dua puluh sembilan

979 119 123
                                    

Selama perjalanan Junmyeon berusaha untuk membagi fokusnya antara jalanan dan Joohyun di sampingnya, wanita itu nampak diam menatap jendela. Tak berbicara apapun dengannya. Tangan kiri Junmyeon terangkat untuk menyentuh rambut panjang Joohyun yang lembut sert harum itu dengan lembut.

"Mengantuk hm ?" Joohyun akhirnya menoleh ke arahnya. "Junmyeon kita tak seharusnya seperti ini."

"Tak seperti ini bagaimana ?"

"Aku merasa menjadi wanita jahat, Junmyeon." Kepala Joohyun tertunduk, menatap pada kakinya yang dihiasi oleh heels berwarna hitam itu.

Junmyeon menepikkan mobilnya ke bibir jalan, pria itu memutar tubuhnya menghadap ke arah Joohyun. "Aku akan menemuinya besok Joohyun, kita akan menghadap Yoona bersama."

"Aku mengenal Yoona Junmyeon, aku tidak mau membuatnya kecewa." Junmyeon memegang kedua bahu Joohyun, bahkan pria itu memijatnya pelan. "Dengarkan aku Joohyun, jika kau takut membuat dia kecewa lalu kau akan merelakanku begitu saja ? Kau mencintaiku Joohyun begitupun dengan diriku, kau ingin membuat Yoona bahagia namun tidak untuk diriku dan dirimu Joohyun. Jangan menyiksa terlalu jauh Joohyun."

Air mata Joohyun kembali turun, dirinya kembali bingung memilih dengan situasi yang di hadapinya. Jemari Junmyeon terangkat untuk mengusap air mata Joohyun. "Aku takut Junmyeon, aku takut jika hubungan inu tak benar. Aku tidak suka perselingkuhan."

Junmyeon menggelengkan kepalanya, pria itu menangkup kedua pipi Joohyun. "Sudah ku katakan, besok aku akan menemui Yoona dan memutuskan semuanya."

"Kau akan mempermalukan dirimu dan keluarga Yoona, Junmyeon."

"Itu tidak sebanding jika aku kehilanganmu lagi Joohyun," balas Junmyeon mantap pria itu menatap tepat di manik mata Joohyun yang berair, kemudian satu kecupan mendarat di kening wanita itu.

"Kau percaya padaku kan ?" Junmyeon mengusap pipi Joohyun pelan, Joohyun mengangguk. Kemudian wanita itu berhambur dalam pelukan Junmyeon, pria itu pun membalas pelukan Joohyun dan mengusap rambutnya pelan.

"Aku boleh egois Junmyeon ?" tanya Joohyun, suaranya teredam oleh pelukan Junmyeon. Wanita itu mendongak menatap Junmyeon, pria itu mengangguk dan mengecup kening Joohyun. "Iya, karena semua manusia mempunyai haknya masing-masing."

Lalu keduanya merelaikan pelukannya, Junmyeon kembali fokus pada jalanan sedangkan Joohyun sudah tertidur sejak beberapa menit yang lalu. Junmyeon menghabiskan waktu 55 menit untuk sampai ke Apartementnya. Ya, Junmyeon memilih Apartement yang pernah dia singgahi.

Junmyeon merebahkan tubuh ringan Joohyun di kamar miliknya, kamar milik Yerim belum sempat dia rapihkan. Tangan Junmyeon terulur, mengusap surai panjang Joohyun lenbut. "Selamat malam."

Satu kecupan mendarat di kening Joohyun, kemudian pria itu menyelimuti tubuh Joohyun. Wanita itu nampak nyenyak dalam tidurnya. Junmyeon lantas beranjak dari tempatnya berdiri itu, dia perlu membersihkan diri.

🍁🍁🍁

Pria yang menggunakan piyama tidur nampak melihat sekeliling kamarnya dengan gelisah, Joohyun tak ada di atas kasur ketika dia bangun. Jadi saat ini pria itu melangkah keluar kamar dengan terburu-buru, dia khawatir jika Joohyun memilih pergi darinya secara diam-diam. Namun nyatanya salah, wanita yang menyepol rambutnya keatas itu tengah menatapnya bingung dengan spatula di tangannya.

"Kau sudah bangun ?" ucapnya dengan senyuman menghiasi wajahnya, Junmyeon menghembuskan nafasnya lega kemudian melangkah ke arah Joohyun.

Joohyun kembali berkutat pada masakan di hadapannya, namun terhenti ketika pria itu memeluknya dari belakang dengan menghembuskan nafas beratnya berulang kali. Joohyun mengusap tangan Junmyeon yang melingkari perutnya dengan lembut. "Kenapa hm ?"

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang