21.

36.4K 824 29
                                    

"Ibu...."

Wajah Gendis memucat, garis besar kondisi saat ini sudah dapat dicerna oleh Gendis. Ditatapnya Gavin yang sampai saat ini masih santai. Tersenyum begitu lepasnya. Sepertinya memang Gavin mengharapkan ini.

"Papa tunggu kalian berdua dibawah!" perintah Papa Gavin yang terlihat sekali begitu kesal.

Tidak ada satupun yang bergerak diantara kedua insan ini. Kemaluan mereka pun masih menyatu. Gavin menatap Gendis dengan senyum liciknya, sedang Gendis menatap Gavin dengan tatapan kosong.

"Kamu sudah tahu semuanya?" Gendis bertanya lirih, meminta penjelasan dari Gavin.

"Yang sopan kalo manggil gue.... Panggil gue Kak, atau Mas.....literaly gue kakak lo..." Gavin tetap dengan senyum liciknya menggoda Gendis.

"Cepet pake baju lo, papa nunggu kita di bawah!"

**

"Papa nggak tau harus ngomong apa!! Apa yang kalian lakukan bener-bener.....ahhh!!!!" Papa Gavin mengusap wajahnya kasar.

"Maksud kamu apa sih?! Pasti kamu yang mulai semua ini kan?!" Tuding papa Gavin pada Gavin.

Gabin yang tenang tanpa rasa bersalah ataupun takut sekalipun berkata, "Iya! Gavin yang mulai. Gavin cuma mau nunjukin sama kalian berdua... Kalau dia, sama kayak Gavin.... sama-sama rusaknya kayak Gavin!"

"Nggak mungkin... Gendis nggak mungkin seperti kamu!" Siska, ibu Gendis menolak pernyataan Gavin.

"Nggak mungkin gimana?! Tante buta ya?? Nggak lihat tadi dia agresif banget pas ngewe?!!"

"Gavin!!"

"Kenapa pa? Mau belain dia? Dia tuh sama kayak istri papa itu! Sama-sama perempuan rusak! Pelacur!!"

"Gavin!!! Jaga ucapan kamu!"
"Pasti kamu yang ngasih pengaruh buruk buat Gendis!"

"Kalau iya kenapa? Yang penting, Gendis sudah rusak!"
"Gavin bisa bikin semua orang tau, di sini...di handphone Gavin, banyak foto-foto telanjang Gendis, video sex kita juga... Gavin bisa sebarin ini.... Bayangin pa, anak kandung dan anak tiri Aryo Wijayanto melakukan skandal seks! Woooow pasti heboh banget!"

"Gavin jangan gila kamu!!!!" Aryo, terlihat begitu murka.

"Mas.... Sabar mas, jangan terlalu emosi...." Siska mencoba untuk menenangkan Aryo.

"Mau kamu apa?! Kenapa kamu nyiksa papa terus?!! Kamu.... Kamu sama mama kamu emang bener-bener sama! Kenapa kamu nggak ikut mati aja!!"

Grep!!

Gavin menarik kerah papanya. Amarahnya meninggi setiap papanya menyinggung almarhum mama Gavin.

"Harusnya papa aja yang mati!"

Brak! Prang!

Suara vas yang jatuh karena tersenggol Gendis menghentikan perseteruan antara ayah dan anak itu. 

Gendis yang sedari tadi diam, hanya memperhatikan orang-orang di sekitarnya yang saling mengadu mulut, kini tiba-tiba berdiri. Ia tak tahan. Dia disini hanya orang asing yang jadi korban. Menjadi salah satu alat membalaskan rasa sakit Gavin. Gendis tak pantas mendapatkan ini semua.

Andai dia tak ke Jakarta. Andai selamanya mama Gendis menghilang dari hidupnya. Andai ia tak bertemu Gavin. Andai ...

"Mau kemana kamu Dis?" Siska menegur Gendis yang terlihat hendak pergi.

"Selesaikan urusan kalian.  Saya nggak mau terlibat." Ucap Gendis datar.

"Gendis! Ini urusan kamu juga! Kamu udah ngelakuin hal yang amat memalukan Gendis! Ibu kecewa sama kamu!"

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang