tiga puluh tiga

1K 109 68
                                    

Pukul 7 pagi hari Joohyun sudah berada di kediaman milik Junmyeon, bahkan ahjumma yang selalu membersihkan rumah Junmyeon itu kaget ketika mendapati Joohyun yang tengah tersenyum dengan keranjang belanjaan di tangan kanannya.

"Selamat pagi!" sapa Joohyun dengan senyum lebar, wanita yang berusia setengah abad itu tersenyum sopan dan mempersilahkan masuk. Ahjumma sudah familiar dengan kehadiran Joohyun meski wanita paruh baya itu baru mengenalnya belum genap satu minggu.

"Mari saya bawakan nona." Joohyun menggelengkan kepalanya, wanita itu melangkah memasuki rumah milik Junmyeon itu.

"Tidak usah ahjumma, oh iya Junmyeon dan Yerim masih tidur ?" Ahjumma itu mengangguk sopan, Joohyun pun bergumam kemudian melanjutkan langkahnya menuju dapur. Sudah menjadi rutinitasnya dalam seminggu ini selagi Junmyeon dalam masa pemulihan, wanita yang akan berusia 28 tahun itu selalu menyempatkan waktunya untuk ke rumah Junmyeon.

Kini tangan lentiknya itu sudah mulai berkutat dengan bahan-bahan dapur, ahjumma di sampingnya pun tengah membantu Joohyun menyiapkan sarapan pagi.

Tak banyak yang Joohyun masak, karena pukul 9 nanti dia ada pertemuan dengan client barunya sedangkan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 8. Mereka habiskan waktu memasak dalam satu jam, Joohyun membasuh tangannya dan mengeringkan tangannya itu setelah berhasil menata makanan di atas meja.

Suara langkah kaki mengalihkan eksistensi Joohyun pada Yerim yang memasuki dapur, perempuan berusia 22 tahun itu nampak sudah rapih dengan pakaian hangatnya.

"Kau akan pergi ke kampus ?" Yerim hanya menjawab dengan mengangguk, gadis itu melangkah menuju kulkas meraih buah apel dan menggigit apel tersebut.

"Mau ku kupaskan apelnya ?" Joohyun mendekat, Yerim kembali menggelengkan kepalanya. .

"Tidak usah."

Joohyun mengangguk paham. "Duduklah, aku sudah menyiapkan sarapan ada sup hangat juga. Cuaca diluar masih dingin, jadi ku buatkan sup."

"Aku sedang diet." Joohyun melihat ke arah Yerim yang kini lebih memilih menuangkan susu fullcream ke dalam gelasnya.

"Kau masih marah pada eonnie ?"

"Aku tidak seperti oppa yang mudah memaafkan seseorang."

Joohyun mengangguk dengan senyuman menghiasi wajahnya. "Tak apa, tapi kau serius sedang diet ?"

Yerim bergumam, kemudian perempuan itu meneguk segelas susunya perlahan setelah menempatkan tubuhnya di atas kursi meja makan.

"Eonnie ke atas dulu ya, kalau butuh sesuatu panggil eonnie ya." Joohyun menepuk bahu Yerim pelan, kemudian melangkah meninggalkan Yerim seorang diri.

Memang sangat sulit mengembalikan situasi diantara dirinya dengan Yerim, tapi itu tak membuat Joohyun menyerah. Mungkin ucapan Junmyeon benar, Yerim butuh waktu untuk menerima semua ini.

Kaki jenjang Joohyun memijaki setiap gundukkan anak tangga, rumah milik Junmyeon di dominasi oleh warna putih dengan perabotnya berwarna hitam juga abu-abu.

Joohyun mengetuk pintu dengan cat warna hitam itu berulang kali, karena tak ada jawaban wanita bermarga Bae itu mendorong pintu yang rupanya tidak terkunci. Junmyeon masih tidur, pria itu tidur tengkurap dengan selimut menutupi tubuhnya hingga pinggangnya itu. Kedua sudut bibir Joohyun terangkat, wanita itu menutup kembali pintu kamar Junmyeon dan melangkah mendekat ke arah pria yang memiliki usia yang sama dengannya itu.

Dengan perlahan jemari Joohyun mendarat di bahu Junmyeon, menepukkan bahu pria itu berulang kali. Tak ada pergerakan dari Junmyeon, pria itu masih pada posisinya. Joohyun lantas beranjak dan melangkah menuju tirai gorden yang masih tertutup rapat, di sibaknya tirai tersebut sehingga sinar mentari mulai masuk ke dalam kamar bernuansa abu dan hitam itu.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang