Season 2 | Canggung

14 3 0
                                    

Tidak seharusnya aku datang kesini. Bukan berarti aku melupakan tempat yang telah mendidikku, tetapi..hatiku tidak akan sanggup melihat kenyataan kalau wanita itu telah menyandang status sebagai seorang istri orang lain. Sudah seminggu semenjak kejadian hari itu, aku menemukan beberapa informasi.

Farra sudah lulus dari universitas impiannya di Turki tahun lalu. Kemudian dia memilih untuk menjadi pengajar di Pesantren An Nafi'. Dan akhirnya ia menikahi dalah satu anak direktur Pesantren. Tetapi aku masih belum tau namanya. Direktur An Nafi' memiliki beberapa anak laki-laki. Aku tidak terlalu kenal, karena selama tujuh tahun disini, beberapa anak direktur disekolahkan diluar Pesantren An Nafi'

Bagaimana juga, aku harus menemani atasanku memenuhi undangan dari Pesantren An Nafi'.

Ravid melihatku. Karena ini adalah acara besar, ada banyak alumni yang diundang. Ia pun menghampiriku.
"Tidak seharusnya kau datang menggunakan seragam itu." cerocosnya.
"Aku menemani Mayor Jayden sebagai perwakilan dari kantor."

Ravid mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh, aku pikir kamu ingin membanggakan diri dihadapan teman-teman."
"Kalau bukan karena kantor aku tidak akan datang." gumanku, tetapi sepertinya Ravid mendengarnya.
"Karena Farra kau jadi tidak mau mengunjungi Pesantren? Ingat.. Kau tujuh tahun berada disini.."
Aku menjitak kepala Ravid.

"Lalu apa Nona mu tidak datang?"
Seketika, ekspresi wajah Ravid berubah. Aku menyeritkan dahi.
"Ada apa?" aku jadi penasaran.
"Dia sudah seperti vampir saja. Nona akan pingsan jika terkena sinar matahari." Ravid terlihat sedih.
"Apa yang menyebabkan dia seperti itu?" itu aneh dan aku penasaran.

"Fadhil? Ravid?" Akca, salah satu alumni menyapa kami. Aku tidak mungkin melupakan mereka. Kemudian kami menyapa alumni yang lain. Aku tidak bisa bertanya tentang Hanna kepada Ravid. Tidak ada yang tau masalah Hanna selain aku, Ravid, dan mantan seniorku.

Acara sebentar lagi dimulai. Aku harus bersama Mayor Jayden. Beliau tampak celingukan di bangku barisan depan. Tentu saja, kami adalah tamu undangan. Aku pun menjelaskan kepada beliau kalau dulu aku bersekolah disini.

"Fadhil?" seseorang menepuk pundakku. Aku pun menoleh.
"Kamu.. Fadhil kan?"
"Ustadz Rahman?" aku sedikit terkejut. Sudah lebih dari enam tahun aku pergi dari Pesantren ini, beliau masih mengingatku dengan baik.
"Ya Allah Fadhil...!!" seru ustadz Rahman sembari memelukku. Hal tersebut membuat beberapa orang menoleh kepada kami.

"Saya merasa tersanjung. Ustadz masih mengenal saya setelah enam tahun lamanya." ujarku.
"Ini kunjungan pertamamu setelah kamu lulus bukan? Memang santri yang tidak kenal budi!"
Aku tersenyum kikuk. Dasar aku.

"Assalamualaikum Mayor Jayden, selamat datang kembali di Pesantren kami.." Ustadz Rahman sudah berbalik menyapa Mayor.
"Wa'alaikumsalam Ustadz, Anda tidak perlu memanggil saya seperti itu. Maafkan kami, Kolonel Ardi tidak bisa datang. Jadi kami membawa Lettu Fadhil. Saya tidak tau kalau Lettu Fadhil pernah bersekolah disini." Mayor Jayden menjabat tangan Ustadz Rahman kemudian memeluk beliau.

"Begitulah Mayor, kacang lupa kulitnya." Celetuk Ustadz Rahman. "Padahal ia tujuh tahun disini.." tambah Ustadz Rahman. Aku menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Bukan seperti itu Ustadz, saya hanya_"

"Mayor Jayid, eh, maksud saya Mayor Jayden..." seorang lelaki menyela argumenku. Sepertinya Mayor mengenal lelaki itu.
"Ustadz Abyad, lama tidak berjumpa.." ujar Mayor Ridwan sembari menjabat tangan lelaki itu. Aku tidak kenal siapa itu. Tetapi lelaki itu menggunakan jubah berwarna putih dan peci di kepalanya.

"Saya juga senang bertemu dengan anda Mayor." kemudian lelaki itu melirik kearahku. "Maafkan kami, Kolonel Ardi tidak bisa datang. Ada acara mendadak dari atasan." jelas Mayor Ridwan.
Dengan canggung aku menjabat tangan Ustadz Abyad. Apakah dia Ustadz baru disini? Aku tidak pernah melihatnya selama tujuh tahun bersekolah disini.

"Saya Fadhil, saya juga alumni Pesantren An-nafi'." kataku.
"Oh.. Kamu pasti belum pernah bertemu Abyad. Karena dulu Abyad bersekolah diluar pesantren ini." celetuk Ustadz Rahman.
"Ustadz Abyad putra pendiri pesantren ini.." sambung Mayor Ridwan.

"Saya merasa malu, Mayor lebih mengenal pesantren ini dari pada saya." aku benar-benar malu sekarang. Mayor dan Ustadz Abyad tampak menahan tawa. "Dulu Mayor Jayden juga bersekolah disini. Saya ingat, dulu ketika Abyad masih kecil, ia senang bermain bersama Mayor." kata Ustadz Rahman.
"Ustadz, jangan memanggil saya seperti itu. Tidak pantas bagi saya yang bisa seperti ini karena curahan ilmu dari Anda." Mayor terlihat sangat menghormati Ustadz Rahman. "Dulu Mayor juga mendapat panggilan 'Jayid' dari Ustadz Rahman bukan?" cetus Ustadz Abyad. Kali ini aku benar-benar malu. Atau lebih tepatnya aku sedang dipermalukan. Aku tidak tau semua informasi ini.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.." tiba-tiba terdengar suara yang familiar ditelingaku. Tampaknya acara sudah dimulai. Para tamu undangan segera menempati tempat duduknya masing-masing. Aku duduk disamping kiri Mayor Jayden dan disamping kanan Ustadz Abyad. Mungkin lebih baik bagiku kalau aku duduk didekat Ustadz Rahman. Aku lebih mengenal beliau

Acara sudah dibuka. Dan mantan seniorku yang menjadi pembawa acara. Tidak seharusnya aku berada disini..

Mata Farra tertuju pada tamu undangan. Ia sempat menghentikan sambutannya. Sial. Kejadian ini sama seperti saat aku ospek dulu. Hanya berbeda sedikit. Seingatku, setelah ospek itu Farra..

Ah.. Farra yang selalu tampak cantik menggunakan busana apapun. Kali ini ia menggunakan gamis bewarna cokelat tua. Tetapi aku lebih suka melihat Farra menggunakan gamis berwarna pastel.

Ustadz Abyad yang berada disampingku berdehem kecil. Aku menoleh.
Ia mengulurkan tangan.
"Mungkin anda belum tau. Untuk lebih jelasnya, mari kita berkenalan lebih jauh." aku tidak mengerti. Tetapi tetap aku ulurkan tanganku.
"Saya Abyad, kakak tingkat Nafisya Afarra di Istanbul sekaligus suami dari Nafisya Afarra."

Aku menelan ludah. Setelah perkenalan tambahan itu, Ustadz Abyad kembali fokus dengan isi sambutan yang dibawakan oleh mantan seniorku. Mengapa aku harus duduk disamping beliau.. Apa Ustadz Rahman sengaja membiarkan aku duduk disamping suami Farra. Apa beliau mengingatku karena pernikahan Farra yang baru saja terjadi? Hatiku sangat tidak tenang.

Setelah acara pembukaan, Farra memanggil tamu undangan untuk menyampaikan salam sambutan.  Sambutan pertama adalah sambutan dari direktur Pesantren. Sangat disayangkan beliau tidak bisa menghadiri acara ini. Jadi, Ustadz Abyad lah yang menggantikan posisi beliau. Mungkin, Ustadz Abyad adalah putra pertama direktur.

Terdengar suara gaduh dari belakang. Acara ini juga dihadiri oleh para santri. Aku menengok. Aku menangkap wajah Ravid yang berekspresi tidak biasa. Terdengar suara siulan dari belakang saat Ustadz Abyad naik ke panggung. Suasana menjadi tak terkendali. Apalagi saat Farra menyerahkan mic-nya kepada Ustadz Abyad. Aku mendengar suara teriakan histeris santriwati. Dan aku menangkap senyum malu dari bibir Farra. Bagaimana pun juga, mereka masih pengantin baru. Aku rasa, hatiku sudah tersayat separuh.

                                    ***

My Lovely SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang