Pertemuan

169 12 1
                                    

Dear

Kisah ini dimulai ketika aku merasa menang melawan hantuku. Hantu yang senantiasa kulawan, yang sebenarnya masih membawa setengah dari hatiku. Disini, aku menanggung rasa sakit sendiri Dan sakit itu hampir sembuh. Dan mengapa sebelum moment itu terjadi engkau kembali datang wahai hantu? Seakan semesta tak mengizinkanku untuk melupakanmu.

                               ***
Lapangan universitas terasa sangat panas. Sinar matahari yang begitu  ditambah dengan udara yang juga panas. Para mahasiswa, apalagi mahasiswa baru harus rela dijemur seperti itu. Namun ditengah gerahnya gurun, sungguh suatu kabar gembira jika menemukan oase. Sama seperti saat ini.

Farra adalah nama oase itu. Gurat wajahnya seakan mengisyaratkan bahwa dia tidak terlalu merasakan panas. Padahal Farra mengenakan khimar besar menutupi dada ditambah dengan almamater universitasnya. Juga baju potongan yang panjang atasannya sejengkal diatas lutut dan roknya terjulur sempurna sampai bawah. Meskipun sudah tertutup rok, Farra juga masih menggunakan kaos kaki.

Dengan wajah cerahnya, ia mahasiswa baru yang berada di lapangan. Matanya sibuk mengawasi berjalannya ospek. Kedua tangannya ditelungkupkan di dadanya.

"Far, lo apa nggak gerah sih? Kok kelihatan biasa aja." tanya Sasa sembari terus mengelap keringat yang berjatuhan. Ia tidak menggunakan khimar.
"Masih panasan api neraka, sa." ujar Farra.
"Yah...lo mah, udah biasa pakek begituan.." geruntu Sasa.
Farra tersenyum singkat.

Dari kejauhan, tampak seseorang yang berjalan nendekat. Oh.. Itu Aidil. Ketua penyelenggara masa orientasi ini. Dia yang bertanggung jawab atas berjalanya ospek tahun ini.

"Farra, minta tolong hukum anak baru yang salah bawa barang ya." ujarnya.
"Hukumannya apa kak?" tanya Farra. Aidil adalah seniornya, 3 semester di atasnya.
"Terserah kamu, tapi yang manusiawi aja ya.."
"Yah kak. Kok Farra sih yang disuruh? Kan kalo Farra yang hukum, pasti ringan-ringan. Mereka gak akan jera. Orang hatinya kelewatan lembut sih." celetuk Sasa.
Farra menyenggol pelan bahu Sasa, tanda tidak suka dibegitukan.
"Biar Farra dapat pengalaman. Toh ini pertama kalinya kalian berkuasa kan? Sudah Farr sana! Kalau kelamaan kamu datangnya, kasian kalau ada yang pingsan." perintah Aidil.

Farra mengangguk, kemudian berlari kecil menuju sisi mahasiswa yang salah membawa barang.
Kedua mata Aidil tidak bisa lepas dari kegiatan mengamati Farra. Gadis itu terlalu menarik. Begitu sopan dan lembut. Hingga orang yang berbicara segan menggunakan akses gue-lo. Karena Farra selalu menggunakan akses aku-kamu. Bagi orang yang berakal, pasti harus berpikir jika akan berlaku kasar pada Farra, kecuali Sasa.

"Lo suka Farra ya kak?" tebak Sasa. Ia melihat mata Aidil yang tidak lepas mengamati Farra. Aidil menatap sasa heran.
"Memang sih. Farra itu menarik. Menurutku ya kak, lo itu kutub selatan dan dia kutub utara. Jadi, saling tarik menarik deh." gurau Sasa
"kok bisa kutub-kutuban gitu?" Aidil tidak terlalu mengerti.
"jadi, gini." sasa mengambil napas dalam, seakan siap mengajar anak TK.
"Jadi.. Lo kan yang paling menarik diantara cowok-cowok buluk di kampus. Dan Farra, dia cewek yang paling menarik diantara bidadari-bidadari. Kayak ratunya bidadari. Nah.. Karena lo cowok berarti lo selatan. Farra cewek berarti dia utara. Selatan ketemu utara," sasa menggabungkan kedua tangannya.
"Jadilah lo sama Farra sepasang suami-istri. Gitu."

Aidil menggut-manggut. Sasa memamerkan wajah bangganya.

"Tapi, lo curang Sa. Lo bilang cowok buluk sementara lo bilang cewek bidadari. Gak adil Sa."Aidil keberatan dengan wajah bangga sasa.
"Ya biar penekanannya dapet laah.. Biar lo, cepet-cepet lamar si Farra. Peminatnya Farra itu banyak lho. Kalo lo gak cepet-cepet, keduluan orang lain mampus lo, uring-uringan dikamar." semangat Sasa kembali menggebu.

My Lovely SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang