9.

54K 1.1K 2
                                    

Gavin pagi ini menggandeng tangan Gendis. Sebagian besar siswa masih merasa keheranan, bagaimana seorang Gavin bisa menggandeng seorang cewek, belum pernah sebelumnya.

Gendis sebenarnya sangat merasa malu. Sudah 2 hari dia tidak masuk sekolah. Hari pertama, rencana yang gagal untuk kabur ke Semarang dan berakhir membuatnya harus seharian bersama Gavin. Hari kedua tak masuk, karena Gavin merasa malas jadi ia harus tetap menemani Gavin.

For your information, Gendis dan Gavin kini tinggal bersama. Antisipasi Gavin kalau-kalau Gendis ada niatan kabur lagi, biar lebih gampang memantaunya. Entah mereka di apartemen Gavin, atau di apartemen Gendis, pokoknya mereka bersama.

Setelah memasrahkan diri saat itu, Gendis kini makin oleng pada Gavin. Entah perasaan apa itu, yang jelas Gendis mulai merasa nyaman. Apalagi Gavin termasuk orang yang perhatian menurut Gendis, ya..walau mulutnya sangat kasar.

"Lo nggak gerah pake hoodie?"

"Terpaksa...buat nutupin kissmark."

"Cih...emang kenapa kalo kissmark nya kelihatan? Biar aja orang tau kalo lo tuh udah jadi cewek nggak bener."

"Terus? Kalau orang-orang tau aku bukan cewek baik-baik, dan ada yang deketin aku karena mau pake aku juga, gak papa ya?"

"Heh!! Bacot!!! Mau digampar ya tuh mulut!!!" Bentak Gavin sambil menunjuk muka Gendis.

Banyak siswa yang kaget atas bentakan Gavin. Lebih kaget lagi yang dibentak cewek yang sedari datang tadi digandengnya.

"Terserah." Jawab Gendis datar.

Srek!

"Nggak usah bertingkah, lo hobi banget bikin gue emosi..." Gavin menarik lengan Gendis yang barusan hendak meninggalkannya, kemudian menarik dagu Gendis dengan kasar.

Cup

Tiba-tiba saja Gavin mengecup bibir Gendis untuk kemudian dilumat lembut. Semua itu dengan sadar Gavin lakukan, di depan kelasnya, di hadapan banyak siswa yang memamng belum masuk ke kelas.

Sontak kegiatan itu membuat histeris sebagian besar siswa, terutama siswa perempuan.

"Bikin gue emosi lagi, lo bakal dapet lebih dari ini!" Ucap Gavin, kemudian menarik Gendis masuk ke dalam kelas mereka.

Diandra dan temannya terlihat senang melihat Gendis masuk hari ini. Namun merasa miris ketika melihat Gendis bersama Gavin, apalagi melihat adegan ciuman mereka berdua tadi.

"Gue mau ke temen-temen gue dulu, mau ngerokok." ucap Gavin sambil mengeluarkan sebungkus rokok dari tasnya.

Gendis hanya mengangguk kemudian menatap kepergian Gavin dari tempat duduknya. Setelah tak terlihat lagi, baru Diandra dan yang lainnya berani mendekati Gendis.

"Gendis...apa tadi itu? Kamu ...punya hubungan apa sama Gavin? Kalian pacaran?" Tanya Diandra bertubi-tubi.

"Nggak tau...."

"Nggak tau gimana sih Dis? Jelas-jelas kalian ciuman tadi..." Sheryl menimpali.

"Pacaran itu, saling suka.  Kami nggak.... He uses me... I'm just something to pleasure him, heh...lucu kan...lucu banget hidupku." Gendis tertawa kecut.

"Gendis...kamu...kamu diapain sama Gavin? You're okay right?" Diandra tampak sangat khawatir dengan kondisi Gendis.

"Menurut kalian? Ngeliat cupang-cupang ini, apa yang ada di pikiran kalian? Dari kata-kata ku tadi... menurut kalian apa yang udah dia perbuat ke aku?"

Semua terdiam, menatap Gendis dengan iba.

"Nggak papa kok, aku udah lumayan terima sama nasibku."

"Kalian liat sendiri kan, beberapa hari yang lalu, aku ngelawan dia, dia nampar aku. Aku udah nyoba ngelawan dia lebih dari itu, tapi nggak bisa aku kalah. Aku udah nyoba kabur, tapi Tuhan malah bikin aku ketemu dia lagi. Jadi...aku pasrah, terserah dia, aku nurut aja."

"Gendis..." Teman-temannya tak tahu lagi mau berkata apa. Mereka hanya merasa prihatin.

"Jangan gitu dooong....kalian jangan sedih. Aku sekarang udah kuat kok... kalau ngeliat kalian kayak gini aku juga ikutan sedih..."

Gendis memang begitu, tak mau berlarut-larut dalam menghadapi sesuatu. Selalu dibuat seakan mengalir apa adanya. Padahal di dalamnya menyimpan luka.

"Eh, udahan...tuh Gavin mau kesini." Ucap manda menyadari kedatangan Gavin.

**

"Tadi pagi ngomongin apa aja temen-temen lo?"

Saat ini Gendis dan Gavin sedang berada di apartemen Gendis. Gendis sekarang sedang memasak mi instan untuk makan malam mereka berdua.

"Nggak ada, cuma tanya hubungan kita apa."

"Lo jawab apa?" selidik Gavin.

"Aku jawab, nggak tahu."

"Kenapa nggak jawab lo pacar gue?"

"Emang aku pacar kamu? Bukannya aku cuma... something to pleasure you?"

"Haha... something to pleasure me? Istilah lo bagus banget....gue suka. That's what you are." Gavin bangkit dari duduknya kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Gendis.

"You're mine..." Dikecupnya pundak Gendis.

"I know..."

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang