7.

64.3K 1K 6
                                    

Aktivitas Gavin dan Gendis berlanjut ke dalam kamar Gavin.

Gendis terhempas di atas ranjang Gavin yang cukup besar. Pakaian gadis itu kini sudah tidak lengkap lagi. Entah apa yang sudah Gavin perbuat, kini hanya tersisa celana dalam dan kaos yang tersingkap ke atas. Rambut pun sudah acak-acakan tak karuan.

"Sini!" Perintah Gavin, menyuruh Gendis duduk di pinggiran kasur, sedang dirinya berdiri.

"Bukain..."

Sontak Gendis mendongak, menatap Gavin dengan heran.

"Apanya?"

"Celana gue. Bukain!" Ucap Gavin sambil menuntun tangan Gendis untuk membuka celananya.

Mau tak mau Gendis membuka  celana Gavin, walau kini dia sangat gugup.

"Ini juga, bukain!" Ucap Gavin lagi mengarahkan tangan Gendis ke celana dalamnya.

Gendis sangat ragu hingga ia menghentikan pergerakannya. Tapi Gavin tetap menuntun tangan Gendis. Dan akhirnya Gendis melakukannya, membuka celana dalam Gavin. Membebaskan benda yang sedari tadi meronta-ronta ingin mengacung bebas.

Gendis membelalakkan matanya melihat penis Gavin. Walaupun Gavin sudah menggagahinya kemarin, tapi dia tidak melihatnya sejelas ini. Di depan matanya. Besar, panjang dan sedikit berurat.

Glek....

Cukup untuk membuat Gendis menelan ludahnya...

"Sekarang buka mulut lo!"

"Ha?" Gendis kebingungan

"Mangap, buka mulut!"

Gendis pun menuruti, walaupun pikirannya masih mengarah pada penis Gavin.

Perlahan... Gavin mengarahkan penisnya untuk  masuk ke dalam mulut Gendis. Gendis reflek memundurkan kepalanya, tapi kemudian ditahan oleh Gavin.

"Aah .... Hmmmmh..." Desah Gavin saat penisnya masuk ke dalam mulut Gendis. Sensasinya yang basah namun hangat membuat Gavin tak tahan untuk mendesah.

Dengan tetap menahan kepala Gendis, Gavin semakin mendorong penisnya masuk hingga menyentuh tenggorokan Gendis.

"Huek..." Gendis meronta, mencoba melepaskan penis Gavin. Tapi tak bisa karena sudah pasti kalah kuat dari Gavin.

Wajah Gendis sudah belepotan penuh dengan air liurnya sendiri. Rasa penuh di mulutnya dan sensasi menggelitik saat ujung penis Gavin menyentuh pangkal tenggorokannya entah kenapa semakin lama menjadi candu tersendiri bagi Gendis.

Dia jijik, tapi... menginginkan lagi.

Ditambah rasa panas di miss V nya semakin terasa kuat. Panas....gatal...

"Euungghhh..... Gendis... Sekarang isep Dis! Isep yang kuat!" ucap Gavin, masih memegangi kepala Gendis. Matanya memejam menikmati sensasi pada penisnya.

"Ughh...terus... enggh....yes Gendis, terus..."

Beberapa saat kemudian gavin mengeluarkan penisnya dari mulut Gendis. Ditatapnya wajah Gendis yang kini makin terlihat sayu dan memerah.

Sexy.....

Entah mengapa terlihat begitu sexy di mata Gavin. Walau sudah belepotan liur dan sudut matanya basah dengan air mata.

"Tengkurap Dis!"

Gendis sebenarnya bingung dengan perintah Gavin. Tapi tetap dia lakukan, merangkak naik ke atas ranjang dan tengkurap.

Gavin pun ikut merangkak ke ranjang, berada di atas tubuh Gendis. Lelaki itu mengelus perlahan beberapa bagian tubuh Gendis yang terbuka. Kemudian dengan cekatan membuka semua pakaian yang masih menempel pada tubuh Gendis. Kini mereka berdua sudah telanjang bulat.

Wow, gue baru liat dengan jelas body ni cewek, sexy...mulus...

Gavin mengelus lembut pundak Gendis, perlahan turun ke punggungnya. Kemudian menuju pantat Gendis yang cukup bulat, meremasnya perlahan, untuk kemudian diangkatnya agar menungging.

Oh shit!

Nafsu kini sudah makin menguasai Gavin. Ia sudah tak tahan.

Jleb....

"Euungghhh......" Desah Gendis tertahan, merasakan penis Gavin yang langsung menerobos masuk ke liangnya. Penuh...sesak...

"Sempit anjir...."

"Oh shit! Euugh!"

Gavin meracau tak jelas.

Perlahan digerakkan penisnya, maju mundur dengan sangat perlahan, dengan tangan yang menahan pinggang Gendis agar tetap berposisi menungging. Kemudian berangsur cepat, hingga keduanya tenggelam dalam kenikmatan.

Plak plak plak...

"Gendis....ugh....enak banget...."

"Engh... ah....ah... aaaah...." Gendis hanya bisa mendesah, pikirannya sudah melayang, dirinya hanya bisa merasakan kenikmatan di bagian bawahnya.

"Gue mau keluar Dis...." ucap Gavin yang sekarang gerakannya makin brutal. Yang diajak bicara tak merespon, sedang menikmati orgasmenya yang tadi sudah meledak.

"Eungh....urgh...ughhhh..!!! Gue ke.. lu..aar....emmmh.." sebuah hentakan keras dan dalam mengakhiri kegiatan seks antara Gavin dan Gendis.

Gendis langsung roboh saat Gavin melepaskan persatuan mereka. Kali ini dia merasa pening, nafasnya lumayan tak teratur dan tubuhnya terasa lemas.

"Bersihin memek lo! Nih!" Ucap Gavin sambil melemparkan sepaket tisyu basah.

Gendis pun bangun untuk membersihkan sisa percintaan mereka. Kakinya terasa lemas, dia hampir roboh saat akan membuang tisyu ke tempat sampah.

"Kenapa lo? Gitu aja lemes! Gue baru keluar sekali loh!"

Gendis tak menggubris ucapan Gavin, ia sibuk mencari dan memakai pakaiannya.

"Heh!!! Gue nggak nyusuh lo pake baju!!"

Gendis menatap Gavin dengan kesal.

"Kenapa?! Lo gak mau?!"

Enggan untuk melawan Gavin, akhirnya Gendis membuka kembali pakaiannya, kembali telanjang di hadapan Gavin.

"Nah...gitu...nurut! Lo nggak liat gue ngaceng lagi, hm?"

"Lo masih bisa jalan, masih sanggup berdiri....gue maunya lo nggak bisa bangun dari ranjang. Jadi... "

Dan ya .. Gavin memulai lagi kegiatan seks nya dengan Gendis. Terus berlanjut hingga Gendis benar2 tak sanggup bahkan hanya untuk membuka mata.

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang