Hari kelulusan Junmyeon tiba, halaman kampus kini dipenuhi oleh mahasiswa dan mahasiswi yang menggunakan jubah kelulusan Universitas. Raut bahagia dan lega sangat terlihat dari wajah para Mahasiswanya, bahkan ada yang bersorak. Begitupun dengan Junmyeon, pria itu tertawa ketika temannya bersorak jika penderitaannya yang pertama berakhir.
Teman Junmyeon yang seumuran dengannya tak banyak, karena rata-rata teman seangkatannya ini adalah berusia sekitaran 26 ke atas. Hanya Lay, Key, Goeun dan Chorong. Mereka berempat seumuran dengan Junmyeon dan berteman baik dengan Junmyeon.
Junmyeon melepaskan rangkulan teman-temannya itu ketika netranya menangkap Ibunya dan adiknya itu, Junmyeon melangkah dengan senyuman lebarnya dan berhambur memeluk tubuh Ibunya yang dia rasa semakin kurus.
"Selamat atas kelulusanmu nak." ucap Yuri, suaranya parau karena menahan tangis harunya itu. Dirinya tak menyangka jika Junmyeon akan menyelesaikan kuliah gelar Master nya itu tanpa menyentuh uang pensiunan mendiang Ayahnya. Yuri merasa sangat bersalah, karena seharusnya dia yang menghidupi kedua anaknya ini bukan merepotkannya.
Junmyeon mengangguk, pria itu merenggangkan pelukannya dan menghapus jejak air mata di pipi Ibunya itu. Pria itu pun mengecup pipi Ibunya. "Eomma harus terus sehat, agar nanti bisa melihat Junmyeon sukses."
Yuri mengangguk dengan senyuman hangatnya itu, tangannya mengusap bahu kokoh Junmyeon. Masih dengan senyumannya itu, Junmyeon mengalihkan pandangannya pada Yerim yang sedari tadi menangis dalam diam. Tanpa banyak bicara pria itu membawa adik semata wayangnya itu dalam dekapannya, Yerim bahkan memeluknya sangat erat.
"Happy graduation oppa." ucap Yerim, suaranya teredam oleh bahu Junmyeon. Junmyeon mengangguk, mengusap punggung adiknya itu lembut.
"Terimakasih Yerim, sudah jangan menangis. Nanti jelek." Junmyeon terkekeh, detik berikutnya pria itu mengaduh karena mendapatkan cubitan dari adiknya itu.
"Jangan membuatku kesal oppa!" rajuk Yerim, kedua tangannya sibuk menghapus air matanya itu. Junmyeon mengusap puncak kepala Yerim.
"Adik oppa sudah besar ya."
"Tentu saja! Tahun depan aku sudah lulus."
Junmyeon mengangguk, waktu terasa sangat cepat. Junmyeon masih ingat dulu saat Yerim masih berusia 10 tahun, satu tahun setelah sepeninggalan Ayahnya. Mereka tak bisa terus-terus menggunakan uang pensiun dan Asuransi milik Ayahnya, Junmyeon pun tak bisa bergantung terus kepada Ibunya yang setiap hari bekerja menjual kue di bakery kecil. Saat itu Yuri memang punya bakery kecil, tapi setelah Yuri sakit dan difonis sakit jantung kroner membuatnya terpaksa menjual ruko kecil itu untuk biaya pengobatan Yuri.
Yuri bahkan pernah berpikir untuk menjual rumah mereka yang saat ini masih menjadi tempat mereka tinggal, namun Junmyeon melarangnya dengan keras. Keluarga Joohyun pun berkali-kali membantu keluarga Junmyeon, Junmyeon merasa berhutang budi pada keluarga Bae. Namun keluarga Bae selalu menolak jika Junmyeon mempertanyakan apa yang harus dia lakukan.
"Oppa!" seruan dari Yerim menyadarkan Junmyeon kembali pada situasi ramai ini.
"Ap-"
"Junmen!" teriakan cempreng itu membuat beberapa orang melihat pada gadis yang menggunakan dress berwarna navy dengan model sabrina, tangan kanannya menggenggam buket bunga cantik. Kaki jenjangnya melangkah dengan cepat kearah Junmyeon.
Junmyeon menyunggingkan senyum lebarnya, pria itu melangkah mendekati Joohyun. Joohyun sangat cantik hari ini, rambut hitam panjangnya di buat keriting di ujungnya. Joohyun sangat cantik menggunakan dress sabrina ini.
Detak jantung Junmyeon semakin berpacu dengan cepat ketika gadis bertubuh langsing itu memeluk tubuhnya, kedua tangan Junmyeon pun tanpa ragu memeluk tubuh kecil itu dalam dekapannya. Aroma vanilla menguar manis di hidungnya. Junmyeon suka dengan aroma manis Joohyun.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Love
Fanfiction"Aku tahu aku sangat bodoh berkata seperti ini, aku hanya ingin memastikan perasaanmu saja. Hanya itu." Wanita itu menggelengkan kepalanya sembari tertawa. "Junmyeon, jangan bodoh! Kita bersahabat sangat lama dan kau tahu jika aku-" "Aku tahu, san...