tiga puluh satu

864 106 148
                                    

Tengah malam Joohyun belum bisa memejamkan matanya, wanita itu masih meringkuk di bawah selimut. Perasaan tidak enak setelah meninggalkan Junmyeon begitu saja masih hinggap hingga saat ini, Joohyun tak tahu ada apa dengan dirinya.

Hingga pintu kamarnya terbuka menampilkan Sooyoung yang menatap ke arah Joohyun dengan khawatir. "Eonnie ?"

Joohyun bergumam. "Aku sedang tidak ingin diganggu."

"Junmyeon oppa–"

"Aku tidak ingin kau terus menyebut namanya Sooyoung." potong Joohyun, wanita itu menutup kedua telinganya.

"Eonnie tapi ini serius, Junmyeon oppa kecelakaan–" detik itu pula darah Joohyun terasa tak mengalir semestinya, jantungnya berdegup sangat cepat. Wanita itu menyingkap selimutnya dan menatap ke arah Sooyoung tak percaya.

"Jangan bohong Sooyoung! Aku tidak suka dibohongi!" lirih Joohyun, wanita itu bangki dari duduknya bahkan mengguncang bahu Sooyoung kencang.

Sooyoung menggelengkan kepalanya. "Aku tidak berbohong eonnie, aku mendapatkan telfon dari pihak rumah sakit. Eonnie bisa cek ponsel milik eonnie."

Dengan tangan gemetar wanita itu meraih ponsel yang sengaja dia atur menjadi mode silent, banyak notifikasi nomor tak dikenal di sana. Joohyun menggelengkan kepalanya, air matanya luruh begitu saja. "Kau mendapatkan informasi palsu, Junmyeon pasti sudah di rumah Sooyoung. Jangan bohong padaku."

"Aku tidak berbohong eonnie," balas Sooyoung menatap pada manik mata Joohyun, kali ini Joohyun terlihat linglung wanita itu segera meraih kunci mobil yang berada di atas nakas. Sooyoung tentu tak diam, gadis itu mengikuti langkah Joohyun. "Eonnie, biar supir yang menyetir. Aku temani eonnie ke rumah sakit sekarang."

Joohyun hanya mengangguk, meremat kedua tangannya yang saling bertautan sembari berjalan dengan cepat menuju lift. Dia memang menyuruh Junmyeon untuk pergi, namun bukan seperti ini caranya. Joohyun terisak. "Aku takut Sooyoung, aku takut."

Sooyoung merangkul wanita yang sudah dia anggap sebagai kakanya sendiri itu, mengusap bahunya untuk menenangkan wanita berambut panjang terurai itu. Joohyun tidak peduli dengan tampilannya saat ini yang hanya menggunakan piyama, serta wajah yang berantakan sehabis menangis.

Sepanjang perjalanan Joohyun selalu meminta sang supir untuk mempercepat laju mobilnya, meskipun hal itu tidak diindahkan oleh bapak paruh baya yang sudah bekerja dengan Joohyun 2 tahun lamanya. Pikiran-pikiran buruk mulai bersarang di kepala Joohyun. Seharusnya dia tak membiarkan Junmyeon pergi, seharusnya dia pun memikirkan perasaan Junmyeon, seharusnya dia tak berlaku seperti itu pada Junmyeon.

"Aku wanita jahat Sooyoung, apa aku pantas bersama Junmyeon. Junmyeon bahkan celaka karena diriku." racau Joohyun, wanita itu menatap jendela dengan air mata yang membasahi pipinya.

"Ini bukan salah eonnie, eonnie jangan menyalahkan diri sendiri ya." jawab Sooyoung, masih berusaha menangkan Joohyun dengan menepuk punggung tangan Joohyun berulang kali.

Empat puluh lima menit mereka habiskan di perjalanan, jalanan yang licin membuat mobil melaju dengan perlahan untuk menghindari tergelincirnya ban. Joohyun segera melangkah dengan cepat memasuki lobby rumah sakit, udara dingin tak membuat Joohyun menghentikan langkahnya. Sooyoung di belakangnya pun mengikuti langkah Joohyun yang buru-buru melangkah menuju IGD.

Netra Joohyun menangkap Yerim yang tengah menangis bersandar di bahu Yoona, Joohyun memelankan langkahnya. Disaat seperti ini Joohyun merasa jika dirinya kalah, dia tak bersama Yerim saat gadis itu butuh sandaran. Joohyun ingin berbalik arah, namun tak bisa. Dia mengkhawatirkan Junmyeon, dia ingin tahu bagaimana keadaan pria itu.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang