Season 2 | Kebenaran

19 4 0
                                    

Rintik hujan membasahi atap rumah sakit. Banyak perawat yang hilir mudik memenuhi lorong. Insiden yang baru terjadi memicu kesibukan perawat dan dokter.

Terlihat Aisy masuk kedalam ruang tunggu bersama Alaca dan Qyna, bersamaan dengan Dendi mematikan panggilannya. Tadi mereka berpisah di kantin karena Qyana merengek meminta jajan.
"Tata Alaaa..." Farra memaksakan kedua bibirnya untuk tersenyum. Ia tidak boleh terlihat sedih didepan kedua keponakannya.
Qyna, Putri Dendi yang kedua langsung meminta Farra untuk memangkunya.
"Akak.. Akak.. Pipi Tata Ala bacaah.." celoteh Qyna.
"Qyna, kan udah Akak bilang, Tantan Farra.. Bukan Tata Alaa.." Alaca berkacak pinggang.

"Tata Ala...Qyna takut.. Akak galak."
Kedua bibir Farra tidak mampu menahan tawa. Aisy duduk disebelah suaminya. Aisy berbisik kepada Dendi. Dendi hanya menggelengkan kepala saat Aisy bertanya.
"Apa kakak menyembunyikan sesuatu?" tanya Farra.

Jari Aisy menyentuh punggung tangan Dendi. Namun lagi-lagi Dendi hanya menggeleng.
"Bunda tidak ada disini. Dimana Bunda sekarang? Apakah Bunda baik-baik saja?" tanya Farra. Dari tadi Dendi sibuk menelpon seseorang, tidak bisa ditanyai macam-macam.
"Bunda sedang istirahat di rumah. Tenang saja, Bunda ada yang menemani kok." jawab Dendi.
"Siapa? Kak Ali masih disana..."
"Kamu akan tau nanti." Sahut Aisy.

Farra menghela napas. Ia kembali memainkan rambut Qyna yang tidak ditutupi khimar. Tes.. Perlahan air mata Farra jatuh, mengenai rambut Qyna. Sepertinya Qyna tidak terlalu menyadari, karena dia terlanjur sibuk berdebat dengan Alaca.

Sebuah ranting kayu menghantam kaca rumah sakit. Kepala Farra tertoleh. Sepertinya diluar anginnya lumayan kencang. Angin sedang menggambarkan suasana hatinya sekarang. Berkecamuk.

Tepatnya seminggu yang lalu.
Minggu lalu, Farra telah menyelesaikan program study di Turki. Kedua orang tua Farra, tak lupa Dendi, Aisy, juga Alaca dan Qyna berbondong-bondong pergi ke Turki untuk melihat acara kelulusan Farra. Tidak lupa, keluarga Farra juga mengunjungi keluarga Ayaki sebelum pulang. Saat itu, suasana masih terkendali.

Kemudian Farra menyuruh keluarganya untuk pulang terlebih dahulu. Karena Farra masih memiliki beberapa urusan. Terlebih dengan keluarga Ayaki.

Dan tiga hari yang lalu, Dendi mengirim kabar kalau Rean mengalami kecelakaan dan kritis. Secepat mungkin Farra mencari tiket untuk pulang. Empat puluh menit yang lalu, ia baru saja sampai di bandara. Aisy beserta Alaca dan Qyna menjemput Farra. Sementara Dendi masih menunggu di rumah sakit.

"Farra.." Dendi membuka suara.
"Iya Kak.."
"Aku tau kamu tidak ingin mendengar nama ini, tetapi ini adalah fakta yang tidak bisa kakak tutupi darimu."
Farra menelan ludah. Nama yang tak ingin dia dengar?

"Hanna.."Suara Dendi terdengar tertahan. Aisy mencengkram lengan baju Dendi. Ada masalah apa lagi dengan orang itu? Itulah yang ada dipikiran Farra.

"Pak Reza adalah nama Ayah Hanna. Ayah dan Pak Reza saling bertemu untuk membahas bisnis mereka. Tetapi sungguh naas. Saat mereka berdua ingin bertemu membahas bisnis, mobil Pak Reza yang ditumpangi oleh Ayah tertabrak truk. Sopir pribadi Pak Reza meninggal, alhamdulillah Ayah masih bisa terselamatkan, meski kondisi Ayah kritis." jelas Dendi dengan singkat.

Farra mengepalkan tangannya. Hanna? Orang itu lagi? Aisy mengambil Qyna dari pangkuan Farra. Aisy mengajak Qyna dan Alaca keluar dari ruangan. Bagaimanapun juga, Farra terpukul dengan fakta tersebut.

"Namun, Pak Reza bertanggung jawab. Pak Reza memberikan perawatan terbaik untuk Ayah. Profesi asal Pak Reza adalah dokter, sebelum beliau terjun dalam dunia bisnis. Ini adalah rumah sakit kepunyaan keluarga Pak Reza." tambah Dendi. Farra mengedarkan pandangan. Pantas saja ruangan ini terasa familiar. Ia pernah datang kesini sebelumnya, saat Alghif mengalami cidera.

My Lovely SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang