Aku tak akan pernah melupakanmu. Sejauh apapun samudra memisahkan, jika aku jawabannya, magnet takdir akan menarikku kembali:))
~Naufal Faqih Alghifari~
***
Farra menimbang-nimbang surat dari Fadhil, memainkan surat tersebut. Apakah isi dari surat ini akan kembali menyayat hati? Mengapa Fadhil berkirim surat? Farra gundah dikasurnya. Ragu dan bingung. Akankah surat tersbut kembali menyayat hati Farra?
Belum sempat Farra membuka, handphonenya berdering keras.
Kakaknya, Dendi."Assalamualaikum Farra." suara khas Dendi memenuhi telinga Farra.
"Waalaikumsalam, kak. Tumben menelpon. Pasti ada maunya, ya?" tebak Farra. Dendi tertawa.
"Coba kamu liat parkiran deh." kata Dendi dramatis. Farra mengikuti apa yang diinstruksi oleh sang kakak.
Farra keluar dari kamarnya menuju balkon. Kamar Farra berada di lantai 2.Dari balkon, tampak Dendi yang sedang bersandar di mobil berwarna silver -mobil Dendi-, kemudian melambaikan tangan kepada adiknya.
"Kakak kenapa disini?" Farra bertanya di telepon. Meski memakai telepon Farra yakin suaranya dapat terdengar di telinga Dendi tanpa menggunakan telepon. Farra menerawang mobil. Ada Aisyi, istri Dendi yang duduk di kursi depan, samping sopir."Kakak mau nonton bola. Kamu mau ikut nggak?" tawar Dendi.
"Kalo mau mesra-mesraan sama istri, jangan ngajak orang ketiga dong..." caanda Farra.
Dendi pengemar berat sepak bola. Dan Aisyi, ia memang anggun. Namun Aisyi juga menyukau sepak bola. Karena sepupu Aisyi laki-laki semua. Sementara Aisyi anak tunggal. Aisyi memiliki pipi merah, humairah. Membuat Dendi tidak bisa menolak ketika ia dijodohkan dengan Aisyi."Aish... Kakakmu ini sedang berbaik hati. Kakak mau bertemu langsung sama pemainnya. kakak sudah kenal lama dengan pemain itu. Oleh karena itu, kakak diberi 3 tiket VIP. Tapi mainnya besok. Karena cukup jauh, kita berangkat sekarang. sudah disiapkan hotel sama temen kakak itu." jelas Dendi.
"Kakak ngigau ya," sifat jahil Farra muncul.
"Maka dari pada itu, kamu pastiin, kakak kamu ini lagi ngigau apa engga." Dendi masih membujuk Farra.
"Besok kamu free kan? kita udah lama lho, engga liburan bareng lho." sambung Dendi.
Iya sih. kan, sidangnya Aidil masih lusa. Semenjak Dendi menikah, Farra memang jarang berlibur bersama sang kakak."Iya deh kak. Farra ikut."
"Yess!!" Dendi mengepalkan tangan, bersorak bahagia.
"Aku siap-siap dulu ya kak." pamit Farra.
"Iya adikku sayang," Dendi tersenyum penuh kemenangan.***
Aisyi menengok kebelakang. Melihat adik iparnya yang melamun menatap jalanan.
"Farra, kamu kenapa?" tanya Aisyi lembut.
"Engga kak. Cuma lagi pingin liat jalanan." Farra memaksakan senyumnya terbit.
Aisyi tersenyum singkat, kemudian fokus menyimak jalan bersama sang suami.Jelas Farra berbohong. Ia tidak bisa fokus. surat milik Fadhil tertinggal diatas dipan pesma. sungguh, ia sangat menyesal tidak segera membuka surat dari Fadhil. Farra sangat penasaran dengan isi surat tersebut. Padahal sebelumnya, Farra sudah yakin memasukkan surat tersebut kedalam tasnya. Farah, teman sekamarnya sedang pulang. Jika ingin meminta sasa atau Hanna, kunci kamarnya kan Farra yang bawa.
"Masih jauh kak?" tanya Farra karena perlahan matahari mulai tumbang.
"Sebentar lagi sampai kok. Cukup jauh ya, kita berangkat siang hampir maghrib baru mau sampai." tutur Dendi.Mobil Dendi berbelok, menuju parkiran hotel bagian bawah. Beberapa menit kemudian, mobil Dendi sudah terparkir rapi.
"Ayo, teman kakak sudah menunggu di lobi." Dendi menutup pintu mobil, kemudian berjalan memimpin. Aisyi dan Farra berjalan dibelakangnya.
"Kakak, kakak kenal teman kak Dendi yang ini." tanya Farra pada Aisyi penasaran. Aisyi tersenyum."Mas Dendi pernah bercerita sedikit. Tapi, dibandingkan kakak kamu jelas lebih tau lho Farr,"
"Ha? Masa sih kak? Masa, aku punya temen atlet bola?" Farra terkejut bukan main. Siapa? Bukan Fadhil kan? Entah mengapa jika berkaitan dengan lawan jenis, Farra selalu berpikir itu adalah Fadhil."Teman SMP mu. Kamu kenal banget kok. Cuma, kalian lost kontak. Maka dari pada itu kakakmu ingin mempertemukan kalian. Mas Dendi, merasa cocok sama teman mu yang satu itu. Kalo.. dia datang melamar, seratus persen Mas Dendi dukung deh," kata Aisy setengah berbisik. Sepertinya rahasia. Dendi saja belum memberitahukan tujuan sebenarnya tentang ini. Aisyi sudah membocorkan informasi itu.
Jika dilihat dari situasi dan kondisi, hanya satu nama yang dapat berbuat demikian. Dendi menepuk bahu seorang lelaki yang bersandar di meja lobi. Lelaki itu membelakangi posisi mereka.
"Sudah lama menunggu?" tanya Dendi.
"Eh... brooo!" lelaki itu balas menepuk bahu Dendi hangat. Tampak kalau sudah sangat akrab. Mereka berdua berpelukan. Saat itu lah Farra melihat pemilik wajah teman dari sang kakak.Farra membelakkan kedua mata. Begitu juga dengan lelaki itu. Mereka segera melepas pelukan.
"Oh iya, sini aku perkenalkan. Ini Aisyi, istriku." kata Dendi sembari menunjuk Aisyi, diiringi senyuman manis miliknya. Lelaki itu balas tersenyum.
"Dan ini.... Farra, adikku. Tapi aku rasa, kalian berdua sudah saling kenal." Dendi tersenyum penuh kemenangan.Farra berusaha menyembunyikan wajah terkejutnya, begitu pula dengan lelaki itu. suasana canggung segera meliputi dua insan tersebut. Tangan Farra berkeringat. Pasti dingin jika disentuh. Satu lagi hantu berhasil mengetok rerusuk hati Farra.
"Oh iya kak. Ini kamar kakak dan kak Aisyi." untung leleki itu cepat mencairkan suasana. Ia menyerahkan kartu kunci pada Dendi.
"Kak, boleh kah aku berbicara dengan Farra sebentar?" Farra terbelak mendengar permintaan lelaki itu. Dendi tersenyum simpul kemudian menarik tangan Aisyi dan berjalan mesra berdua.
Farra ingin memanggil kedua kakaknya itu, namun demi melihat satu kartu ditangan lelaki itu, ah... itu pasti kunci kamarnya."Hai!" lelaki itu berusaha tersenyum, tidak menciptakan ketengangan. Tapi sejujurnya, lelaki itu adalah orang yang Farra hindari setelah Fadhil. Farra tersenyum simpul.
"Coba aku hitung berapa lama kita tidak bertemu." lelaki itu menghitung menggunakan jemarinya. "Lima tahun ternyata. Farra, kamu tidak menganggapku orang asing kan? Atau.... kamu lupa? Dari tadi kamu belum mengucap sepatah kata didepanku." lelaki itu memancing."Tidak, Alghif..." kali ini Farra mengaku kalah. Baiklah, orang yang paling dijauhi Farra bermunculan sekarang. Dan Farra lupa dengan lusa. Ada Aidil yang menunggu.
"Ternyata kamu tidak lupa. Aku berusaha menyusuri jejak mu, tetapi nihil. kamu seperti ditelan bumi. Dan, siapa sangka ternyata kamu adik dari fans berat ku. Dan parahnya lagi, Kak Dendi tau bahwa kita pernah punya cerita bersama." wajah Farra berangsur pucat."Farra? Oh, aku lupa. kamu tidak bisa berdiri lama. Sebaiknya, kita cari tempat duduk dulu."
Farra memang memiliki daya tahan fisik yang lumayan lemah. Namun kali ini, wajah Farra pucat bukan karena terlalu lama berdiri, melainkan karena bertemu dengan Alghif.Kaki Farra mengikuti langkah Alghif. Mereka berbelok menuju restoran yang ada di hotel tersebut. Tunggu... berarti, Alghif akan lama berada didekatnya dong? Seorang pelayan mendekati meja mereka berdua, menyondorkan menu.
"Mau pesan apa?" tanya Alghif. Tetapi Farra masih membisu. karena Farra tidak kunjung menjawab, Alghif akhirnya memesankan Farra tanpa persetujuan dari Farra. Setelah selesai, pelayan itu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Farra, kamu sakit? wajah mu sangat pucat lho.." hati Farra menjerit. semakin sering Alghif memanggil namanya, wajah Farra akan semakin pucat. "Atau.. kamu terlalu terkejut dengan pertemuan kita?" tanya Alghif.
Mata Farra yang kosong perlahan menatap keberadaan lawan bicaranya.
"Aku.. sangat tidak menyangka dengan ini. Apalagi, kakakku sangat sengaja. Aku tidak tau kalau kalian berdua teman dekat." Farra -akhirnya- membuka suara.
"Aku lebih tidak menyangka akhirnya aku berbicara denganmu." ujar Alghif. Ia tersenyum, entah apa artinya."Apa aku terlalu menyeramkan untuk dilihat Farra? sehingga kamu terus menunduk?" tanya Alghif, melihat Farra yang menunduk. Farra mengeluh dalam hati. Percuma, jika Farra pergi kunci kamarnya masih dipegang Alghif.
"Alghif.." horor rasanya, menyebut nama lawan bicara Farra. "Aku lelah, bolehkah aku beristirahat?" -akhirnya- pernyataan itu terucap juga.
Alghif menyadari wajah pucat Farra. Tidak tega membuatnya seperti itu. Alghif menyerahkan kunci milik Farra. "Terimaksaih." cepat-cepat Farra mengambil kunci dan pergi dari hadapan Alghif. Farra perlu menghirup udara bebas atau ia mungkin akan pingsan. Alghif telah menyerap banyak oksigen miliknya.***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Senior
RomanceKetika orang yang pernah kamu sukai menjadi adik tingkat mu, apa yang kamu lakukan? Ketika orang yang pernah kamu sukai menfitnah mu, apa yang kamu lakukan? Itulah yang dialami oleh Nafisya Afarra Fathia atau lebih akrab dipanggil Farra. Farra berus...