Yang Tidak Ternantikan

26 3 0
                                    

Semuanya menjadi asing karena jarak yang telah engkau ciptakan sendiri:')

~Nafisya Afarra Fathia~

*** 

Farra tidak mau banyak berpikir malam itu. Farra memutuskan untuk tidur lebih awal setelah melaksanakan sholat isya'. Tak lupa Farra mengunci kamar dan mematikan handphonenya. Farra ingin cepat-cepat mengusir mimpi buruk, berharap Alghif hanya mimpi.

Farra terkejut bukan main saat mengechek handphonenya saat pagi hari. Banyak sekali panggilan masuk. Ada 5 kali dari sang kakak, 7 kali dari sasa, 15 dari Aidil, dan yang paling parah.. 36 panggilan dari nomor tidak dikenal. Niat banget. Belum lagi beberapa pesan yang masuk. Farra pusing sekali melihat notifikasi handphonenya.
Ponsel Farra bergetar. Panggilan masuk, dari Dendi.

"Halo kak, Assalamualaikum." setidaknya Dendi yang menelepon pertama.

"Waalaikumsalam. Tadi malam kemana aja, cantik? Kamu engga diculik kan?" Entah apa yang ada dipikiran Dendi. "Tadi malam aku tidur awal kak. Handphone Farra matikan. Jadi aku tidak tau kalo kakak menelepon." jawab Farra.

"Tadi malam, Alghif meneraktir lhoo. Kamu udah dihubungi berkali-kali, tapi tetap aja, nihil." adu Dendi.
"Farra memang engga mau kok kak." geruntu Farra. Siapa pula yang ingin berlama-lama dengan Alghif.
"Nanti jangan lupa. Sebelum jam sepuluh kamu harus sudah siap."

"Iya kakak bawel.." Farra tertawa.
Tok... Tok.. Tok....
Farra merasa pintu kamarnya diketuk. Farra segera mengakhiri panggilan dengan Dendi, sembari berjalan menuju pintu.

"Iya, sebentar..." perlahan, Farra membuka pintu.
"Alghif?" ingin rasanya Farra membanting pintu kalo bukan Alghif yang memesankan kamar. "Hai!" sapa Alghif sok ramah.

Alghif tersenyum. Alghif menggenakan hoodie warna abu-abu dan celana treening hitam. Alghif juga memakai sepatu olahraga berwarna biru dengan paduan abu-abu. Rambut Alghif tertata rapi. Tangan kirinya dimasukkan pada saku celana treening, sementara tangan kanannya masih mengantung diudara saat menyapa Farra tadi. Juga bertenger kantong plastik putih ditangan kanan Alghif.

"Oh iya." Alghif memampangkan kantong plastik putih, Farra menatap Alghif heran. "Tadi malam kami makan besar. Kamu sudah dihubungi berkali-kali, nihil hasilnya. Akhirnya aku bungkuskan sedikit untuk mu. Tadi malam aku letakkan kantong ini di gagang pintu kamar mu. Tapi ternyata kamu belum membuka pintu." Farra tersenyum, merasa bersalah.

"Maaf kan aku Alghif." Farra tersipu.
"Tak mengapa, bukan masalah. Karena makanan ini sudah dingin, ayo kita cari makanan hangat diluar. Semalam kamu belum makan." tawar Alghif. "Terimakasih. Tapi apa tidak merepotkan?" Farra merasa canggung. "Sama sekali tidak. Lagi pula, kita sudah lama tidak bertemu." yakin Alghif.

"Kak Dendi dan kak Aisyi?" tidak mungkin kan mereka berjalan berdua? Alghif menggeleng. "Mereka tidak ikut. Tapi aku mengajak sepupuku, Catalia untuk bergabung. Sekarang Catalia sudah menunggu dilobi." jelas Alghif. Baiklah, setidaknya dari tadi cacing diperut Farra sudah meronta.

"Aku, bersiap dulu ya." Farra baru sadar kalo ia menggenakan kaos panjang juga celana panjang. Khimar yang Farra pakai asal-asalan, tidak menutup sempurna. Farra malu sendiri. Ia tidak menggenakan rok. Jangan-jangan, dari tadi Alghif memperhatikan tampilannya? Aduh.. Betapa malu diri Farra.
Secara tidak sadar, pipi Farra bersemu.

"Tunggu aku di lobi yaa..."
Blaamm... Farra menutup pintu. Huftt.. Farra menenangkan diri sejenak. Farra masih merasa canggung jikalau berhadapan dengan Alghif.

Sebenarnya Alghif hanya teman diwaktu bersekolah saja. Namun mereka punya cerita unik yang membuat Farra segera menghilang dari hadapan Alghif setelah lulus.

My Lovely SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang