15.

46.7K 1K 5
                                    

Pertengahan Februari...

Ini berarti Gendis sudah hampir dua bulan tinggal di Jakarta.

Sejak kejadian pemukulan waktu itu, terhitung sudah berlalu sekitar sebulan. Kini Gendis dan Gavin sudah kembali tinggal bersama, yah .. walau waktu itu harus ke gap dan kena omelan nonstop dari Danisa. Dan hubungan mereka pun kini terbilang  cukup adem ayem.

Adem ayem dalam artian Gavin belum pernah kasar lagi pada Gendis dan belum pernah melakukan hal yang tak senonoh lagi di sekolah. Kegiatan mereka pun cukup normal, berangkat pulang bareng, mengikuti kegiatan sekolah, Gavin hangout dengan teman-temannya dan Gendis yang lumayan rajin belajar.

Tapi bukan berarti Gavin sudah berubah. Bukannya Gavin menjadi sosok penyayang yang lemah lembut terhadap Gendis. Ataupun melakukan hal-hal yang membuat Gendis baper.  Bukan....

Gavin masih sering berkata kasar dan ketus pada Gendis. Masih sering bersikap dingin. Masih egois yang setiap perkataan nya harus dituruti.

Kenapa adem ayem? Karena belum ada yang memancing emosi Gavin. Gendis benar-benar menurut pada Gavin. Apapun yang Gavin perintahkan selalu dituruti Gendis. Terutama dalam hal sex.

Bukannya Gavin seorang maniak sex, tapi yah... kalau hidup berdua dengan cewek, apalagi cantik, tentunya Gavin nggak akan menyia-nyiakan kesempatan itu kan?

Sayangnya, Gavin cukup lihai dalam hal ilmu 'percintaan'. Sehingga cewek sepolos Gendis, yang awalnya terpaksa, kini mulai cukup bisa mengimbangi permainan dengan Gavin.

Seperti saat ini......

"Eungh....Gaaviiiiinnh..."  Erang Gendis di atas tubuh Gavin.

Gadis itu menggerakkan pinggulnya maju mundur, mencari puncak kenikmatan untuk bagian bawah tubuhnya itu. Tangannya mencengkram pundak telanjang Gavin yang saat ini duduk santai di sofa, menikmati goyangan Gendis.

"That's right baby.... Kayak gitu terus....eeemmphh....so good...."

"Gavin dalem banget...." Ucap Gendis lirih, terlalu sulit berkata-kata karena kenikmatan yang ia rasakan di bawah sana.

"Masih kuat nggak?"

Gendis menjawab dengan gelengan. Tubuhnya kini sudah penuh peluh, wajahnya merah dan matanya mulai sayu.

Dengan cekatan, Gavin memindahkan posisi tubuh mereka berdua. Gendis berbaring di sofa dengan kaki yang diangkat ke atas, bertumpu pada pundak Gavin.

"Engghhh... Gaviiin....dalem banget...." Gendis lumayan meringis merasakan penis Gavin yang masuk begitu dalam dengan posisi seperti ini.

"Lo masih sempit aja anjir!" ucap Gavin yang tadi kesulitan memasukkan penisnya.

Plok plok plok

Mereka tak lagi berkata-kata, hanya suara kulit yang saling menghantam dan desahan demi desahan yang keluar beriringan.

"Gavin.... Mau keluar..emmh...emmmhhh..."

"Oke...gue juga mau nyampe..." Tanpa aba-aba Gavin mempercepat gerakannya. Memaju mundurkan pinggulnya, menghantam miss V Gendis keras-keras, hingga akhirnya ....

"Aaaaghhh.... Hemmmphh..." Gavin mengerang, menyentakkan pinggulnya dengan keras menandakan ia telah keluar.

🌼🌼🌼

"Dis, gue mau keluar ntar lagi." Ucap Gavin di tengah-tengah kegiatan  makannya.

Kini Gavin dan Gendis tengah makan malam, setelah kegiatan sex mereka sore tadi.

Gendis yang mendengar hal itu, mendongak menatap Gavin.

"Kemana?"

"Ya ada lah...gue mau hang out sama temen-temen gue."

Gendis terdiam sesaat.

"Uhm... Vin... Aku mau keluar juga ya?"

Gavin yang mendengar itu sontak menatap Gendis.

"Mau kemana lo? Ini udah malem."

"Aku mau jalan-jalan sama Dyandra. Dia udah sering ngajak aku jalan, tapi selalu aku tolak....um....ini kan masih jam 7, malam Minggu lagi."

"Nggak papa ya Vin? Please..... Aku sejak tinggal di Jakarta belum pernah jalan-jalan. Apalagi selama tinggal sama kamu, aku nggak pernah keluar apartemen. Ke swalayan aja aku belom pernah. Nggak papa ya...?" Gendis mencoba menjelaskan, berharap Gavin memberi ijin.

Ya ... Emang nggak jelas mereka. Pacaran enggak, tapi tinggal bareng, having sex, Gendis ngelakuin house core udah kayak ibu rumah tangga. Kemana-mana nggak dibolehin, tapi malah si Gavin nya sendiri sering keluyuran, malah sering pulang-pulang mabok.

Gavin menatap tajam Gendis, kemudian menghela nafasnya kasar, "Oke, sekali doang gue ijinin. Tapi lo nggak boleh pulang di atas jam 10!"

"Beneran?! Thanks ya....iya aku janji cepet pulang" ucap Gendis excited, kemudian segera menghubungi Dyandra untuk menjemputnya.

**

"Lo kenapa bos? Ngeliatin hape mulu." Tegur Sandi pada Gavin.

"Nggak, nggak ada apa-apa."

"Man, lo gue lihat-lihat udah gak pernah sewa cewek lagi akhir-akhir ini. Kenapa lo? Udah nggak bisa ngaceng lo?" Novan, salah satu teman hangout  Gavin memulai pembicaraan.

"Ngaco!" Jawab Gavin sambil tertawa kecil.

"Ya habisnya tumben. Biasanya paling nggak lo kesini make out sama cewek-cewek fans elo tuh. Lah ini...."

"Ngapain gue sewa, kalo gue udah punya yang bisa bebas gue pake. Rapet lagi."

"Gila! Serius lo Man?! Apa nih? Kok gue nggak tau? Eh San, Yo...apaan?"

"Oh, lo nggak tau? Big boss kita ini udah punya mainan. Cakep banget tau nggak? Bodynya man.....fiuuuuuh....pantes lo nggak tertarik sama yang laen bos!"

"Sumpah loh man? Lo pacaran kok gue nggak tau?"

"Bukan pacar, mainan gue, my property..."

"What??! Wow.... Kayak apa sih ceweknya? Satu sekolah sama lo?"

Sandi kemudian menunjukkan profil Instagram Gendis pada Novan yang kini penasaran.

"Gilaaa!!! Kalo kayak gini  sih siapa yang nggak betah?"

"Eh, tapi muka-muka polos kayak gini ternyata murahan ya man? Mau aja lo ajak ngen*t"

Rio yang risih mendengar pembicaraan itu akhirnya ikut berbicara, "Diperkosa noh sama temen lo tuh! Kalau nggak dipukulin dan diancam-ancam nggak mungkin dianya mau aja ngeseks sama cowok brengsek macem Gavin."

Gavin yang mendengar ucapan Rio hanya menatap Rio tajam sambil mengepalkan tangannya.

"Wow wow wow..... seru nih kayaknya." Novan yang kini  mulai paham, malah menertawakan Gavin dan Rio.

"Jadi...elo punya semacam 'slave'? Hebat lo man!!"

Gavin diam tak merespon ucapan Novan. Hanya fokus pada handphone nya dan meminum whiskey yang ada di tangannya.

Nggak hubungi gue sama sekali...sialan...

*****

Thank you readers... Thanks buat yang cuma sekedar baca, special thanks buat yang udah kasih vote, komen n masukin cerita ini di list nya. I really appreciate that!

I really want to finish this story but sometimes i am stuck, nggak nemu kata2 yang bisa ngegambarin apa yang ada di pikiran aku. Kayak sekarang.

Sorry kalau gak sesuai ekspektasi kalian🥺



FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang