Apa Kabar Luka?

41 4 0
                                    

Semuanya berjalan begitu saja. Farra terdiagnosis typus saat itu. Padahal, mereka hampir memasuki masa tenggang ujian.

Seminggu kemudian, Farra pulang dari opnamenya. Bundanya belum mau mengembalikan Farra kepesantren. Bundanya merasa penyebab penyakit ini bukan hal sepele. Farra beralibi karena ujian-ujian yang datang silih berganti.

Farra juga menyuruh kak Ali tutup mulut. Ali terpaksa memenuhinya. Ali terpaksa berbohong kepada Deni, kakak Farra.

Sebenarnya, Farra enggan kembali ke pesantrennya. Hanya karena janji Hanna sebelum ia pulang, menjadi secarik energi bagi Farra. Ia ingin melupakan sosok Fadhil.

Ada hal yang baru Farra sadari. Apa maksud janji Hanna itu? Apakah Hanna juga memiliki masa lalu kelam -Farra menyebut itu hantu-? Tapi siapa? Ravid saja ia tidak suka.

Hanna begitu tertutup. Setertutup bagaimana pun Farra, ia masih akan tetap buka suara pada Hanna. Namun Hanna, jarang sekali ia buka mulut pada Farra.

Siapa hantunya Hanna?

***

Fadhil terdiam. Kepalanya sangat sulit digerakkan. Padahal seharusnya, jika gerombolan santri putri lewat ikhwan harus pergi dari halaman. Namun Fadhil membeku disana.

Berita tentang Farra dan Fadhil telah menyebar ke penjuru pesantren. Berita Farra sudah kembali kepesantren juga sudah tersebar luas. Hanya saja, Fadhil belum melihat batang hidung Farra. Karena itu ia berdiam dibawah pohon sembari melihat akhwat menyebrang diatas sana. Berharap, Farra ada disana.

Fadhil hampir putus asa. Tetapi saat melihat Nazwa, ada secarik harapan baginya.

Ah... Fadhil melihatnya. Berada ditengah-tengah antara Hanna dan Nazwa. Farra tampak kurus dan pucat. Hanna dan Nazwa tertawa renyah, sementara Farra hanya tersenyum getir.

Sebegitu dalam kah rasa sakit yang ia tanam?

"Pertama, kamu melanggar peraturan, jika ada santri putri lewat, santri putra harus menyingkir. Kedua, ga tau diri ya, udah kamu yang bikin Farra kayak gitu, masih aja berani unjuk muka didepannya. mau cari perhatiannya Farra?!"
Fadhil menoleh pada sumber suara.
"Akhi Ali?" seketika kepala Fadhil yang kaku, dapat ia tundukkan.

"Afwan Akhi..."
"Seharusnya kepada Farra kamu tujukan maafmu itu. Sudah, pergi ke masjid sana! Bentar lagi maghrib!" usir Ali. Fadhil mengangguk pasrah kemudian meninggalkan Ali. Seharusnya Fadhil mendapat hukuman. Ali enggan menghukumnya. Jika Ali menghukumnya, pasti ia akan memberi hukuman yang lebih berat. Melampiaskan amarahnya atas apa yang dilakukan Fadhil pada Farra. Karena itu Ali seminimal mungkin menghindari bertemu dengan Fadhil.

Tetapi memang Fadhil yang minta bertemu dengan Ali. Sudah tau Ali merupakan salah satu senior sie keamanan masih saja ia berulah.
'maafkan aku Farra.' lirih Fadhil.

'Fadhil.' renungan Farra berkali-kali membisikkan nama itu. Membuat Farra tidak terlalu mendengar candaan Nazwa dan Hanna.
"Farra, kamu kenapa sih? Biasanya kamu yang paling semangat mendengarkan cerita lucu Nazwa. Ada apa?" tanya Hanna sembari memiringkan kepalanya.

Nazwa juga memperhatikan wajah aneh Farra.
"Hann..a, Naz..wa, tiba-tiba, aku merindukan..." Farra menahan napas melihat ekspresi tanggapan wajah kedua temannya. Tadi saat di jembatan, terlihat sekali mereka berdua menghalangi tembok agar tidak terlihat area ikhwan. Akankah, ada Fadhil disana? Sehingga mereka seperti itu?

"Aku rindu Ayah dan Bunda." Farra memutuskan berbohong. Farra menyamarkan kebohongannya dengan tertawa sendiri. Tampak sekali kedua temannya menghembuskan napas lega.

"Terhitung baru aja kamu datang udah kangen rumah? Makin besar bukannya semakin mandiri tapi semakin manja." cibir Nazwa sembari bercanda. Farra mencubit lengan Nazwa sehingga ia mengaduh kesakitan.
Hanna tertawa.

My Lovely SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang