada papa nya.

Sungguh tak sopan, namun memang kenyataan jika papa Gavin tak berani kalau sampai menyerahkan perwalian atas Gavin kepada orang lain. Bisa-bisa hilang semua harta yang kini dikuasainya.

Iya, harta milik papa Gavin, bukanlah seutuhnya milik papa Gavin. Namun milik almarhumah mama Gavin. Dan itu semua di atas namakan dengan nama Gavin. Sayangnya, Gavin tak bisa mengelola hartanya sebelum dia berusia 21 tahun atau saat dia sudah menikah sebelum usia itu.

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang