38. Jadian

371 30 0
                                    

Sudah 1 minggu berlalu tapi Kyla dan Raka tak kunjung berbaikan. Kyla sempat menjadi gelisah karna Raka tak pernah marah hingga berhari-hari lamanya. Bahkan marahan sampai seharian pun, Raka tak pernah benar-benar melakukannya.

Kyla sudah berulang kali datang ke apartemen sahabatnya itu tapi, dia selalu tidak ada di tempat.

Mungkin Raka memang sengaja bersembunyi darinya, tapi Kyla masih tetap bersikukuh mencarinya.

Hari ini Kyla akan berkunjung ke apartemen Raka. Ini yang terakhir. Jika ia tak bertemu dengan lelaki itu hari ini. Kyla akan menyerah untuk mencoba berbaikan dengan sahabatnya yang entah kenapa begitu aneh sikapnya akhir-akhir ini.

Ting.. tong..

Kyla menekan bel yang ada di samping pintu apartemen itu dan menunggu sang empu rumah membukakan pintu untuknya.

Namun, walau Kyla sudah berdiri disana selama 5 menit, namun Raka tak kunjung keluar dari dalam rumahnya. Apa semarah itukah Raka, hingga ia tak ingin bertemu dengan Kyla sama sekali?

"Ka buka pintunya dong. Lo kenapa sih?? Lo udah putusin persahabatan kita ya?? Gue kan cuma nonton sama anak-anak yang lain buat ngerjain tugas kuliah, kok lo marah kayak gini sih” ucap Kyla mengeluh. Ia beberapa kali menghela nfasnya lelah.

“Ka buka pintunya dong" Kyla menggedor pintu kamar tersebut pelan, Kyla lelah jika harus seperti ini lebih lama lagi. Kyla benar benar tak senang berseteru, apa lagi depan para sahabat dan keluarganya.

Duk.. duk.. duk..

"Ka buka pintunya pliss. Gue mau ngomong sama lo. Ka, gue mau minta maaf.. buka pintunya dong" kata Kyla masih menggedor-gedor pintu tersebut. Sedangkan Raka yang ada di dalam hanya melihat wajah Kyla dari cctv rumahnya.

Tiba tiba awan menjadi bergemuruh menandakan akan datangnya hujan sebenarnya saat Kyla menuju kemari, cuaca di daerah rumahnya sudah mulai mendung.

Beberapa kali petir menyambar dan hal itu membuat Kyla terlonjak kaget. Dia berjalan ke tepi balkon dan memandang langit gelap sejenak. Kilatan petir yang menyambar membuatnya secara sepontan menutup mata dan kedua telinganya.

Kyla memang gadis yang kuat dan pintar dalam segala hal. Namun Kyla tetaplah seorang manusia yang mempunyai kelemahan. Dan kelemahannya itu adalah petir.

Sebenarnya Kyla tidak benar-benar takut pada petir, tapi kali ini dia merasa merinding saat melihatnya. Satu persatu lampu dari rumah ke rumah mati dan menjadi satu kota, padam listrik.

Nah ini baru yang di takuti oleh Kyla. Petir yang besar dan keadaan gelap! Itulah yang bena-benar Kyla takuti.

Raka langsung keluar dan mencari keberadaan gadis itu dengan senter di hpnya.

"Ky..Ky.. lo dimana??" ucap Raka hingga melihat Kyla yang berjongkok sambari menutup kedua telinganya rapat. Raka mendekat dan menepuk pundak Kyla.

"Ka itu lo??" tanya Kyla menoleh kearah lelaki tersebut.

"Iya ini gue. Masuk yuk, hujan. Disini dingin lo gak pakai jaket?" tanya Raka dan Kyla menggelengkan kepalanya.

"Gak mau. Di dalam lebih gelap" ucap Kyla dengan menggeleng kuat.

Raka menghela nafasnya lelah "Gue bisa nyalain lilin kan Ky. Udah ayo masuk" Raka membantunya berdiri dan akhirnya mereka berdua masuk ke dalam.

Raka segera menyalakan lilin dan membuatkannya segelas teh hangat untuk menghangatkan badannya. "Udah baikan??" Kyla mengangguk singkat.

"Sekarang bisa jelasin apa yang terjadi??" Lagi lagi Kyla hanya mengangguk dan mulai menjelaskan kesalah pahaman mereka hingga Raka mengerti dan meminta maaf.

"Oke. Gue minta maaf karna udah salah paham sama lo tapi gue tetap marah karna lo lebih milih Leo dari pada gue" jelas Raka duduk di samping Kyla.

"Tapi kan Leo gak suka sama gue Ka. Emangnya lo cemburu, gue deket-deket sama dia?? Gak mungkin kan??" tanya Kyla dengan wajah polos, memandang Raka yang terlihat kesal mendengar pertanyaannya.

Raka menghela nafasnya lelah melihat sikap Kyla yang terlalu jujur ini. Kalian juga tahu sendiri!.

"Gue cemburu oke.. Gue suka sama lo, gue suka lo dari kita SMA. Gue juga gak tahu kenapa bisa suka orang yang benar-benar bukan tipe gue, mungkin karna kita barengan terus dari dulu” jelas Raka.

“Tapi gue gak tahu lagi kalo rasa gue cuman sekedar obsesi belakang karna gak mau kehilangan atau lo tinggalin. Yang jelas gue gak suka lo deket-deket sama yang lain. Titik! Gak pakek koma!" sambungnya dengan menghela nafas berat, memandag Kyla yang setia mendengarkannya.

Kyla terdiam beberapa saat. "Lo nembak gue??"

"Kalo gue nembak, lo pasti mati. Gue cuma mau beri hati gue ke elo basipun udah lo bawa lari dari SMA sih. Tapi Ky, gue beneran suka sama lo kayaknya. Lo mau jadi pacar gue gak??"

"Tapi Tasya kan suka sama lo Ka. Terus dia gimana??"

"Ky. Gue sama Tasya itu gak bakal pernah bisa jadian, sesuka apa pun dia ke gue, kita tetap gak bakal bisa jadi karna gue sukanya ke elo. Cinta itu gak bisa di paksa Ky, ini aja seandainya lo nolak gue. Gue gak bakal maksain kehendak gue, karna adanya lo di hidup gue aja udah cukup buat gue"

"Kalo gitu gak usah di tembak aja kali Ka -_-"

"Simpel aja sih Ky. Kalo bisa lebih dari sekedar sahabat kenapa enggak hehe. Jadi gimana lo mau gak jadi pacar gue??"

"Lo nembak cewe kayak nawarin panci tau gak! Jadi beli kagak buk?! Jadi terkesan kayak gitu" omel Kyla kesal. Raka tertawa melihat ekspresinya yang kesal itu.

"Habis kalo gue nembak pakek cara so sweet, lo bakal mati kutu dan gak bisa jawab gue sekarang dong wahaha.."

"Iya deh iya. Jadian deh gue sama lo"

"Gak ikhlas amat jawabnya"

"So..what?? This is me"

"Iya iya. Jadi mulai sekarang kita pacaran ya" Kyla mengangguk sambari meminum teh hangat miliknya. Raka hanya tersenyum melihatnya.

Pukul 11.12 PM....

Kyla dan Raka saling bersandar bahu tidur disana. Tak sengaja Raka terantuk hingga terbangun dari tidurnya. Dia mengucek matanya dan melihat ke arah Kyla yang tidur bersandar di bahunya.

Raka menguap lebar sambil berusaha memindahkan Kyla ke atas ranjang yang ada di kamarnya.

Kyla menggeliat kecil ketika Raka menidurkannya di atas ranjang, matanya terbuka lebar membuat Raka beberapa saat terpaku karna kaget, tapi kemudian dia bisa menghela nafas lega ketika gadis itu menutupnya kembali.

Membenarkan selimutnya dan membiarkannya tidur disana dengan nyaman.

Klap..

Raka keluar dari rumahnya berjalan ke balkon yang tidak jauh dari sana. Jakarta gelap bung, batinya menghela nafasnya penat. 

Tring.. tring...

“Hallo Put??”

Kak Kyla disitu bang?? Izinnya kerumah lo tadi

“Iya dia disini. Tenang aja dia tidur kok, gak berani bangunin gue, kasihan juga”

Oke deh. Nitip dia ya jangan di apa-apain loh. Nanti kalo antarin pulang harus berdua jangan bertiga loh haha..

“Kampret..lo gila.. tut.. tut.. tut...!!” Raka menutup telfon itu sambari mengumpat kesal.

I Love You KylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang