"Farra, kamu benar-benar tidak apa-apa kan?" Catalia bertanya cemas.
"Iya. Aku hanya terkejut saja. Aku tidak apa-apa.""Baguslah. Kamu disini... Sendirian?"
"Tidak. Aku datang bersama teman ku. Alghif dan Fadhil sama-sama memberiku kartu."
"Untung kamu tidak sendiri. Yasudah. Kamu cari teman mu itu. Setelah itu cari tempat yang kiranya kamu bisa menonton perlombaan dengan jelas. Aku juga harus bersiap-siap. Hati-hati ya, Farra.." pesan Catalia sebelum ia meninggalkan Farra.
Langkah selanjutnya adalah mencari keberadaan Hanna.
"Permisi, toilet ada dimana ya..." tanya Farra pada seseorang yang membelakangi Farra.
Orang itu membalikkan badan. Seorang lelaki, berbaju putih. Tampaknya salah satu peserta turnamen. Dari belakang, tidak terlalu tampak kalau dia juga peserta.
Lelaki itu lebih tua dari Fadhil. Berwajah agak bengis. Tampak seperti bapak-bapak. Farra jadi menyesal bertanya.
"Maaf.." Farra asal pergi. Dia tidak mau menambah urusan. Farra memutuskan mencari tau sendiri.
"Nona, tunggu.." bapak-bapak itu mengejar. Ia mensejajari langkah Farra. Tidak peduli kalau ia menabrak banyak orang. Farra sudah berusaha berjalan cepat. Namun bapak itu menarik tangan Farra. Farra pun akhirnya berhenti dan membanting tangan bapak itu.
"Disini bukan tempat untuk berbelanja. Di dekat sini ada Mal, mau saya antar kesana?" tanya bapak itu. Farra mengerutkan dahi. Sama sekali tidak masuk akal.
"Maaf, saya tidak mengerti maksud anda. Perkataan anda membuat saya tersinggung. Apakah saya terlihat seperti wanita sosialita?"
"Nona tersinggung? Maaf kalau begitu. Mari ikut saya pergi ke cafe. Makanan disana enak-enak. Anggap saja sebagai permintaan maaf saya." bapak itu menarik kembali lengan Farra.
Farra melepas paksa tangan bapak itu. Benar-benar kesal. Tidak ada maaf lagi.
'Mereka akan mengusirmu dengan cara halus.. '
"Maaf! Saya tidak punya masalah dengan Bapak! Dan jangan sentuh saya! Bukan muhrim!" bapak ini membuat Farra sangat kesal. Ingin rasanya menendang. Farra benar-benar menyesal bertanya.
"Farra,.. Kamu sedang apa?" Hanna tiba-tiba muncul didekat Farra. Tanpa sempat bertanya lagi, Farra langsung menarik tangan Hanna, menjauh.
"Farr.. Aku mau bilang...." Hanna berseru ditengah-tengah tarikan tangan Farra. Namun Farra tidak memperdulikan. Farra bingung memilih tempat duduk di mana. "Farr.. Farra.." Hanna tidak tau apa tujuan Farra menarik tangannya seperti ini.
Farra memilih duduk ditingkat kelima. Tidak terlalu jauh, juga tidak terlalu dekat dari lingkaran.
"Farra!" Hanna membanting tangan Farra yang mengenggam tangannya kuat-kuat. Wajah Hanna berantakan. Kerudungnya agak sedikit miring. Seperti orang frustasi.
"Farra, aku.. Menyesal tidak mengajak Ravid masuk. Aku takut Farr.. Tadi, saat aku di toilet, ada banyak wanita berseragam berwarna putih. Mereka... Terlihat seperti... Mengepung ku, Farr. Aku takut. Mereka seperti orang-orang yang ingin menjatuhkan Papa... Aku...harus segera keluar....kalau tidak... Perusahaan Papa.."
"Hanna! Dengarkan aku Hanna! Jangan panik dulu..." Farra mencengkram kedua lengan Hanna.
"Meski aku tidak terlalu tau masalah perusahaan keluarga mu, tapi kamu dikepung seperti itu bukan karena itu."
"Lantas,... Karena apa?"
Farra menceritakan apa yang Catalia terangkan kepada Farra tadi. Tentang Fadhil, juga Alghif.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Senior
RomanceKetika orang yang pernah kamu sukai menjadi adik tingkat mu, apa yang kamu lakukan? Ketika orang yang pernah kamu sukai menfitnah mu, apa yang kamu lakukan? Itulah yang dialami oleh Nafisya Afarra Fathia atau lebih akrab dipanggil Farra. Farra berus...