28.

33.3K 899 40
                                    


"Dis, lo gak papa? Lo nangis Dis?" panik Novan melihat Gendis yang sedang menangis dari spionnya.

"Dis, lo kenapa? Maafin gue ya. Gue ada salah ya sama lo?" Novan segera menghentikan motornya, kemudian membalikkan badannya menghadap Gendis.

"Gara-gara gue tadi nyapa Gavin ya? Maaf Dis, udah ya nangisnya..."

Gendis masih saja menangis.

"Cepet anterin pulang ya. Bukan kamu kok yang salah." ucap Gendis sambil sesenggukan.

Tanpa banyak bicara lagi, akhirnya Novan lanjut mengantarkan Gendis pulang ke apartemennya. Mungkin saat ini Gendis butuh waktu untuk menangis.

Ciit ..

Akhirnya motor yang dikendarai Novan sampai di apartemen Gendis.

"Makasih ya Van..." Gendis masih sesenggukan.

"Lo beneran nggak papa? Kalo lo butuh temen cerita, gue siap dengerin lo."

"Nggak papa.... Nanti aku cerita, tapi bukan sekarang."

"Oke. Baik-baik ya! Gue cabut dulu." Novan berpamitan sambil mengacak rambut Gendis.

**

Di dalam apartemen Gendis berfikir apa yang akan ia lakukan ke depannya.

Kini ia dianugerahi tanggungjawab, berupa dua janin yang kini mulai bertumbuh di rahimnya.

Sebisa mungkin ia akan merahasiakan hal ini dari siapapun. Cukup Danisa dan dirinya saja yang tahu.

Bulan depan, tepat setelah ujian berakhir, ia akan segera meninggalkan Jakarta. Kembali ke Semarang, mencoba membuka lembaran baru di sana.

Sehat ya nak.... Kalian yang kuat. Maaf kalau mama bikin kalian sedih di dalam sana...

**

"Gendis, ini gimana ngerjain soal yang ini?" Diandra bertanya pada Gendis.

"Oh ini .. kan tinggal pake rumus yang ini Di. Sini coba aku jelasin..."

"Ntar ntar...kalian lagi bahas soal yang mana? Ikutan dong!" Manda tiba-tiba muncul di antara Diandra dan Gendis.

"Iya, sini duduk di sampingku. Ayo tak jelasin  caranya gimana ngerjakan soal ini."

Gendis pun menjelaskan pada dua temannya itu soal matematika yang dipermasalahkan oleh Diandra.

Ujian akhir akan berlangsung minggu depan. Oleh karena itu, siswa siswi kelas 12 SMA PELITA JAYA kini banyak yang lebih gencar belajar, tak terkecuali Gendis dan teman-temannya.

Kehamilan Gendis pun kini memasuki minggu ke 9, usia kehamilan yang masih kecil hingga masih bisa ditutupinya.

Kondisi Gendis pun masih sehat, dan tak mengalami hyper emesis hingga tak membuat orang-orang di sekitarnya curiga.

Kring....

"Halo? Eh... ada disini? Di depan? Kok nggak bilang-bilang sih?"

"Tunggu ya...aku kesana..."

"Siapa Dis?" Tanya Diandra.

"Om Bayu, dia ada di depan. Aku kesana dulu ya!" pamit Gendis.

Tanpa Gendis dan teman-temannya tahu, Gavin melintas di samping mereka saat Gendis berbicara di telepon. Sayangnya, Gavin sempat mendengar nama yang Gendis sebut dan itu membuatnya meradang.

Bayu? Siapa lagi? Sialan lo Dis! Seberapa banyak cowok yang lo punya sekarang!!

Gavin pun memutuskan untuk diam-diam mengikuti Gendis.

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang