Tidak mudah menjalani hari-hari selepas usai masa berkabung. Aku adalah jiwa yang merindu. Maka, ketika aku kembali pada tanah dimana kita mengucap janji, aku tidak yakin dapat mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja
Nafisya Afarra Fathia
***
Lima tahun berlalu dengan sangat cepat. Aku mendongak, menatap langit biru. Selama itu pula aku tidak pernah bertemu dengan gadis pujaanku. Dan aku juga sama sekali tidak berkomunikasi dengannya. Tadi pagi, Ravid menelpon kalau hari ini ia akan bertemu dengan gadis itu. Aku tidak tau untuk apa, Ravid bilang aku akan tau jika aku ikut dengannya.
Ah, seniorku yang satu itu membuatku mabuk rindu. Mengapa setelah aku meninggalkan dia rasa cinta yang begitu besar mulai menusuk dadaku? Ah.. Setan memang seperti itu.
Seseorang menepuk bahuku.
"Sudah lama?" tanya Ravid. Ia tampak rapi dengan setelan dan Jas hitam. Aku menengok kebelakang.
"Aku pikir, kau datang bersama dengan Nonamu.." ujarku.
Ravid tertawa. "Badanmu bagus juga ya..."Aku melepas paksa tangan Ravid yang masih berada dibahuku.
"Canda bro.. Aku cuman mau memastikan kalau temanku ini tidak merasa gugup karena bertemu 'gadis pujaannya'" Ravid kembali tertawa. Tawa Ravid terdengar tertahan.Ravid membuka pintu mobil. Ravid mengatakan lebih baik menggunakan mobil miliknya dari pada milikku. Aku mengiyakan saja.
"Bagaimana kabar Nonamu? Apa dia masih galau dengan laki-laki itu?" tanyaku, mencomot sembarang topik.
"Tidak perlu bertanya seperti itu, kamu tau jawabannya." jawabnya ketus."Aku pikir, setelah lima tahun ini dia bisa saja move on."
Aku melirik Ravid sekilas. Ada gurat kesedihan yang berusaha ia tutupi."Apakah ada hal yang tidak ku ketahui?" tanyaku. Ravid menghela napas. "Untuk apa kau tau masalahku?"
"Hanya saja, saat aku mulai menerima pelatihan sebagai anggota militer, instingku mulai terbentuk. Dan.. Bukan hanya kamu yang dapat melacak sesuatu.""Apa, instingmu baru mulai terbentuk? Pantas saja dulu kau bodoh memperlakukan Farra seperti itu." cibir Ravid. Aku menjitak kepalanya dengan keras. Hal itu membuat mobil kehilangan kendali beberapa detik.
"Lu pingin mati ya?!"
Aku menaikkan kedua bahu.
"Jadi selama ini kamu berbohong kepadaku Ravid?" tanyaku. Ini adalah pertanyaan yang ingin ku lontarkan sejak tadi.
"Aku tidak mengerti. Untuk apa aku berbohong kepadamu?"
"Dulu, saat pertama kali aku keluar dari masa karantina, aku pernah bertanya padamu dimana keberadaan gadis itu. Kamu bilang tidak tau. Tetapi, kamu mau bertemu dengannya?""Aku tidak berbohong, Fadhil. Dulu aku memang tidak tau dimana seniormu berada. Sekitar tiga hari yang lalu aku mendapat sebuah pesan. Aku harus memastikan terlebih dahulu kalau pesan itu dari seniormu."
"Bodyguard hebat sepertimu membutuhkan waktu 3 hari untuk mengetahui kabar yang kau terima valid atau tidak? Sungguh mengecewakan." Jujur aku kecewa. Aku pikir, Ravid orang yang bisa aku percayai. Ternyata ia masih menyembunyikan sesuatu dibelakangku."Lantas, apa Nonamu tau kamu akan bertemu dengan dia?" tanyaku lagi.
"Mengapa kau mendadak menjadi seperti Dora?"
"Dora?"
"Kau tidak tau, kartun yang gemar bertanya itu lho.. Dimana pencurinya, apa kalian melihat pencurinya?" Ravid menirukan logat khas Dora.Kali ini aku memukul kepalanya dengan keras. "Ternyata seorang bodyguard sepertimu masih doyan menonton kartun seperti itu, ya. Maksudku tadi, kenapa kamu membawa-bawa nama Dora, padahal usia kita udah masuk kepala dua. Jangan-jangan... Kamu masih menonton kartun itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Senior
Roman d'amourKetika orang yang pernah kamu sukai menjadi adik tingkat mu, apa yang kamu lakukan? Ketika orang yang pernah kamu sukai menfitnah mu, apa yang kamu lakukan? Itulah yang dialami oleh Nafisya Afarra Fathia atau lebih akrab dipanggil Farra. Farra berus...