39.

26K 791 10
                                    


Ruangan bernuansa tradisional Jawa ini kini beratmosfer sangat tidak nyaman. Begitu tegang.

Bayu beserta istrinya Tya, Gendis dan juga Gavin kini sedang duduk berhadapan. Saling diam tanpa ada yang memulai pembicaraan.

Bayu sedari tadi menatap tajam ke arah Gavin. Sedang yang ditatap hanya menatap kosong meja di depannya.

"Gendis, ceritain sama om kenapa orang ini bisa masuk lagi di hidup kamu!" Bayu memulai pembicaraan.

Gendis menghela nafas, "Dia ngeliat aku di rest area waktu mau kesini. Terus, dia ngejar mobilku buat mastiin itu bener aku apa bukan."

Oke mungkin terlihat sepertinya takdir mempertemukan mereka kembali. Bayu pun menyadari tak bisa menghindari ketentuan takdir.

"Jujur saya nggak suka sama kamu! Walau kamu ayah biologis Genta sekalipun."

"Kalau ingat gimana kondisi Gendis waktu itu ...... Hiks hiks....sampai sekarang pun saya nggak kuat! Kamu itu manusia apa iblis! Apa salah keponakan saya?! Kok kamu tega banget?!" Bayu mulai melepaskan emosinya yang tertahan.

Memang dasarnya Bayu tipe laki-laki Jawa yang kalem, persis seperti almarhum ayah Gendis. Emosinya tidak meledak-ledak hingga harus main fisik. Hanya meninggikan nada suaranya saja beberapa oktaf.

Gavin diam-diam bersyukur karena menyadari Bayu lebih kalem dari yang ia kira. Walau sebenarnya dia masih takut, tapi Gavin bagai mendapatkan secercah harapan.

"Saya minta maaf. Walaupun saya tau permintaan maaf nggak akan cukup atas apa yang sudah saya lakukan. Saya bener-bener minta maaf dan mohon pengampunan."

"Saya mungkin udah jadi manusia paling bodoh. Manusia paling keji dan paling brengsek. Saya menyadari itu. Saya tau sudah terlambat. Tapi saya mohon, kasih saya kesempatan. Saya mau memperbaiki semuanya."

"Ck! Memperbaiki gimana?! Emang bisa kamu ulang waktu?! Masa depan Gendhis udah hancur dan itu gara-gara kamu!" Bayu terlihat cukup tak sabaran.

"Saya tau! Dan brengseknya saya, saya baru sadar sekarang kalau saya nggak bisa kehilangan Gendis dan juga Genta."

"Saya nggak bisa ngulang waktu, sekarang yang bisa saya lakukan cuma menjaga Gendis sama Genta. Memberikan mereka berdua masa depan yang lebih baik. Jadi tolong, ijinin saya menikahi Gendis."

Gendis sontak kaget dengan pernyataan Gavin yang ingin menikahinya. Begitu pula dengan Bayu dan istrinya.

"Kalau saya ijinin kamu, apa saya bisa dapat jaminan kalau kamu nggak akan menyakiti Gendis lagi? Saya nggak percaya sama kamu!"

"Laporin saya ke polisi, masukin saya ke penjara atas perbuatan saya yang dulu sama Gendis. Dan saya janji saya akan melepas Gendis dan Genta kalau saya sampe nyakitin hati mereka lagi."

Bayu diam sesaat kemudian melihat ke arah Gendis yang kini tak tenang.

"Sebenarnya yang paling berhak memutuskan semuanya itu Gendis. Saya disini cuma mau melindungi Gendis. Semuanya saya serahkan sama Gendis."

"Gendis, apa kamu mau nikah sama Gavin?" Bayu bertanya pada Gendis.

Gendis tak segera menjawab.

"Maaf... Gendis sendiri masih belum bisa menata hati Gendis. Gendis bingung sama perasaan Gendis sendiri."

"Kamu...nolak Dis?" Gavin agak syock, jujur saja Gavin masih saja kepedean dan menganggap Gendis masih mencintainya seperti dulu.

"Gimana ya....di satu sisi aku seneng karena Genta diakui sama papanya. Bahkan kamu kelihatan sayang banget sama Genta. Tapi di sisi lain, aku masih sakit. Masih membekas di hati dan pikiran aku Vin...."

Gavin nampak sedikit stres. Dia mengusap kasar wajahnya beberapa kali.

"Please Dis.... Aku nggak bisa kehilangan kalian....please...."

"Nggak tau Vin....aku masih bingung...."

Bayu dan Tya hanya memperhatikan. Keempatnya kini diam.

Gavin tiba-tiba mengangkat kepalanya yang dari tadi tertunduk lesu.

"Kasih aku kesempatan! Sebulan aja... Sebulan aja ngerasain jadi suami kamu. Setelah sebulan, kalau aku masih belum bisa nyembuhin luka di hati kamu, aku akan pergi. Aku janji Dis...." Gavin berucap sambil menatap Gendis dengan penuh harap.

Gendis membalas tatapan Gavin, kemudian mengalihkan pandangannya kepada Bayu. Seolah memohon petunjuk.

Bayu mengangguk kecil.

"Oke...tapi kamu harus bikin perjanjian hitam di atas putih. Baru aku mau kita nikah siri untuk sebulan ke depan."

"Serius Dis? Beneran mau?"

Gendis menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

***

Sesuai kesepakatan, akhirnya Gavin akan menikahi Gendis secara siri dengan beberapa perjanjian yang dituliskan di atas kertas.

Bayu segera mengurus semuanya. Walaupun dia tak menyukai Gavin, tapi di hati kecilnya ada setitik harapan Gavin dapat membahagiakan Gendis dan Genta.

Ya...hanya dalam satu bulan. Gavin dan Gendis akan menjalani pernikahan siri dalam satu bulan ke depan. Kelanjutan dari hubungan mereka akan ditentukan sukses tidaknya Gavin mengambil hati Gendis dalam satu bulan itu.

"Sah!" ucap penghulu yang telah disiapkan Bayu untuk pernikahan siri antara Gavin dan Gendis.

Dengan ini awal dari perjuangan Gavin intuk meluluhkan hati Gendis akan dimulai.

"Monggo mbak, silahkan dicium tangan suaminya." Ucap ustad yang berlaku sebagai penghulu.

Gendis melirik Gavin sesaat. Gendis yang sebenarnya dari tadi merasa perasaannya bergejolak saat Gavin mengucapkan ijab, makin merasa gugup saat ia harus mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Gavin.

Dengan gerakan yang ragu-ragu, Gendis pun meraih tangan Gavin, mengarahkan ke wajahnya untuk kemudian menciumnya dengan khidmat.

Gendis sadar, ijab tadi bukan main-main. Walaupun ada beberapa perjanjian diantara mereka, kini status Gendis sudah menjadi istri Gavin.

Siap tak siap, Gendis setidaknya harus mencoba. Karena jauh di lubuk hatinya, masih ada perasaan cinta yang sayang nya masih bergelut dengan rasa luka dan kecewa.

Sedangkan Gavin...

Ada perasaan haru saat Gendis mencium tangannya. Gavin bangga, bahagia karena kini dia adalah seorang suami.

Gavin berdoa dalam hati semoga ia bisa membuat Gendis bahagia dan memutuskan untuk bersama Gavin selamanya, bukan hanya satu bulan.

*****

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang