34.

35.3K 1K 73
                                    

Gendis! Jangan pergi! Maafin gue Dis!
Gendis! Maafin gue!
Maaf....

Gavin terbangun dengan peluh di tubuhnya. Dadanya naik turun dengan cepat  mengatur nafas.

Sudah hampir setahun berlalu, namun Gavin masih tetap dihantui mimpi buruk.

Terapi masih rutin diberikan pada Gavin. Namun sepertinya walaupun telah melalui banyak sesi, terapi itu tak memberikan terlalu banyak bantuan bagi Gavin.

Sebagian besar dari malam-malam yang dilalui  Gavin akan berakhir dengan dirinya yang terbangun tengah malam karena memimpikan Gendis dan kemudian kembali menyesali perbuatannya pada Gendis.

"Hukuman buat gue Dis... Hukuman karena gue udah jahat ke lo......"

Lalu Gavin beranjak dari kasurnya. Membuka lemari tempat ia menaruh barang-barang Gendis. Menatap satu persatu barang yang ada disitu. Kemudian Gavin akan teringat satu persatu memori yang ia lalui bersama Gendis.

Walau akhirnya dengan mengingat memori itu Gavin akan makin merasa bersalah.

Gavin berakhir dengan memegang foto usg calon bayinya, yang bahkan belum berbentuk seperti bayi.

Kemudian Gavin akan menangis, kembali meminta maaf pada calon bayinya.

"Maafin papa...."

Begitu yang akan Gavin lakukan tiap malam saat ia tiba-tiba terjaga. Merenung, menyesali apa yang telah ia perbuat, kemudian berakhir menangis. Tapi syukurlah semua itu sering ia tutup dengan meminta ampunan pada Tuhannya.

Gavin membatalkan niatnya untuk melanjutkan study ke luar negeri. Ia memutuskan untuk berkuliah di Jakarta sambil mengurus beberapa bisnis yang kini sudah beralih tangan dari papa Gavin kepada Gavin.

Gavin berharap dengan membuat dirinya sibuk, maka ia akan sedikit melupakan Gendis.

Gavin yang kini terlihat pendiam dan dingin tak ingin membuka hatinya lagi untuk perempuan manapun. Ia akan makin merasa bersalah pada Gendis jika ia sampai mencintai perempuan lain. Karena Gendis sampai tiada pun hanya mencintai Gavin, maka sampai nanti Gavin mati ia hanya akan mencintai Gendis.

**

"Bos, healing yuk!" ucap Sandi.

Sandi satu-satunya teman Gavin yang masih tetap berada di Jakarta.

Rio kuliah di UGM, sedang Novan ke ITS dan Mike ke luar negeri.

"Si Novan katanya mau main ke Jogja, kita susulin yuk bos! Lo libur kan ntar lagi?"

"Iya tapi kerjaan gue banyak di kantor. Gue nggak bisa tinggalin."

"Yaelah... Lo masih muda banget. Tinggalin lah sebentar. Lo punya banyak orang kepercayaan kan sekarang?"

"Iya sih...tapi .."

"Bos, gue tau lo masih nggak bisa ngelupain Gendis.  Lo butuh refresh pikiran lo bos! Lo libur dulu deh sebulan, kita ngetrip pake mobil ke Jogja."

"Dari Jakarta kita ngetol sampe Salatiga. Dari Salatiga kita ke Jogja, lewat Magelang. Tiap ada tempat wisata yang menarik kita kunjungi dulu deh bos, gimana?" Sandi menyampaikan idenya.

"Gue konsultasi dulu sama Om Fathir. Gue boleh nggak ninggalin bisnis gue sampe sebulan. Ntar gue hubungi lo deh."

**

"Kita berhenti di rest area 456 dulu ya bos. Ngantuk gue. Lagian gue penasaran katanya disitu rest areanya bagus." ucap Sandi.

"Ya udah deh, gue juga mau ngecek email dari kantor." jawab Gavin kemudian.

FAULTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang