"Sita, kapan kita berangkat? Umi sudah tidak sabar bertemu Farra." makanan yang awalnya terasa sangat menggoda dimulut Fadhil mendadak terasa hambar. Fadhil tersedak. Uminya terlalu bersemangat. Tania melihat ekspresi ganjil Fadhil
"Nanti kamu juga mau ikut Dhil?" tanya Tania. "Hari ini Fadhil ada rapat organisasi Mi. Lagi pula, mana mungkin Fadhil akan bertemu Farra? Bukankah Umi dulu bilang, Fadhil tidak perlu bertemu dengan Farra?" jawab Fadhil cepat.
Pandangan Tania beralih pada Aylin yang ingin duduk dipangkuan nenek. "Semakin kamu seperti itu, semakin menegaskan kalo kamu ingin bertemu dengan dia, Dhil.."
Aylin berceloteh ria, tidak mau ikut susah dengan pemikiran sang paman.
Fadhil menunduk resah, gundah. Ia sangat ingin ikut untuk meminta maaf saja. Ia belum pernah meminta maaf secara langsung kepada Farra. Lamunan Fadhil terbuyarkan dengan getaran handphone sita. Sebuah pesan masuk."Dhil, coba tolong liat hp kakak. Siapa tau penting." seru sita karena ia masih mempersiapkan air hangat untuk mandi Aylin.
Fadhil berdecak. Pesan dari Farra yang menginfokan lokasi dimana mereka bertemu. Tanpa sadar, Fadhil telah menghafal alamat yang dikirimkan Farra.
"Dari Farra kak. Mi, Fadhil berangkat dulu ya.. Nanti kalau sudah bertemu Farra, cepat minum obat ya.." Fadhil mencium kening Tania. "Assalamualaikum Mi." Fadhil juga mencium punggung tangan Tania.
"Waalaikumsalam." Tania tersenyum dengan kepergian putranya.***
"Hm.. Hanna aku kasih tau tidak ya?" guman Farra keras sehingga Fira mendengar. "Kamu mau kemana sih Farra? Semenjak tadi malam udah heboh sendiri." celetuk Fira sembari merapikan lemari.
"Fir, kalo semisalnya kamu mau bertemu dengan orang yang ada kaitan sama yang pernah kamu sukai dulu, enaknya kasih tau teman dekat apa tidak?" tanya Farra meminta saran. Fira menempelkan telunjuk pada dagu, tanda berpikir. "Kalau aku sih.. Jangan Farra. Peringatan tikungan tajam." Fira mengedipkan sebelah mata.
Farra mengerutkan dahi. "Aku tidak mengerti maksud mu, Fir." Farra meninggikan bahu, berdecak mana paham. "Farra, hidup itu tidak sekedar hitam putih. Karena akan terasa hampa. Coba deh belakkan matamu. Dunia ini kejam Farra."
Farra memutar bola mata. Alarm hpnya berbunyi. "Terimakasih sarannya Fir. Aku pergi dulu ya,"
Tapi saat Fadhil menelpon Hanna dia juga tidak bercerita dengan ku. Pikir Farra. Farra menepis pikiran buruk yang menujam. Lebih baik segera pergi menemui Umi Fadhil.
Tak lupa Farra membawa buah tangan. Siapa tau bisa jadi oleh-oleh.
Tuling.
Kak Sita
Farra, kami sudah sampai di lokasi.
Farra terkejut. Cepat sekali? Bahkan Farra sendiri baru saja mau berangkat.
Iya kak, tunggu sebentar ya..
Tidak sampai 15 menit, Farra sudah sampai dilokasi. Karena lokasi yang Farra pilih adalah rumah makan yang tidak terlalu jauh dari lokasi pesma.
Jantung Farra berdegup kencang, mulai terasa gugup untuk bertemu dengan ibu Fadhil. Bagaimanana pun juga Fadhil adalah insan yang sempat hadir didalam hati Farra.
"Assalamualaikum." Farra mengucap salam pada penghuni meja nomor 15, tempat yang Farra pesan sebelumnya.
"Waalaikumsalam. Farra ya?" tanya seorang wanita yang menggendong anak perempuan yang mulai hiperaktif. Sepertinya Kak Sita.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Senior
RomanceKetika orang yang pernah kamu sukai menjadi adik tingkat mu, apa yang kamu lakukan? Ketika orang yang pernah kamu sukai menfitnah mu, apa yang kamu lakukan? Itulah yang dialami oleh Nafisya Afarra Fathia atau lebih akrab dipanggil Farra. Farra berus...