Hanya Kebetulan?

17 4 1
                                    

Hanna kembali melihat handphonenya. Tidak ada balasan. Hanna sudah berdiri cukup lama disana. Wajahnya terlihat cemas. Seperti ada rasa sesak didadanya. Mohon maafkan aku Farra. Aku tidak berniat menyakitimu. Namun ke egoisan ku yang telah mengambil alih semuanya. Batin Hanna.

"Eh.. Hanna, kok kamu bisa ada dipesma ku, sih?" Farra terkejut melihat Hanna berdiri di depan ruang informasi pesma.

Hanna cepat mengubah ekspresi. "Aku ingin bermain. Tadi aku telpon berkali-kali tetapi kamu tidak menjawab. Yasudah, aku langsung ke pesma mu aja." kata Hanna tidak berdosa.

Farra tidak mampu menyembunyikan wajah meronanya. Alghif baru saja mengantar Farra pulang ke pesma. Untung Alghif tidak mampir dulu, atau Hanna akan menganggap yang aneh-aneh.

"Farra, kok wajahmu merah sih? Kenapa? Habis bertemu Fadhil ya?" tebak Hanna.

"Eh, Kamu tau, Umi Fadhil sakit dan dirawat di rumah sakit dekat sini." wajah Farra mendadak murung, namun sengaja mengubah alur pembicaraan. Mata Hanna membulat.

"Oh ya? Kamu bisa mengantarku kesana? Aku juga ingin menjenguk."
Farra mengangguk. "Tapi tidak sekarang ya, aku baru saja datang. Kamu juga. Kita istirahat sebentar. Besok aku ada kelas. Mungkin besok sore. Btw, tumben kamu main kesini?" tanya Farra sembari membantu Hanna membawa barang-barang nya.

"Aduh.. Banyak kali barang mu! Kamu mau ngungsi apa mau pindahan?" keluh Farra. Hanna membawa beberapa kardus kecil yang berisi jajanan khas daerah tempat tinggal Hanna.

"Ini sebenarnya untuk kamu. Tapi karena calon mertua Farra sakit, harus aku ambil beberapa buat buah tangan deh." canda Hanna. "Apa kamu bilang?" Farra mengejar Hanna yang sudah berlari duluan.

Hanna tertawa. Aku harap kita masih bisa seperti ini nantinya, Farra. Entah apa yang terjadi jika kamu mengetahui apa yang aku pendam selama lima tahun ini.

                           ***

Drrtt... Drrtt...
Ponsel Farra bergetar pelan. Farra sengaja mematikan bunyi notifikasi karena ia sekarang berada di perpustakaan kampus.

Kak Aidil

Farra, bisa temui aku di arena?
Tentang pengajuan proposal.

Hati Farra terasa sendu. Canggung rasanya jika harus kembali berhadapan dengan Aidil.

Baik kak.
Aku segera datang.

Farra menegemasi barang-barang nya. Sudah hampir memasuki pertengahan tahun. Sebentar lagi akan ada ujian tengah semester. Jadi, harus rajin-rajin belajar agar nilai Farra semakin melonjak. Karena itu Farra menghabiskan banyak waktu di perpustakaan.

Arena adalah tempat berlatih bagi yang mengikuti ekstrakulikuler bela diri. Semacam gedung latihan. Farra tidak tertarik untuk mengikuti ekstra bela diri. Namun sesekali Farra melangkahkan kaki kesana. Itu pun berkaitan dengan tugas organisasi dan Aidil sedang ada latihan. Ketua satu itu memang suka cari muka.

Tak lupa Farra membawa proposal yang sudah dikerjakan beberapa waktu lalu.

"Kamu... Kak Farra ya?" tanya seorang gadis yang tampaknya adik tingkat Farra. Adik tingkat itu mencegat Farra di depan pintu masuk arena. Adik tingkat itu memakai seragam latihan bela diri.

"Iya, ada apa?"

"Kakak tidak punya rasa kasihan pada Kak Aidil, ya?"
Dahi Farra terlipat. "Apa maksudnya?"
"Hari itu, kakak memalukan Kak Aidil didepan keluarga besar Kak Aidil."Adu adik tingkat itu, menatap tajam Farra yang masih kebingungan.

My Lovely SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang