dua puluh lima

802 113 110
                                    

Yoona takut, sangat takut ketika Joohyun tiba-tiba terbatuk—bahkan sampai sesak nafas. Terlebih ketika Junmyeon mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, Yoona duduk di belakang. Menyaksikan bagaimana tangan kanan Junmyeon menggenggam jemari Joohyun, pria itu bahkan menatap ke arah Joohyun berulang kali dengan tatapan khawatir.

Yoona menundukkan kepalanya, ada apa sebenarnya. Junmyeon begitu khwatir dengan Joohyun, wanita yang bahkan baru Junmyeon temui. Bahkan pria itu bertanya padanya tentang makanan apa yang Joohyun makan dengan nada marah.

Yoona mengangkat kepalanya ketika mendengar suara Junmyeon.

"Joohyun, heii kau dengar suaraku ?" Junmyeon menepuk pipi Joohyun ketika melihat Joohyun yang terpejam, Junmyeon menggeram. Pria itu menaikkan kecepatannya.

"Junmyeon, kau harus santai. Jangan panik." titah Yoona, wanita itu mengusap bahu Junmyeon dari belakang. Namun ucapannya sepertinya diabaikan begitu saja, pria itu masih menancap gasnya.

Sampai di rumah sakit, Junmyeon segera keluar dari mobil dan mengangkat tubuh Joohyun. Pergi dari parkiran, tanpa menunggu Yoona yang masih di belakang. Kesusahan mengikuti langkah lebar Junmyeon.

"Anafilaksis, dia kambuh dok." ucap Junmyeon ketika pria itu berhasil merebahkan Joohyun di atas ranjang ugd.

"Baik, tuan bisa tunggu di luar." ujar Suster, Junmyeon mengangguk melangkah sesekali melihat ke arah Joohyun yang memejamkan matanya. Junmyeon mengusap rambutnya kasar. Kejadian beberapa tahun lalu kembali terulang, Joohyun kembali sakit karena keteledoran dirinya.

Junmyeon berulang kali mondar mandir dengan terus menatap ke arah pintu UGD yang tertutup. Sedangkan Yoona mengatur nafasnya, dia baru berhasil mengejar Junmyeon. Wanita itu melangkah mendekat kearah pria itu dengan perlahan, memperhatikan bagaimana pria itu terus mengusak rambutnya gusar. Sangat jelas raut wajah Junmyeon saat ini sangat khwatir, sama seperti saat Yerim jatuh sakit satu tahun yang lalu. Yoona mencoba menenangkan Junmyeon dengan Mengusap bahu pria itu secara perlahan.

"Junmyeon tenanglah, Irene akan baik-baik saja." bisik Yoona pelan, dia akan mempertanyakan lebih lanjut setelah keadaan membaik.

Junmyeon menghela nafas beratnya. Seharusnya dia tidak bersikap tak peduli pada Joohyun, dirinya memang egois. Junmyeon mengusak rambutnya kasar. Jika sesuatu terjadi pada Joohyun maka dirinya tak akan memaafkan dirinya sendiri.

Pintu UGD terbuka, Junmyeon sontak beranjak dari duduknya. "Bagaimana keadaannya dok ?"

"Seperti yang sudah tuan katakan sebelumnya, pasien mengalami Anafilaksis. Beruntungnya tuan segera membawanya kemari, saya sudah menyuntikkan epinefrin untuk melemaskan otot-otot saluran pernapasan. Saat ini pasien masih belum sadar, karena kemungkinan pasien akan mengalami hal yang sama dalam 7-20 jam ke depan. Jadi saya menyarankan agar pasien di rawat." jelas sang dokter, Junmyeon mengangguk paham. Yoona yang berdiri di samping Junmyeon pun hanya bisa menutup mulutnya dengan tangannya itu, bahkan Joohyun perlu di rawat.

"Terimakasih dok, saya akan membayar administrasinya terlebih dahulu." Dokter mengangguk kemudian melenggang pergi, begitupun dengan Junmyeon. Pria itu melangkah dengan cepat dan kembali meninggalkan Yoona.

Yoona semakin paham, jika Junmyeon dan Joohyun bukanlah dua orang asing yang baru bertemu. 

🍁🍁🍁

Yoona terus melirik ke arah jam tangan yang melingkari tangan kanannya, sudah dua jam dia berada di rumah sakit dan Junmyeon yang seakan lupa dengan keberadaannya. Joohyun sudah di pindahkan ke kamar inap, namun wanita itu masih belum sadar dan Junmyeon yang masih belum juga berani untuk masuk ke dalam kamar inap Joohyun. Juga Yoona merasa bodoh disini.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang