|Season 2| Se-cup Kopi Panas

13 5 0
                                    

"Abii Ali....." teriak Ayaki sambil melambaikan kedua tangannya. Sementara Farra menutup wajah dengan tangan. Ia malu dengan sikap Ayaki. Yang menjadi masalah, Ali sama sekali tidak bergeming. Di kejauhan, Ali masih sibuk dengan ponselnya. Farra memutuskan untuk menge-chat Ali. Setidaknya ada cara lebih baik dari pada berteriak. Tetapi Ali tak kunjung membuka pesan. Farra memutuskan menelpon. Baru saja Farra berniat menelpon, Ali terlihat sedang menerima panggilan. Farra menyerah.

"Ayo kita hampiri saja Kak Ali. Dia mungkin berpikir kita belum datang." Farra memberi saran. "Aku tidak ingin teriakan ku sia-sia, Farra.." tolak Ayaki. Farra menautkan alis. "Kamu aneh!"

Ayaki tidak peduli. Ia kembali berteriak memanggil nama Ali. Baiklah, itu permintaan Ayaki. Dan pada  akhirnya, Farra memutuskan turun tangan.
"Kak Aliii...!" Ia juga ikut berteriak, Farra sudah tidak tahan dengan sikap Ayaki. Ajaib! Ali menoleh. Ayaki menatap Farra tajam. Farra yang baru memanggil sekali aja langsung menoleh, aku yang sudah memanggil berkali-kali masa Abi tidak mendengar? Batin Ayaki cemburu.

Ali berlari menghampiri mereka berdua.
Ali mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam Kak."
"Wa'alaikumsalam Abi."
Farra melirik Ayaki. "Kamu kan sedang berbicara dengan Kak Ali, mengapa tidak menggunakan akses Indonesia? Mengapa kamu tidak memanggil kakak saja?" protes Farra.
"Sejak kapan kamu peduli dengan hal-hal sepele, Farra?" balas Ayaki.
"Sudah..." Ali melerai.
"Kalian seperti anak kecil." tambah Ali.

"Apa kalian sudah datang sejak tadi?" Tanya Ali. Farra mengangguk.
"Kami sudah disini sejak tadi pagi." jawab Ayaki. "Apa Abi tidak dengar aku memanggil?" tanya Ayaki polos. "Kamu memanggilku? Aku hanya tau Farra yang memanggil."Jawaban itu membuat Ayaki semakin menatap tajam mata Farra.
"Apakah hanya karena masalah itu kita harus bertengkar?" tanya Farra.

Ali melirik jam dipergelangan tangannya.
"Aku bilang sudah. Tidak perlu kalian panjangkan masalah itu. Sekarang, ayo kita berangkat!" seru Ali.
"Berangkat kemana Kak?" tanya Farra heran.
"Kamu lupa?"
"Lupa apa Abi?" Ayaki menyahut.
"Dendi datang hari ini. Dendi meminta kita untuk menjemputnya di Bandara Adnan Menderes.." kata Ali dengan wajah tidak berdosa.
"Kakak tidak bilang kalau Kak Dendi datang..." seragah Farra

Dahi Ali berkerut.
"Oh ya.. Astagfirullah.. Aku lupa memberi tau kalian..." Ali tertawa dengan wajah tak berdosa.

                                      ***

Farra duduk dengan tenang di ruang tunggu. Berbeda dengan Ali yang tetap berdiri. Ia menanti kedatangan Dendi. Farra tidak terlalu rindu dengan dengan sang kakak. Ayaki menyenggol lengan Farra.
"Apa?"
"Dendi itu siapa?" tanya Ayaki sembari menggerakkan jarinya.
"Kakak kandung ku."
Ayaki ber-oh pelan sambil mengangguk-anggukkan kepala.
"Kapan dia datang?" tanya Ayaki lagi.
"Tidak tau."
"Apa dia setampan Abi Ali?" tanya Ayaki penasaran. Farra menatap Ayaki jengkel.

"Kakakku sangat tampan. Karena Kak Aisy merawat suaminya dengan benar." Farra menatap Ayaki tajam.
"Eh... Sudah menikah ya.."
"Hampir memiliki anak. Kak Aisy tengah mengandung sekarang."
"Yeaah.. Kalau aku menjadi kakak ipar Farra, bukankah itu menyenangkan? Aku bisa memperbudak mu setiap hari." Ayaki tertawa jahat.

Farra malas menanggapi. Ia masih terpikir dengan surat dari Hanna. Ayaakiii... Mengapa kala itu Farra harus menuruti Ayaki? Surat itu...memperburuk hubunganku dengan Hanna. Ah hubungan ku dengan Hanna sudah buruk.. Tapi mengapa aku malah semakin membuat buruk?  Pikir Farra.

"Farra, mengapa kamu diam? Apa.. Kamu memikirkan apa yang kukatakan barusan?"
Farra berdiri. "Aku bosan. Aku ingin jalan-jalan. Kamu disini saja. Jangan mengacaukan mood ku." kata Farra galak.
"Eh.. Apa kamu marah Farra?"

My Lovely SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang