Hilang

26 4 1
                                    

Linda mengusap lembut kepala anaknya. Air mata tidak dapat berhenti mengalir dari mata Linda. Dua kali Alghif seperti ini, namun tidak sampai separah ini. Hanna berdiri bersandar tembok. Air mata Hanna sudah mengering, tidak sanggup mengalir lagi. Yang jelas, ia sangat bahagia saat melihat Alghif sudah siuman.

"Ma..sudah lah. Aku tidak apa-apa." kata Alghif namun, tangis Linda semakin keras. "Bagaimana tidak apa-apa? Mata putra Mama dibalut dengan perban. Kamu tidak bisa melihat wajah cantik Mama." Disekitar mata Alghif mendapat luka serius, sehingga dokter menutup seluruh muka Alghif, menyebabkan Alghif seperti mumi.

"Ma, aku pasti sembuh. Tenang saja. Oh ya Ma, aku ingin sesuatu. Apakah Mama mau mengabulkan permintaan ku?"

"Apa itu nak, Mama akan berusaha mewujudkan permintaan kamu."

"Catalia ada disini apa tidak Ma?" tanya Alghif. "Iya Alghif, aku ada disini." sahut Catalia. Ia berjalan mendekati ranjang Alghif. Memegang sisi pagar ranjang.

"Tolong kamu panggil Farra. Aku ingin dengar suara Farra."

Deg.

Sungai di wajah Hanna sudah mengering tadi. Namun, setelah mendengar nama Farra terucap dari bibir Alghif, air mata Hanna kembali turun, menjadi sungai beranak pinak.

"Sayang.. Bukankah wanita itu yang membuat kamu jadi seperti ini?" tanya Linda.

"Tidak Ma. Bahkan aku sempat mendengar Farra membela ku. Farra yang membuat lawan berhenti menyerang. Seharusnya, Mama berterima kasih kepada Farra. Catalia.. Kalau Farra tidak bisa kesini sekarang, tolong telpon Farra saja ya.. Aku sangat ingin dengar suara Farra."

Tubuh Hanna luluh, seperti tidak ada tulang penyangga yang menyangga tubuhnya. Ia kembali terisak. Sakit sekali. Kebenciannya kepada Farra bertambah berkali-kali lipat. Hanna menjerit tanpa suara. Linda menatap Hanna dengan prihatin. Apapun itu, Linda telah mempercayai apa yang Hanna ceritakan. Catalia juga menatap Hanna dengan sendu.

"Al.. Mama tidak bisa. Mama.. Tidak bisa percaya kepada gadis itu." Linda kembali menggeleng. "Mengapa Mama berkata seperti itu? Apakah Mama melihat langsung apa yang terjadi di turnamen? Mama tidak bisa langsung menilai Farra begitu saja. Aku mohon Ma.. Panggil Farra.." pinta Alghif lagi.

Linda ingin kembali membuka mulut, namun Catalia menahannya. "Aku akan berusaha membawa Farra menjenguk mu, Alghif. Kamu perlu benyak istirahat agar segera pulih. Dan, mungkin perlu waktu untuk membawa Farra kemari setelah kejadian di turnamen." kata Catalia.

Alghif mengangguk samar.

"Catalia, Ana_"

Catalia mencegah Linda untuk melanjutkan perkataannya. "Jangan sekarang, aku takut kondisi Alghif semakin tidak terkendali, Tante."

"Tapi,_"

"Lagi pula, kondisi Ana juga tidak memungkinkan.." kata Catalia sembari melihat Hanna yang menatap kosong.

"Aku akan menghantar dia pulang Tante. Tante baik-baik disini ya," Catalia mengembangkan semyumnya. Linda menatap Catalia dengan seribu tanya. Catalia mengenggam erat tangan Linda.

"Semuanya akan baik-baik saja. Percayalah Tante..."

Samar, Linda mengangguk meski banyak keraguan di dalam batinnya.

Catalia membantu Hanna berdiri, "Aku antarkan pulang."
Hanna tidak menjawab. Tatapan Hanna masih kosong. "Hanna, tidak baik menatap seperti itu!" kata Catalia sembari menuntun Hanna keluar dari ruang perawatan Alghif.

"Lantas apa yang harus kulakukan Catalia? Bahkan kau membela Farra?!" Hanna menyiratkan dahi. Hanna melepaskan tangan Catalia yang ada di bahunya. "Aku bisa sendiri. Terima kasih." Hanna meninggalkan Catalia. Ia sudah tidak kuasa untuk menumpahkan amarahnya pada Catalia. Tubuh Hanna sudah terlanjur lemah.

My Lovely SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang