Dua belas

697 102 89
                                    

Junmyeon masih berdiri di depan mobilnya, menantikan seseorang yang keluar dari gedung butik tersebut. Sudah cukup lama Junmyeon berdiam di dalam mobil dan sepertinya penantiannya itu membuahkan hasil, karena kini netranya menangkap wanita berambut panjang sepunggung itu tengah berbincang dengan wanita lainnya.

Junmyeon memperhatikan bagaimana wanita itu tertawa dan Junmyeon benar-benar merindukan wanita itu. Junmyeon melangkah mendekat ketika wanita satunya pergi menjauh. "Joohyun."

Wanita bernama Joohyun itu terkejut ketika mendapati Junmyeon yang tiba-tiba berada di depannya, wanita itu menatap sekeliling selain mata Junmyeon. "Apa yang kau lakukan di sini ?"

"Bisakah kita bicara ?" tanya Junmyeon hati-hati.

"Apa yang perlu dibicarakan lagi ?" Joohyun menekan tombol remote kunci mobilnya tersebut dan kunci pintu mobil pun terbuka.

"Banyak hal, juga soal undangan pertunanganmu."

Joohyun diam sesaat. "Aku tidak merasa mengundangmu."

"Kita harus bicara Joohyun, namun tidak di sini." Junmyeon meraih lengan Joohyun sedikit menjauh dari depan gedung, setidaknya agar tidak ada yang mendengarkan pembicaraannya. Joohyun tentu tidak diam wanita itu beberapa kali berontak.

"Kau bahkan kali ini memaksaku untuk bicara denganmu Junnyeon!"

"Jika tidak seperti ini, permasalahan tak akan selesai Joohyun."

"Bagiku semuanya sudah selesai, Kim Junmyeon! Apa yang harus diselesaikan ? Kita hanya sahabat, tak lebih sari itu!"

Junmyeon melepaskan cekalannya pada Joohyun.

"Kau masih marah hanya karena persoalan diriku yang mencintaimu ? Apa aku mencintaimu adalah kesalahan Joohyun ?" tanya Junmyeon berturut-turut, pria itu berusaha untuk meredam emosinya karena sikap Joohyun yang seakan tidak peduli terhadapnya. Jujur Junmyeon masih tidak percaya pada Joohyun yang tidak peduli pada Yerim ketika adiknya itu meminta Joohyun untuk menemaninya,  Joohyun boleh marah padanya. Namun mengapa hal itu pun berimbas pada Yerim.

"Kau sudah tahu jawabannya sendiri."

"Seharusnya aku yang marah padamu Joohyun, marah karena kau bersikap seolah jika rasa cintaku padamu adalah kesalahan dan melarang diriku untuk mencintaimu." Junmyeon menggelengkan kepalanya, terlihat dimatanya jika dia kecewa pada Joohyun.

"Lalu mengapa masih mencintaiku ? Jelas-jelas aku bukan wanita tipemu 'kan ? Masih banyak wanita yang bisa kau cintai, tapi mengapa harus aku Junmyeon ? Kau bertanya jika aku marah dan kecewa karena kau mencintaiku ? tentu saja aku marah. " jawab Joohyun lugas, kedua mata Joohyun menatap pada mata Junmyeon.

"Carilah wanita lain, jangan diriku Junmyeon. Pergilah, tugasmu pun sudah selesai untuk menjagaku." lanjut Joohyun sebelum wanita itu melangkah meninggalkan Junmyeon seorang diri.

Junmyeon seakan dibawa pada masalalu saat Junior high school dulu, di saat Junmyeon membantu Joohyun mengerjakan tugas.

Joohyun terus mengerakkan pensilnya di atas kertas secara abstrak seteleh selesai mengerjakan tugasnya itu, sedangkan Junmyeon sedang meminjam play station di rumahnya imbalan telah mengajarkan Joohyun dalam mengerjakan tugasnya.

"Junmyeon."

"Hm ?" Junmyeon bergumam seraya menatap pada layar televisi,m sedangkan kedua tangannya memegang stick play station.

"Kita bersahabat sudah terhitung lama bukan ?"  Junmyeon hanya menganggukan kepalanya.

"Kau tak akan bosan denganku yang bawel seperti ini 'kan Jun?" Joohyun menatap pada Junmyeon yang berada di sampingnya itu. Junmyeon lantas mem-pouse gamesnya itu dan melihat ke arah lawan bicaranya itu.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang