51. Tragedi #6

313 20 0
                                    

“Gue gak bisa bangun Put” ucap Kyla dengan gemetaran.

Putra langsung membulatkan matanya. “Kenapa?? Kaki lo kebas? Atau apa kak?” ucap Putra sedikit panik. Ia mengingat apa yang dikatakan Aulia. Seseorang yang mengidap kanker otak memang biasanya mengalami kebas atau gangguan saraf lainnya.

Putra harus setenang mungkin untuk menghadapi situasi seperti ini, agar Kyla juga tidak terlalu stres dengan situasinya. Karena kata Aulia, mengelola stres dapat membantu menjaga ketahanan tubuh Kyla. 

“Kak.. kita ke dokter ya. Gue gendong okey?! Lo jangan nangis” ucap Putra menenangkannya.

Namun melihat raut wajah Kyla yang depresi membuat Putra menjadi sedih. “Jangan di pikirin kak. Lo tuh gak papa, kakinya kebas aja kan? Nanti kalo habis istirahat pasti bisa di buat jalan lagi kok” ucap Putra dan mengangkat Kyla, menggendong gadis itu ala bridal style.

Kyla hanya terus menangis dan menenggelamkan wajahnya di pundak adiknya. 

“Udah jangan nangis kak..” omel Putra ikutan frustasi. Ia langsung memeluk Kyla dengan erat.

Kyla pun diam. Ia hanya sesegukan dan mendadak pilek. “Gue bisa sembuh kan??” tanya Kyla lirih, dan Putra hanya mengangguk yakin.

“Gue masih takut”

“Gak papa.. pasti sembuh kok kak” 

Bohong.. pembohong.. 

“Udah sekarang jangan nangis ya. Kita kerumah sakit dulu, owh.. itu kak Leo!” ucap Putra segera berlari sambil menggendong Kyla di punggung, menghampiri Leo.

Melihat Putra yang tertatih seperti itu, Leo pun segera berlari ke arah mereka berdua. “Kenapa sama Kyla, Put??” tanya Leo dengan menatap Kyla yang menangis di gendongan Putra dengan cemas.

“Lo gak papa Ky?” tanya Leo dengan mengusap kepala Kyla sayang.

Kyla hanya diam dengan menatap Leo dengan air mata yang terus berlinang. Kyla bahkan tidak lagi mengeluarkan suara tangisnya, ia hanya diam dan terlihat lemas.

“Kakinya kebas. Ayo kerumah sakit sekarang!” pinta Putra dan segera berjalan keluar bandara. Dengan Leo yang langsung mengikutinya.

🐝 🐝 🐝

Ting.. tong..

Bagas yang ada di ruang tamu pun menatap ke arah jam dinding. Jam menunjukan pukul 01.00 PM. 

“Siapa sih? Malam malam gini, malah namu di rumah orang. Gak sopan banget!” omelnya dan segera beranjak membukakan pintu.

Ting.. tong..

“Iya.. iya.. sabar!” ucap Bagas dan segera membuka pintu tersebut. Clek..

“Assalamualaikum..” ucap Putra memasuki rumahnya dengan menggendong Kyla di punggungnya.

Bagas pun segera menutup pintu dan menghampiri mereka berdua. “Kak Kyla kenapa?” tanya Bagas dengan mengikuti kemana Putra membawa Kyla pergi.

“Gak papa!” jawab Putra lirih. Bahkan matanya yang sembab itu membuat jawaban yang keluar dari mulutnya itu terdengar sebagai jawaban ala kadarnya.

Bagas menyipitkan matanya. Ia memandangnya dengan pandangan intens. “Bohong! Terus kenapa mata lo sembab gitu?” tanya Bagas lagi. 

Putra tak menjawab. Ia hanya menidurkan Kyla dan menyelimutinya. “Met malam kak” bisik Putra sambil mengecup kening Kyla.

Bagas yang melihat hal langkah itu pun hanya mampu membulatkan matanya. “Aneh.. pasti ada apa apa sama kak Kyla kan?! Kenapa kakak sampai melow gini?! Jangan jangan kak Kyla kumat lagi ya?!” celetuk Bagas dan Putra langsung membatu.

“Lo tau kalo Kyla sakit?!” 

Bagas menganggukan kepalanya.

“Siapa yang ngasih tau lo?!”

Bagas pun mencolok kedua matanya sendiri. “Gue punya dua mata yang masih normal bang. Tiap malam mimisan, tiap pagi pucat, gak ada nafsu makan, sering tidur! Bukannya udah kentara kalo kak Kyla lagi sakit?” jelas Bagas, membuat Putra mengerutkan keningnya.

“Ternyata yang goblok itu gue, sampai sampai gue gak tau apa yang dia rasakan selama ini. Padahal kamar gue di sebelahnya! Tapi kayak gue gak pernah tau apa apa tentang kakak gue sendiri. Ya allah, gue punya otak gak pernah gue pakai mikir kah!” protes Putra dengan meratapi ketidak pekaannya.

Bagas pun menepuk nepuk punggung Putra. Mencoba menenangkan kakak lelakinya yang tengah dirundung rasa sedih. 

“Bukan salah lo bang. Kak Kyla aja yang pinter sembunyikan apa yang dia rasakan selama ini. Mungkin gue juga gak bakalan tahu kak Kyla sakit, kalo gue gak mergokin dia mimisan tiap malam. Yang penting, sekarang kita berusaha nutupin kalau kita tahu kondisi dia”

“Kenapa kayak gitu?!” 

Bagas menghela nafasnya lelah. Memang Putra ini sangat tidak pekaan ternyata. 

“Kak Kyla selalu menutupi penyakitnya karena dia takut melihat kita kayak lo hari ini bang. Basipun yang di lakuin kak Kyla itu salah. Tapi gue mencoba menghargai perjuangannya. Jadi selama ini mangkannya gue diem aja!” terang Bagas dan disini lah Putra kembali meneteskan air matanya kembali.

“Malah nangis lagi dia. Haduh bang! Jangan berisik dong. Kak Kyla nanti bangun tau” omel Bagas. 

Karena tidak membuahkan hasil. Bagas pun menyeret Putra keluar dari kamar tersebut. Dan Putra hanya menurut saja akan kemana Bagas membawanya pergi.

“Dah.. nangis aja lo disini bang!” ucap Bagas dengan mendudukan Putra di pojokan. “Nah..entar kalo lo ada yang nemenin atau tiba tiba meluk lo, ya berarti itu mbak kunti ya bang” ucap Bagas dan segera meninggalkannya.

Putra menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia duduk dengan memeluk kedua lututnya di sebuah pojokan dapur dekat kamar mandi belakang. 

“Bagas kampret.. hu.. hu..” keluh Putra sambil terus menangis dengan wajah yang sangat melas.

🐝 🐝 🐝 

Setelah beberapa bulan..

Tahun ini Aldo, Bagas dan Caca sudah resmi masuk SMA walaupun Caca baru kelas 1 SMA tapi Kyla sudah bersyukur bisa melihat pertumbuhan adik adiknya sampai sekarang.

Pagi itu Kyla sedang duduk di kursi teras rumahnya, sambil membaca sebuah buku kesukaannya, dia menikmati udara sejuk pagi hari. Bagas duduk di kursi sebelahnya sambari mengikat tali sepatunya.

"Gak kuliah kak??" Tanya Bagas sambari melahap roti bakarnya.

Kyla membersihkan mulut Bagas yang terkena selai kacang, isi dari rotinya. "Lo kan udah besar toh Gas, masa makan masih belepotan semua sih" omel Kyla, Bagas hanya tertawa geli.

"Ayo!! Nanti telat, cepetan. Kak gue berangkat dulu ya, nanti pulang siang kok" pamit Putra sambari membenarkan lengan kemejanya. 

"Iya tiati ya!! Jangan ngebut bawa mobilnya" tutur Kyla. 

Putra hanya mengangguk sambil melambaikan tangannya dari balik kaca mobil. “Gue berangkat ya..!”

Kyla melambaikan tangannya sambari tersenyum. "Uhuk!! Uhuk!!. Baru saja Kyla menutup pintu, tiba tiba seseorang membunyikan bel rumahnya. 

Ting.. tong..

Clek... 

"Oh Riko ya??" Tanya Kyla, tersenyum ramah.

"Iya kak. Inget aja hehe, wajah cogan mah susah dilupain ya kan kak?" canda Riko menaikan turunkan alisnya.

"Mukamu kayak bunglon aja pede dek dek, wkwk. Kesini mau apa?? Caca?? Sudah berangkat tadi sama yang lain" jelas Kyla, Riko langsung berlari naik keatas motor dan memakai helm nya cepat. 

"Ya udah kak, kalau gitu Riko berangkat sekarang. Assalamualaikum, ya Allah gue telat kak, jam pertama gurunya killer, aku berangkat ya!!" Teriak Riko sambari menggas motornya.

"Iya hati hat.. brukk!!" 

Ckittt!!!!!!!!!!!!!.....  

I Love You KylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang