duapuluh tujuh

860 112 168
                                    

Joohyun terkejut ketika dirinya terbangun dan mendapati Yerim yang tengah duduk di samping tempat tidurnya, gadis itu pun yang tadinya sedang bermain ponsel menghentikkan aktivitasnya dan berdeham.

"Yerim," lirih Joohyun.

"Eonnie jangan kegeeran, aku disini karena dipaksa oleh oppa." balas Yerim cepat, gadis itu melipat kedua tangannya.

Joohyun nampak terkejut ketika Yerim mengatakan jika dirinya kemari karena paksaaan Junmyeon, wanita itu bangkit dari tidurannya sembari menenggok kepenjuru ruangan. "Dimana dia sekarang ?"

Wanita dengan rambut panjang bergelombang itu berdecak. "Eonnie seharusnya tidak mencari oppa, eonnie sudah tahu bukan jika oppa akan menikah. Lalu mengapa eonnie masih mendekati Junmyeon oppa."

Joohyun terdiam. "Aku tahu, sangat tahu."

"Lalu mengapa eonnie kembali muncul di hadapan oppa!" seru Yerim, gadis itu meninggikan suaranya dan membuat Joohyun terhenyak beberapa saat.

"Kau tidak suka karena kedatanganku Yerim ?"

"Tentu, kau datang justru membuat hubungan oppa dan Yoona eonnie kacau!"

"Apa salah jika aku hanya ingin memperjuangkan cinta yang pernah aku abaikan dulu Yerim, tidak bisakah aku mendapatkan kesempatan kedua ?" tangan Joohyun yang bebas dari infusan meremas seprei dengan erat, rasanya sesak ketika orang yang dulu selalu memeluknya dan menatapnya hangat kini menatapnya dengan dingin seperti ini.

"Masalalu hanya masalalu, tidak sebaiknya masalalu kembali. Eonnie seharusnya sadar akan itu." ujar Yerim, gadis itu menatap pada manik coklat milik Joohyun yang mulai berair. Gadis berambut gelombang itu mengalihkan pandangannya.

Joohyun menundukkan kepalanya. "Jika aku tahu oppamu akan menikah, aku tidak akan disini Yerim. Aku akan menyerah sejak dulu."

"Kau bisa menyerah saat ini, sebelum semuanya semakin kacau. Eonnie tidak tahu bagaimana Yoona eonnie kecewa mengetahui siapa eonnie sebenarnya."

Joohyun mengangguk diikuti air mata yang jatuh begitu saja. "Aku akan mencoba mengikhlaskannya tapi dengarkan aku Yerim, ku mohon. Aku tak ingin kau terus menatapku seperti itu. Apa salahku, jelaskan padaku. Jangan menghindar seperti ini, aku tidak akan mengerti. Jika ini permasalahan saat eomma meninggal, aku benar-benar minta maaf. Saat itu aku–"

"Sudahlah eonnie, itu hanya masalalu." potong Yerim.

Joohyun menggelengkan kepalanya, mencoba meraih tangan Yerim meskipun gadis itu berusaha mengelaknya. "Percaya padaku Yerim, saat itu aku sedang pergi. Ponselku mati, aku tidak mungkin mengabaikan mu begitu saja terlebih eomma jika ponselku tetap menyala. Jika kesalahanku saat itu fatal, kumohon maafkan aku."

Joohyun mengusap punggung tangan Yerim berulang kali dengan air mata yang terus membasahi pipinya. "Jika Yerim ingin aku menyerah pada semua ini, aku akan menyerah. Asal kau memaafkanku."

Yerim terdiam, gadis itu menatap Joohyun yang mengatakannya dengan sungguh-sungguh. Joohyun melepaskan pegangan tangannya pada Yerim, beralih melepaskan cincin dari jari manisnya dan meletakannya di telapak tangan Yerim.

Joohyun mengusap air matanya meskipun air mata itu kembali membasahi pipinya. Wanita dengan bibir yang pucat itu mencoba mengukirkan senyuman dibibir pucatnya, bahkan menggigit bibir bawahnya untuk menghentikan isak tangisnya.

"Berikan kembali pada Junmyeon, katakan padanya. Maaf jika aku memakainya tanpa persetujuan dia, cincin ini seharusnya dipakai oleh Yoona. Yoona wanita baik aku tahu itu, Junmyeon tak salah memilih." jelas Joohyun nafasnya tersendat ketika mengatakan kalimat itu, Joohyun menggenggam jemari Yerim yang terkepal kemudian melepaskannya.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang