Putra detang dengan langkah gontainya. Ia menenteng sebuh tas besar yang berisikan baju dan beberapa perlengkapannya untuk acara rekreasi sekolahnya. Badannya itu malah terasa sangat pegal, setelah liburan.
Mungkin karna dirinya masih menjabat sebagai ketua osis yang harus menyiapkan keperluan ini itu untuk para siswa.
"Assllamualaikum.." ucap Putra membanting dirinya di atas sofa yang ada di ruang tengah.
Ia melemparkan tasnya ke sembarang tempat. Punggunya terasa begitu linu sekarang.
"Bagas buatin gue teh, tolong" pinta Putra berteriak lantang memanggil adiknya yang entah berada dimana sekarang.
"Iya.." sahut Bagas yang ternyata ada di dapur.
Aldo yang mendengar suara Putra pun langsung turun ke lantai bawah dan menghampiri abangnya yang tengah tepar itu.
"Kenapa lo bang?? Tepar??" tanya Aldo duduk disampingnya.
Putra menatapnya sekilas dan kembali memejamkan matanya. Ia terlalu lelah untuk banyak bergerak.
"Iya! Gila jalannya belok-belok, naik-turun cyantik. Untung gak muntah di depan anak anak tadi, Coba kalo iya! Mau taroh mana muka gue coba" celetuk Putra membenarkan posisinya agar lebih nyaman.
"Emang kenapa kalo muntah disana?? Gengsi sama Syasya ya??" ejek Aldo menggodanya.
"Itu tau" sahut Putra singkat.
Bagas memberikan segelas teh dan duduk di atas karpet dengan menyalakan tv, dan menonton tv dengan tenang di sana.
"Caca mana?? Kakak gue juga mana?? Sepi banget nih rumah, biasanya kan kayak pasar burung, gak pernah tenang" celetuk Putra tak menyadari keberadaan Caca dan Kyla. Hanya ada kedua keponakannya yang setia menemaninya di ruang tengah ini.
"Caca di kamar. Kak Kyla juga di kamar baru aja pulang, tapi loyo gitu mukanya" celetuk Bagas.
"Kenapa?? Kok bisa gitu??" tanya Putra langsung berjalan melihat keadaan kakaknya. Sekalian mengganti baju dan membersihkan diri, di kamarnya sendiri.
Tok.. tok..
Pertama Putra mengetuk pintu kamar Caca yang lebih dekat dengan tangga. "Ca lo tidur??" ucap Putra dengan mengetuk pintu.
"Kagak bang. Kenapa??" Sahut Caca dari dalam, tanpa membukakan pintu untuk abangnya itu. "Gak papa, tanya doang" sahut Putra berjalan ke kamar Kyla.
"Kak lo tidur??" kata Putra, langsung masuk tanpa permisi ke kamar kakaknya.
"Nggak!! Kenapa??" sahut Kyla baru keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah, sepertinya Kyla baru saja selesai mandi.
"Gak papa. Lo kenapa?? Kok loyo gitu?? Banyak tugas??" tanya Putra sambil menidurkan dirinya di atas ranjang Kyla.
Kyla menggeleng, dia mengambil ponselnya dan menghela nafasnya lelah seraya melempar benda itu ke atas ranjang, bahkan hampir mengenai wajah adiknya yang seketika memejamkan matanya saat benda kotak itu hampil melayang ke wajahnya.
"Bertengkar ya sama bang Raka??" tebak Putra tepat sasaran.
Kyla pun mengangguk singkat dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tidur di samping adiknya dengan memeluk gulingnya.
"Kenapa?? Kok bisa??" tanya Putra lagi.
Sudah hampir 2 minggu sejak Kyla berpacran dengan Raka. Namun entah mengapa mereka jadi lebih banyak bertengkar dari pada saat mereka sahabatan dulu.
"Itu.. soal kita pacaran. Dia belum ngomong mamanya, kan bikin sebel Put"
"Hadehh!! Gitu aja ngambek, cewe emang rempong ya"
"Ih.. kok lo nyebelin juga. Keluar sana ah, buat mood gue tambah turun aja lo" omel Kyla kesal sambil menimpuk wajah adiknya dengan menggunkan guling yang di peluknya.
Putra tertawa. "Haha ya maaf, gak maksud kok sumpah. Lagian gitu aja loh, pakek ngambek segala. Mungkin kak Raka masih belum siap aja atau mungkin kak Raka mau sekalian ngelamar kakak nanti haha" kata Putra namun Kyla malah menatapnya datar.
"Lo mau buat gue GR sendiri ya. Gak usah ngomong aneh-aneh deh, nanti malam gue gak bisa tidur gara gara ucapan lo gimana??"
"Gampang!! Nanti minum obat tidur kan beres hehe""Anak monyet. Keluar lo, gue mau tidur"
"Hehe langsung di lamar loh kak hehe"
"Gila, keluarr gue bilang"
"Hehe awas loh hayuu.."
"PUTRAAAAAAA!!"
🐝 🐝 🐝
Leo menatap Kyla yang menelungkupkan kepalanya, sambari menyipitkan matanya. "Masih bertengkar??" tanya Leo membuat Kyla menyadari kehadirannya.
Kyla mengangkat kepalanya dan mengerucutkan bibirnya sambari mengangguk.
"Gue harus gimana dong?? Sebagian besar salah gue juga" gumam Kyla sedih.
Leo memiringkan kepalanya menatap wajah Kyla dari samping. "Kalo orang salah harus gimana?? Semestinya??" ucap Leo.
Kyla menatap Leo sambari mengedipkan matanya beberapa kali. "Minta maaf. Tapi kan..ng..??!!" Leo menepuk kening Kyla.
"Minta maaf sana, sumpek gue lihat lo gini mulu tiap hari" protes Leo mengemasi barangnya dan cabut dari dalam kelas, untuk melanjutkan kelas berikutnya yang ada di jurusan lainnya.
"Ya gak usah di lihat dong. Namanya juga orang galau" perotes Kyla juga membereskan barang barangnya dan menyusul langkah Raka.
Karna kelas Raka dan Kyla memang selalu satu kelas. Gimana gak mau satu kelas? Orang jurusan yang mereka ambil aja sama.
"Masalahnya ini kelihatan tau, lo nempel mulu sama gue sih gimana mau gak di lihat dan gak kelihatan coba hm..-_-" omel Leo memutar bola matanya malas.
Leo mampu bersikap biasa saja, karna saat Kyla memberitahunya tentang hubungannya dagan Raka! Leo langsung menerimanya dengan lapang dada dan malah mensuport hubungan mereka.
Karna bagi Leo, dengan siapa pun Kyla berada, selama gadis itu bahagia! Leo akan selalu dengan ikhlas menerima setiap keputusannya. Apa pun itu!
"Maaf deh" gumam Kyla dengan wajah sok imut. Leo hanya memutar bola matanya malas sambil menghela nafasnya berat, sebagai responnya.
Leo menyenggol siku Kyla dan menunjukkan keberadaan seseorang yang tengah menunggunya di depan kelas. Kyla pun gelisah saat melihat Raka yang tengah menunggunya disana.
"Gue harus gimana??" tanya Kyla nampak gusar.
"Hey!!Hey!! Sans aja. Dia itukan pacar lo, dia pasti mau dengerin alasan lo, oke. Sekarang lo kesana dan baikan. Biar cepet cepet juga lo enyah ngerusuhin gue tiap hari. Sana, sukses ya!!" ucap Leo mendorong Kyla mendekat ke arah Raka dan meninggalkannya.
Leo langsung saja masuk ke dalam kelas dan mencari tempat duduk untuk dirinya dan Kyla sekalian.
Kyla berjalan mendekatinya. "Hai.." sapa Kyla basa-basi. Namun wajah tak akrap Raka membuatnya menelan ludahnya susah.
"Sekarang bisa bicara??" tanya Raka dengan nada serius.
Kyla meliat jam tangannya. Masih satu jam lagi, hingga saatnya kelas berikutnya. Kyla pun mengangguk pelan.
"Bisa.." ucapnya dengan nada gugup. Bahkan Kyla tak mampu menatap wajah Raka sampai detik ini.
"Oke.. ayo" ucap Raka dengan membimbing jalan mereka untuk mencari sebuah kafe terdekat.
Agar pembicaraan tentang masalah mereka kemarin bisa di bahas dengan suasana yang mendukung dan semoga bisa langsung tuntas hari ini juga.
*
****
Hai, terimakasih sudah membaca cerita ini. Aku benar-benar bersyukur memiliki kalian disini. Terimakasih...
IG : @otvianasofie
See you next time All.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Kyla
Teen Fiction(We Love My Sister. Judul aku ganti karena persiapan diterbitkan) Punya kakak yang kayak lemari es berjalan and punya adik yang kayak bawelnya ngalahin pak khatib yang lagi ceramah dimasjid, pak khatib mah berguna ceramahnya, lah ini...hadeh nambahi...