Setelah ini, entah akan dimana Hanna menaruh mukanya. Seminggu sudah Alghif terus bertanya tentang Farra. Bahkan Farra menolak bertemu dengan Catalia. Ravid bilang, ia sempat bertemu dengan Farra di toko buku. Namun Farra hanya menatap sekilas, seakan Farra tidak mengenal Ravid.
Hanna tidak punya pilihan lain selain menemui Farra, meski menjatuhkan harga diri Hanna.Ravid bilang, dia masih melihat Farra keluar masuk pesma. Maka Hanna menyuruh anak pesma untuk memanggil Farra, namun jangan sampai Farra tau kalau Hanna yang memanggil. Pasti Farra akan langsung menolak. Sementara itu, Hanna menunggu di gazebo sekitar pesma. Hanna mencari tempat yang sepi. Hanna berpikir mustahil pertemuan ini tidak menimbulkan perdebatan.
"Itu Mbak orang nya." kepala Hanna tertoleh. Gadis itu yang ia suruh memaanggil Farra tadi. Gadis itu mengangguk hormat dan pergi meninggalkan mereka berdua.
Farra enggan melihat wajah Hanna. Ia membuang muka dan tanpa sepatah kata Farra berbalik, ingin pergi.
"Farra! Dengarkan aku dulu Farra.." Hanna meraih tangan Farra dan menggenggam jemari Farra erat-erat. "Biarkan aku bicara sebentar.." pinta Hanna.
Farra melepas tangan Hanna yang melilit jemarinya. "Ternyata kamu masih mau berbicara dengan orang yang sudah merebut Naufal dari Ana." kata Farra ketus.
Hanna menunduk. Ia tidak punya kekuatan sekarang."Mengapa Anda hanya menunduk, Nona besar?! Jangan sampai Anda kehilangan wibawa hanya karena orang ketiga diantara kalian."
"Tolong hentikan, Farra..." kata Hanna pelan. "Jangan kamu bebani aku dengan luka yang lain.."
"Luka yang lain?! Oh... Siapa sebenarnya yang terluka, Nona?! Siapa yang merasa bahagia ketika aku berhadapan dengan Ustadz Rahman? Siapa yang diam-diam berusaha menghubungi lelaki itu?! Katakan kepada ku Nona, siapa yang melakukan hal menjijikkan di belakang ku?!"
Deg. Keringat Hanna berjatuhan.
"Apa... Apa.. Yang kamu bicarakan, Farra? Aku.. Tidak_"
"Oh Nona, aku tau kisah Naufal dan Ana. Naufal memanggil Nona 'Ana' karena boneka mu yang menghalangi bibir mu bukan? Padahal, Naufal dan Ana bertemu kurang dari satu tahun bukan? Ana beserta keluarganya menghilang dalam semalam. Pagi harinya, keluarga Naufal menemukan pintu pagar rumah Ana yang tergeletak begitu saja. Kaca-kaca berhamburan. Rusak, tidak ada yang tersisa. Mereka tidak tau kemana perginya keluarga itu. Bukankah seperti itu kisah 'Pertemuan Naufal dan Ana?' Nona?" Farra menekan seluruh kalimat. Farra menatap mata Hanna tajam. Ia tidak dapat menahan diri sekarang.
Sementara Hanna sama sekali tidak berani menatap mata Farra, seakan membenarkan cerita Farra. "Lantas, kamu tau apa soal Alghif dan Farra, Ha?! Kau tau apa Nona?!" Farra mencengkram kuat lengan Hanna. Farra mendekatkan mulutnya pada telinga Hanna. "Kau tau apa Nona? Katakan... Ceritakan pada ku kisah Alghif dan Farra... Ayo, ceritakan. Anggap saja kita sedang banding sekarang. Jika kamu berhasil menceritakan Alghif dan Farra, aku akan menuruti apa mau mu.. Ayo katakan Nona.. Katakan!" Farra melepaskan cengkrmannya. Hanna tersentak beberapa langkah kebelakang. Hanna mulai meneteskan air mata.
"Farra.. Aku.. Aku tidak tau apa-apa tentang... Alghif dan Farra.. Aku tidak tau.. Aku tidak tau Farra..." Hanna terisak.
"Anggap saja aku unggul, Hanna. Dan.. Bagaimana kalau kita, beralih membahas Fadhil?" Farra bertanya tanpa memperduliakan kondisi Hanna.
"Apa... Apa maksudmu?" Hanna memberanikan diri menatap Farra. "Nona.. Skor sementara 1-0, Nona. Tidakkah Nona ingin mencetak skor sehingga wanita yang lancang ini bertekuk lutut dihadapan Nona?" Farra tersenyum palsu.
"Nona, seingatku sewaktu di lorong rumah sakit Anda sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk berbicara. Jadi.. Jika Anda tidak berbicara, maka jangan salah kan saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Senior
RomanceKetika orang yang pernah kamu sukai menjadi adik tingkat mu, apa yang kamu lakukan? Ketika orang yang pernah kamu sukai menfitnah mu, apa yang kamu lakukan? Itulah yang dialami oleh Nafisya Afarra Fathia atau lebih akrab dipanggil Farra. Farra berus...