45.

44.9K 957 190
                                    

Gavin dan Genta sudah keluar kamar hotel sejak subuh. Tentu saja tidak terjadi apa-apa antara Gavin dan Gendis tadi malam.

Bagaimana mau terjadi apa-apa dengan adanya Genta diantara mereka. Lagipula Gavin masih belum berani menyentuh Gendis lebih dari berciuman. Gavin masih takut akan menyakiti Gendis.

"Anak ganteng dingin nggak? Sama papa dulu ya ganteng, kasian mama capek."

Sebenarnya Genta nggak rewel. Hanya saja Genta terbangun sejak jam 3 pagi. Sudah diberi susu namun Genta tak kunjung tidur. Jadinya Gavin menggendong Genta dan berjalan-jalan sekitar resort, membiarkan Gendhis  melanjutkan tidurnya.

Tepat sebelum sunrise, Gendis menyusul Gavin.

"Vin.... Genta belum tidur?"

"Sst....ini udah mau tidur. Kamu kenapa bangun?" jawab Gavin setengah berbisik.

"Kepikiran Genta..."

Gavin tersenyum mendengar jawaban Gendhis. Perhatian banget Gendhis sama anaknya, padahal Gavin tau Gendis masih ngantuk.

"Sini.....kamu kenapa gak pake jaket? Dingin loh..."

Gavin merentangkan tangannya, segera membawa Gendhis dalam pelukannya. Memeluk dua orang yang kini sangat berarti bagi Gavin, melindungi mereka berdua dari dinginnya angin laut di pagi ini.

Semburat kemerahan telah muncul di langit timur.

Entahlah, mungkin karena  suasana yang syahdu pagi ini, membuat hati Gendis terasa nyaman.

Gendis mengulurkan satu tangannya memeluk pinggang Gavin. Pun dengan kepalanya ia rebahkan di pundak Gavin.

Gavin sedikit terkejut dengan tindakan Gendis. Tapi selanjutnya ia hanya tersenyum.

Mereka bertahan dalam posisi itu selama beberapa saat.

"Genta nya udah nyenyak. Yuk ke kamar... Kamu juga butuh istirahat."

Gendhis mengangguk tapi selanjutnya memeluk lengan Gavin, tak melepaskan tautan mereka hingga masuk ke dalam kamar.

"Kenapa hm?" tanya Gavin setelah menidurkan Genta.

"Peluk..." ucap Gendis sambil merentangkan kedua tangannya.

Gavin pun segera menghampiri Gendis. Membawa Gendis dalam pelukannya. Mengelus-elus punggung Gendis sambil sesekali mengecup kening Gendis.

Gavin kemudian melepaskan pelukan mereka. Menggandeng tangan Gendis menuju sebuah sofa di kamar mereka.

Gavin mendudukkan dirinya di sofa itu lalu meminta Gendis duduk di pangkuannya. Meneruskan kegiatan berpelukan mereka tadi, tapi kini dengan Gendis yang menelusupkan wajahnya di ceruk leher Gavin.

Sebenarnya niat Gavin hanya ingin membuat Gendis merasa rileks. Tapi entah kenapa, tangan Gendhis sangat aktif.

Sedari tadi Gendis meraba dada dan perut Gavin. Mengikuti alur otot-otot perut Gavin, "Masih kotak-kotak...."

Gavin menyeringai kecil mendengar ucapan random Gendis.

Beralih dari perut, Gendis kini mengendus-endus leher Gavin.

"Kenapa bau kamu enak sih?" ucap Gendis tepat di dekat telinga Gavin.

Jujur itu membuat Gavin meremang.

Gendis terus mengendus leher Gavin, sesekali mengecup pangkal leher Gavin.

"Eungh...." Gavin menengadah sambil menutup matanya.

Gendis masih saja mengecupi Gavin, dengan tangannya yang meraba sensual perut Gavin.

"Gendis....kalau kamu lanjutin aku gak bakal bisa tahan...." Gavin meraih dagu Gendis menatap intens perempuan itu.

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang